Keyataan yang Tak Terpungkiri
Xian jatuh berlutut setelah kedua matanya melihat dengan
jelas, tanpa ia sadari air matanya mulai membasahi pipinya. Matanya membelalak,
nafasnya memburu dan tubuhnya lemas. Detak jantungnya yang berdebar dengan
kencang sudah tidak ia rasakan lagi. Perasaan yang semula adalah rasa khawatir
dan cemas berubah menjadi kesedihan yang dalam. Ia tidak bisa menerima
kenyataan ini.
Xian
melihat sosok yang sama persis dengannya tergeletak lemah dan tak bergerak. Di
tempat ia terbaring terdapat genangan
darah yang bercampur dengan butiran pasir. Wajahnya pucat. Pakaiannya yang
berwarna putih telah bercampur dengan warna merah darah. Terdapat bekas aliran
darah dibawah mulutnya. Xian menghampirinya dan menyandarkan tubuh Sean pada
lengannya.
“ Sean
jawablah aku. Kau tidak apa-apa kan?” Xian menggoncangkan tubuhnya dan berharap
adikknya bisa sadar jika ia melakukan itu. Ia merasakan kulit Sean yang dingin.
Ia meriksa apakah Sean masih bernafas. Ia tidak mendengar hembusan nafasnya. Ia
mendekatkan telinganya pada dada Sean. Ia berharap masih ada detak jantung yang
terdengar. Tetapi
tidak ada apapun. Tangisnya kembali pecah dan ia memeluk erat tubuh adikknya
itu.
“
Tidak... ini tidak benar. Sean aku mohon bangunlah. Kau satu-satunya keluarga
yang kumiliki. Aku telah melihat ibu pergi, jangan tinggalkan aku. Sean..” Xian
melihat wajah adiknya yang sudah tidak bernyawa itu. Ia merasa seperti melihat
dirinya sendiri. “ Ku mohon Sean kembalilah. Aku janji kita akan memiliki
banyak waktu bersenang-senang. Hanya kau dan aku. Aku janji tidak akan
meninggalkanmu lagi, jadi ku mohon...” suaranya melemah. Apapun yang dia
ucapkan tidak akan terjawab. Xian kembali memeluk tubuh kembarannya itu. “ Ku
mohon kembalilah.”
Triana
melihat Xian sedang berlutut dan memeluk seseorang. “ Aku rasa Xian sudah
menemukan Sean. Ayo kita kesana.” Ia mengajak yang lainnya.
Semua
orang terkejut setelah melihat apa yang terjadi. Xian terus menangis, memeluk
tubuh Sean dan terus memohon agar adikknya kembali padanya. Triana tidak tega
melihatnya, ia juga meneteskan air mata. Eithan menundukkan kepalanya dan
mendoakan Sean. Angelina memalingkan pandangannya, ia tidak kuat melihat
keadaan Sean. Diandra terduduk lemas, ia menjatuhkan bukunya dan tongkat
sihirnya. Air matanya kembali mengalir di pipinya. Alisa, Commelina dan Imelda
hanya bisa menundukkan kepalanya. Kouichi memandanginya tanpa henti, ia sama
sekali tidak menyangka akan ada korban jiwa dalam perjalanan ini. Mereka
terlambat menyelamatkannya. Mereka sama sekali tidak menyangka akan jadi
begini.
Commelina
mengeluarkan sarung tangan yang terbuat dari karet dan mengenakannya. Ia
berjalan mendekati Xian dan menepuk pundaknya.
“
Kakak, bisa kau letakkan tubuhnya? Aku harus memeriksa penyebab kematiannya.
Apapun bisa saja terjadi padanya bukan? Bukankah kau akan merasa tenang setelah
mengetahui penyebab kematiannya?”
