Rabu, 06 Mei 2015

Days Of Darkness: Chapter 12


Keyataan yang Tak Terpungkiri
          Xian jatuh berlutut setelah kedua matanya melihat dengan jelas, tanpa ia sadari air matanya mulai membasahi pipinya. Matanya membelalak, nafasnya memburu dan tubuhnya lemas. Detak jantungnya yang berdebar dengan kencang sudah tidak ia rasakan lagi. Perasaan yang semula adalah rasa khawatir dan cemas berubah menjadi kesedihan yang dalam. Ia tidak bisa menerima kenyataan ini.

Xian melihat sosok yang sama persis dengannya tergeletak lemah dan tak bergerak. Di tempat ia terbaring terdapat genangan darah yang bercampur dengan butiran pasir. Wajahnya pucat. Pakaiannya yang berwarna putih telah bercampur dengan warna merah darah. Terdapat bekas aliran darah dibawah mulutnya. Xian menghampirinya dan menyandarkan tubuh Sean pada lengannya.
“ Sean jawablah aku. Kau tidak apa-apa kan?” Xian menggoncangkan tubuhnya dan berharap adikknya bisa sadar jika ia melakukan itu. Ia merasakan kulit Sean yang dingin. Ia meriksa apakah Sean masih bernafas. Ia tidak mendengar hembusan nafasnya. Ia mendekatkan telinganya pada dada Sean. Ia berharap masih ada detak jantung yang terdengar. Tetapi tidak ada apapun. Tangisnya kembali pecah dan ia memeluk erat tubuh adikknya itu.
“ Tidak... ini tidak benar. Sean aku mohon bangunlah. Kau satu-satunya keluarga yang kumiliki. Aku telah melihat ibu pergi, jangan tinggalkan aku. Sean..” Xian melihat wajah adiknya yang sudah tidak bernyawa itu. Ia merasa seperti melihat dirinya sendiri. “ Ku mohon Sean kembalilah. Aku janji kita akan memiliki banyak waktu bersenang-senang. Hanya kau dan aku. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi, jadi ku mohon...” suaranya melemah. Apapun yang dia ucapkan tidak akan terjawab. Xian kembali memeluk tubuh kembarannya itu. “ Ku mohon kembalilah.”
Triana melihat Xian sedang berlutut dan memeluk seseorang. “ Aku rasa Xian sudah menemukan Sean. Ayo kita kesana.” Ia mengajak yang lainnya.
Semua orang terkejut setelah melihat apa yang terjadi. Xian terus menangis, memeluk tubuh Sean dan terus memohon agar adikknya kembali padanya. Triana tidak tega melihatnya, ia juga meneteskan air mata. Eithan menundukkan kepalanya dan mendoakan Sean. Angelina memalingkan pandangannya, ia tidak kuat melihat keadaan Sean. Diandra terduduk lemas, ia menjatuhkan bukunya dan tongkat sihirnya. Air matanya kembali mengalir di pipinya. Alisa, Commelina dan Imelda hanya bisa menundukkan kepalanya. Kouichi memandanginya tanpa henti, ia sama sekali tidak menyangka akan ada korban jiwa dalam perjalanan ini. Mereka terlambat menyelamatkannya. Mereka sama sekali tidak menyangka akan jadi begini.
Commelina mengeluarkan sarung tangan yang terbuat dari karet dan mengenakannya. Ia berjalan mendekati Xian dan menepuk pundaknya.
“ Kakak, bisa kau letakkan tubuhnya? Aku harus memeriksa penyebab kematiannya. Apapun bisa saja terjadi padanya bukan? Bukankah kau akan merasa tenang setelah mengetahui penyebab kematiannya?”
Xian menganggukkan kepalanya, ia menuruti permintaan Commelina. Ia meletakkan mayat kembarannya dengan perlahan dan melangkah mundur. Commelina mengeluarkan sebuah alat dari dalam tasnya. Ia menekan tombol pada alat itu. Sebuah sinar keluar dari alat itu dan memindai ke seluruh tubuh Sean. Alat itu memancarkan data yang telah didapatkan dari pemindaian itu. Ia menghela nafas panjang.
“ Kepala bagian belakangnya terluka karena bentura keras. Tulang punggungnya juga retak. Dilihat dari lukanya ia seperti jatuh dari ketinggian. Di tambah lagi tidak ada jejak darah selain di sini. Tidak salah lagi.”