Xian menganggukkan
kepalanya, ia menuruti permintaan Commelina. Ia meletakkan mayat kembarannya
dengan perlahan dan melangkah mundur. Commelina mengeluarkan sebuah alat dari
dalam tasnya. Ia menekan tombol pada alat itu. Sebuah sinar keluar dari alat
itu dan memindai ke seluruh tubuh Sean. Alat itu memancarkan data yang telah
didapatkan dari pemindaian itu. Ia menghela nafas panjang.
“
Kepala bagian belakangnya terluka karena bentura keras. Tulang punggungnya juga
retak. Dilihat dari lukanya ia seperti jatuh dari ketinggian. Di tambah lagi
tidak ada jejak darah selain di sini. Tidak salah lagi.”
“
Bagaimana itu mungkin? Apa Jasmine yang melakukannya? Aku yakin aku telah
mengalahkannya. Ia terjebak direruntuhan markasnya saat aku datang untuk
membebaskan Alvredo. Tidak mungkin ia bisa selamat dari ledakkan itu. Dia tidak
akan bisa melakukan ini.” kata Imelda.
“
Tidak. Di tangannya terdapat bekas seperti terikat sesuatu dengan sangat
kencang. Aku rasa itu bukan ikatan tali, tapi cengkraman hewan.”
“ Hewan
sebesar apa yang bisa mencengkramnya seperti itu dan bisa membawanya terbang
lalu melepaskannya hingga ia terjatuh dan tewas?” tanya Resilia.
“
Mungkin.... seekor naga.”
“ Naga?
Adikku dibunuh oleh seekor naga?” kata Xian dengan nada tak percaya.
“
Buktinya masih belum cukup kuat. Tapi aku menemukan sidik jari seseorang di
tubuhnya.” Commelina menekan sinar yang memunculkan data-data tentang
pemindaian tubuh Sean. Gambar seorang wanita muncul pada sinar itu.
“
Bukankah dia yang menyerang Sean dan membawanya pergi?” Kata Kouichi kaget.
“
Wanita itu..” Xian menggenggam tangannya kuat-kuat. “ Akan aku bunuh wanita
itu.”
“
Hentikan itu Xian, lebih baik kita semayamkan tubuhnya.” Kata Eithan.
Xian
memandang marah Eithan, ia menghampiri Eithan dan menarik kerah bajunya. “ Tahu
apa kau tentang masalah ini? Kau bahkan tidak tahu bagaimana perasaanku melihat
adikku telah dibunuh. Kau tidak akan tahu bagaimana rasanya. Jangan bertingkah
seolah kau adalah orang bijak
yang tahu segalanya dan selalu menasehati tanpa tahu apa pun.”
“ Kau
juga harus memikirkan adikkmu. Dia tidak akan tenang di alam sana jika
melihatmu seperti ini.”
“
Sial.” Xian memukul wajah Eithan. Ia mengeluarkan pedangnya dan menghunuskan
pedangnya pada Eithan. “ Kau tidak tahu apa-apa. Jadi diamlah.” Ia berlari dan
mengayunkan pedangnya untuk melukai Eithan. Sebuah sihir grafitasi menghentikan
langkahnya.
“ Sial,
Diandra lepaskan aku! Biarkan aku menghajar si besar mulut itu.” Xian melangkah
perlahan ke arah Eithan.
Diandra
memperberat grafitasi disekitar Xian. Ia sudah tidak bisa bergerak lagi. Xian
mengayunkan pedangnya ke arah Diandra. Meskipun jarak mereka cukup jauh tebasan
pedangnya masih bisa mengenainya. Angelina membuat dinding yang terbuat dari es
untuk melindungi Diandra. Ia mengayunkan tongkat sihirnya dan menghentakkannya
ke tanah. Tubuh Xian membeku karena terkena sihir Angelina.
“ Aku
tidak akan membiarkamu mendekati Eithan satu langkahpun.” Angelina membuat kobaran
api di sekeliling sihir grafitasi Diandra.
“ Sial!
Jangan ikut campur Angelina. Kau sama saja dengan Eithan. Kau bahkan tidak
memiliki saudara, kau tidak akan tahu bagaimana perasaanku.” Xian meronta-ronta
agar ia bisa terbebas dari bongkahan es yang mengikat tubuhnya.
“ Tentu
saja aku tahu.” Sahut Diandra. “ Aku tahu bagaimana rasanya melihat Sean tidak
bergerak, aku tahu bagaimana rasanya menerima kenyataan kalau dia sudah mati.
Aku tahu itu.” Tangisnya kembali pecah. “ Padahal dia belum tahu bagaimana
perasaanku padanya. Aku belum pernah mendapat kesempatan untuk mengenalnya. Aku
tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk membuatnya menyukaiku. Aku tidak
akan pernah merasakan hari-hari indah bersamanya. Tapi apa yang bisa kuperbuat?
Dia sudah mati. Yang harus aku lakukan adalah membuatnya merasa tenang. Yang
kau lakukan hanyalah membuatnya merasa khawatir. Apa itu yang kau inginkan?”
Xian
tidak bisa menjawabnya, ia berhenti mencoba untuk melepaskan diri. Ia hanya
menundukkan kepalanya dan merenungkan apa yang dikatakan Diandra. Ia memejamkan
kedua matanya, merasakan penyesalan yang mendalam. Tidak ada yang bisa ia
lakukan. Ia tidak mampu menyelamatkannya. Meskipun sekeras apapun ia berusaha
ia tetap tidak bisa menyelamatkannya.
Mr
Kweek memberikan sebuah sinyal pada Imelda. Remot kontrolnya berbunyi dan
menunjukkan keberadaan Mr Kweek. Pasti ada hal penting yang telah ditemukan. Ia
mengikuti ke mana arah radar itu. Ia sudah berada pada titik dalam radar itu.
Ia melihat sekeliling dan menemukan robot bebeknya. Lampu berwarna merah pada
bebek itu menyala. Imelda berlari kearahnya dan menemukan benda yang sangat
penting itu.
Ia
kembali ke tempat dimana Xian sedang diikat. “ Aku menemukan sesuatu.” Sela
Imelda di tengah kekacauan ini. “ Aku menemukan alat perekam suara yang sebelumnya
Sean pinjam dariku.”
Xian
memalingkan pandangannya ke arah Imelda. “ Jadi yang ia pinjam saat itu adalah
alat perekam suara? Tapi untuk apa dia meminjamnya?”
“ Dia
bilang padaku, besok adalah hari ulang tahun kami. Aku ingin memberikan sebuah
kejutan untuknya. Tolong pinjami aku, jangan beri tahu siapapun.”
“
Sean... jadi selama ini..”
“ Aku
rasa itu bukan satu-satunya alasan ia meminjamnya. Mungkin ia sudah memiliki
firasat bahwa hal ini akan terjadi. Untuk memastikannya akan aku putar rekaman
terakhir yang telah ia rekam. Alvredo kemarilah.” Imelda mengeluarkan sebuah
alat penyimpan dari dalam perekam suara itu. Ia membuka penutup mesin Alvredo
dan memasangkan alat penyimpan itu padanya. Suara dalam rekaman itu mulai
terdengar.
Suara angin yang berhembus
kencang adalah pembuka rekaman suara itu. Tak lama rekaman suara Sean mulai
terdengar. “ Xian, aku merekam semua ini untukmu. Jika kau telah
mendengarnya... mungkin aku sudah mati. Bisa dibilang ini pesan terakhirku. Aku
telah di sekap oleh seorang gadis gila, namanya Aisha. Aku tidak habis fikir
setelah melihatnya berubah menjadi naga. Dia marah padaku karena aku menolak
perasaannya dan berusaha untuk kabur. Dia menerbangkanku dan menjatuhkanku
begitu saja. Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan diri. Jadi...
sudah pasti aku akan mati. Jangan sedih ya... Jaga kesehatanmu, jangan lupa
untuk makan. Aku akan senang jika kau tetap sehat dan bertambah kuat.Bertarunglah
demi aku, maafkan aku karena aku tidak bisa ikut bertarung bersamamu lagi. Aku
harap kau tidak akan merasa kesepian setelah aku tidak ada. Triana akan selalu
ada untuk menghiburmu. Aku menyayangimu Xian, aku tahu kau juga begitu.