“ Bagaimana itu mungkin? Apa Jasmine yang melakukannya? Aku yakin aku telah mengalahkannya. Ia terjebak direruntuhan markasnya saat aku datang untuk membebaskan Alvredo. Tidak mungkin ia bisa selamat dari ledakkan itu. Dia tidak akan bisa melakukan ini.” kata Imelda.
“ Tidak. Di tangannya terdapat bekas seperti terikat sesuatu dengan sangat kencang. Aku rasa itu bukan ikatan tali, tapi cengkraman hewan.”
“ Hewan sebesar apa yang bisa mencengkramnya seperti itu dan bisa membawanya terbang lalu melepaskannya hingga ia terjatuh dan tewas?” tanya Resilia.
“ Mungkin.... seekor naga.”
“ Naga? Adikku dibunuh oleh seekor naga?” kata Xian dengan nada tak percaya.
“ Buktinya masih belum cukup kuat. Tapi aku menemukan sidik jari seseorang di tubuhnya.” Commelina menekan sinar yang memunculkan data-data tentang pemindaian tubuh Sean. Gambar seorang wanita muncul pada sinar itu.
“ Bukankah dia yang menyerang Sean dan membawanya pergi?” Kata Kouichi kaget.
“ Wanita itu..” Xian menggenggam tangannya kuat-kuat. “ Akan aku bunuh wanita itu.”
“ Hentikan itu Xian, lebih baik kita semayamkan tubuhnya.” Kata Eithan.
Xian memandang marah Eithan, ia menghampiri Eithan dan menarik kerah bajunya. “ Tahu apa kau tentang masalah ini? Kau bahkan tidak tahu bagaimana perasaanku melihat adikku telah dibunuh. Kau tidak akan tahu bagaimana rasanya. Jangan bertingkah seolah kau adalah orang bijak yang tahu segalanya dan selalu menasehati tanpa tahu apa pun.”
“ Kau juga harus memikirkan adikkmu. Dia tidak akan tenang di alam sana jika melihatmu seperti ini.”
“ Sial.” Xian memukul wajah Eithan. Ia mengeluarkan pedangnya dan menghunuskan pedangnya pada Eithan. “ Kau tidak tahu apa-apa. Jadi diamlah.” Ia berlari dan mengayunkan pedangnya untuk melukai Eithan. Sebuah sihir grafitasi menghentikan langkahnya.
“ Sial, Diandra lepaskan aku! Biarkan aku menghajar si besar mulut itu.” Xian melangkah perlahan ke arah Eithan.
Diandra memperberat grafitasi disekitar Xian. Ia sudah tidak bisa bergerak lagi. Xian mengayunkan pedangnya ke arah Diandra. Meskipun jarak mereka cukup jauh tebasan pedangnya masih bisa mengenainya. Angelina membuat dinding yang terbuat dari es untuk melindungi Diandra. Ia mengayunkan tongkat sihirnya dan menghentakkannya ke tanah. Tubuh Xian membeku karena terkena sihir Angelina.
“ Aku tidak akan membiarkamu mendekati Eithan satu langkahpun.” Angelina membuat kobaran api di sekeliling sihir grafitasi Diandra.
“ Sial! Jangan ikut campur Angelina. Kau sama saja dengan Eithan. Kau bahkan tidak memiliki saudara, kau tidak akan tahu bagaimana perasaanku.” Xian meronta-ronta agar ia bisa terbebas dari bongkahan es yang mengikat tubuhnya.
“ Tentu saja aku tahu.” Sahut Diandra. “ Aku tahu bagaimana rasanya melihat Sean tidak bergerak, aku tahu bagaimana rasanya menerima kenyataan kalau dia sudah mati. Aku tahu itu.” Tangisnya kembali pecah. “ Padahal dia belum tahu bagaimana perasaanku padanya. Aku belum pernah mendapat kesempatan untuk mengenalnya. Aku tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk membuatnya menyukaiku. Aku tidak akan pernah merasakan hari-hari indah bersamanya. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Dia sudah mati. Yang harus aku lakukan adalah membuatnya merasa tenang. Yang kau lakukan hanyalah membuatnya merasa khawatir. Apa itu yang kau inginkan?”
Xian tidak bisa menjawabnya, ia berhenti mencoba untuk melepaskan diri. Ia hanya menundukkan kepalanya dan merenungkan apa yang dikatakan Diandra. Ia memejamkan kedua matanya, merasakan penyesalan yang mendalam. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Ia tidak mampu menyelamatkannya. Meskipun sekeras apapun ia berusaha ia tetap tidak bisa menyelamatkannya.