Meskipun sering bertengkar tapi kita ini masih saudara kembar. Maafkan aku
karena aku hanya berkeliaran dan mencari masalah ketika ibu sedang sakit. Aku
bahkan tidak tahu kalau ibu sudah meninggal. Aku ini memang bodoh .Aku sangat
senang kau masih memaafkanku setelah aku melakukan kebodohan itu. Meskipun
hanya sebentar kita berbaikan dan kembali tinggal bersama aku merasa sangat
senang. Oh iya satu lagi. Akhirnya aku
telah menemukan seseorang yang berharga, aku jatuh cinta padanya pada pandangan
pertama. Aku masih belum jauh mengenalnya tapi hatiku sudah mencintainya.
Tolong katakan pada Diandra aku mencintainya. Aku harap aku bisa hidup lebih
lama untuk mendengarnya mengatakan bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Aku
sudah sangat dekat dengan batuan itu. Selamat ulang tahun dan... Selamat tinggal Xian.” Suara
benturan terdengar sangat keras dan rekaman itu berhenti berputar.
“
Sean...” Air mata Xian kembali berlinang. Mendengar rekaman suara itu sama saja
dengan menusukkan pedang pada jantungnya. Ia sangat terpukul. Di saat-saat
kematiannya pun ia sempat meminta maaf karena telah meninggalkannya bersama
ibunya. Xian sudah lama memaafkannya, tetapi Sean masih merasa bersalah karena
hal itu.
Diandra
menjatuhkan buku dan tongkat sihirnya, tanda mantra grafitasinya menghilang. Ia
jatuh berlutut dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis
histeris.
“
Kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku juga mencintaimu Sean. Apa kau dengar
aku? Sean... Aku juga mencintaimu.”
“ Tidak
akan kumaafkan.” Xian kembali berusaha mebebaskan dirinya dari bongkahan es
itu. “ Akan ku kejar kemanapun dia pergi. Aku tidak akan berhenti sampai
tanganku berlumuran dengan darah wanita itu.”
Eithan
memperkuat penahan tubuh Xian dengan sihir pengikat. Xian tetap tidak berhenti
untuk berusaha melepaskan diri. Commelina mengeluarkan sapu tangannya dari saku
pakaiannya. Ia juga mengeluarkan sebuah botol berisi cairan dari dalam tasnya.
Ia membuka penutup botol dan menuangkan cairan itu pada sapu tangannya. Ia
kembali menutup botol itu dan memasukkan kedalam tasnya. Ia berjalan mendekati
Xian. Ia mendekapkan sapu tangan itu pada mulut Xian.
“
Maafkan aku. Ini semua demi kebaikanmu.”
Xian
berusaha melepaskan dekapan sapu tangan itu. Udara yang dia hirup membuat
tubuhnya merasa lemas. Rasa kantuk yang hebat mulai menerjangnya. Pandangannya
mulai menghilang.
“ Apa
yang kau lakukan?” bentak Triana.
“
Tenang saja, aku hanya memberinya obat bius. Aku hanya ingin membuatnya tenang
dan tertidur. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.”
Xian
tidak sanggup melawan. Semakin lama tubuhnya semakin lemas. Ia sudah tidak
sanggup menahan kedua matanya untuk membuka. Kedua matanyapun tertutup dan
semuanya berubah menjadi gelap.

Assalamualaiku wr. Wb.
BalasHapusSelamat malam para pembaca semuanya.
Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
Terimakasih
RDSawako