Mr Kweek memberikan sebuah sinyal pada Imelda. Remot kontrolnya berbunyi dan menunjukkan keberadaan Mr Kweek. Pasti ada hal penting yang telah ditemukan. Ia mengikuti ke mana arah radar itu. Ia sudah berada pada titik dalam radar itu. Ia melihat sekeliling dan menemukan robot bebeknya. Lampu berwarna merah pada bebek itu menyala. Imelda berlari kearahnya dan menemukan benda yang sangat penting itu.
Ia kembali ke tempat dimana Xian sedang diikat. “ Aku menemukan sesuatu.” Sela Imelda di tengah kekacauan ini. “ Aku menemukan alat perekam suara yang sebelumnya Sean pinjam dariku.”
Xian memalingkan pandangannya ke arah Imelda. “ Jadi yang ia pinjam saat itu adalah alat perekam suara? Tapi untuk apa dia meminjamnya?”
“ Dia bilang padaku, besok adalah hari ulang tahun kami. Aku ingin memberikan sebuah kejutan untuknya. Tolong pinjami aku, jangan beri tahu siapapun.”
“ Sean... jadi selama ini..”
“ Aku rasa itu bukan satu-satunya alasan ia meminjamnya. Mungkin ia sudah memiliki firasat bahwa hal ini akan terjadi. Untuk memastikannya akan aku putar rekaman terakhir yang telah ia rekam. Alvredo kemarilah.” Imelda mengeluarkan sebuah alat penyimpan dari dalam perekam suara itu. Ia membuka penutup mesin Alvredo dan memasangkan alat penyimpan itu padanya. Suara dalam rekaman itu mulai terdengar.
Suara angin yang berhembus kencang adalah pembuka rekaman suara itu. Tak lama rekaman suara Sean mulai terdengar. “ Xian, aku merekam semua ini untukmu. Jika kau telah mendengarnya... mungkin aku sudah mati. Bisa dibilang ini pesan terakhirku. Aku telah di sekap oleh seorang gadis gila, namanya Aisha. Aku tidak habis fikir setelah melihatnya berubah menjadi naga. Dia marah padaku karena aku menolak perasaannya dan berusaha untuk kabur. Dia menerbangkanku dan menjatuhkanku begitu saja. Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan diri. Jadi... sudah pasti aku akan mati. Jangan sedih ya... Jaga kesehatanmu, jangan lupa untuk makan. Aku akan senang jika kau tetap sehat dan bertambah kuat.Bertarunglah demi aku, maafkan aku karena aku tidak bisa ikut bertarung bersamamu lagi. Aku harap kau tidak akan merasa kesepian setelah aku tidak ada. Triana akan selalu ada untuk menghiburmu. Aku menyayangimu Xian, aku tahu kau juga begitu. Meskipun sering bertengkar tapi kita ini masih saudara kembar. Maafkan aku karena aku hanya berkeliaran dan mencari masalah ketika ibu sedang sakit. Aku bahkan tidak tahu kalau ibu sudah meninggal. Aku ini memang bodoh .Aku sangat senang kau masih memaafkanku setelah aku melakukan kebodohan itu. Meskipun hanya sebentar kita berbaikan dan kembali tinggal bersama aku merasa sangat senang.  Oh iya satu lagi. Akhirnya aku telah menemukan seseorang yang berharga, aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Aku masih belum jauh mengenalnya tapi hatiku sudah mencintainya. Tolong katakan pada Diandra aku mencintainya. Aku harap aku bisa hidup lebih lama untuk mendengarnya mengatakan bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Aku sudah sangat dekat dengan batuan itu. Selamat ulang tahun dan... Selamat tinggal Xian.” Suara benturan terdengar sangat keras dan rekaman itu berhenti berputar.
“ Sean...” Air mata Xian kembali berlinang. Mendengar rekaman suara itu sama saja dengan menusukkan pedang pada jantungnya. Ia sangat terpukul. Di saat-saat kematiannya pun ia sempat meminta maaf karena telah meninggalkannya bersama ibunya. Xian sudah lama memaafkannya, tetapi Sean masih merasa bersalah karena hal itu.
Diandra menjatuhkan buku dan tongkat sihirnya, tanda mantra grafitasinya menghilang. Ia jatuh berlutut dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis histeris.
“ Kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku juga mencintaimu Sean. Apa kau dengar aku? Sean... Aku juga mencintaimu.”
“ Tidak akan kumaafkan.” Xian kembali berusaha mebebaskan dirinya dari bongkahan es itu. “ Akan ku kejar kemanapun dia pergi. Aku tidak akan berhenti sampai tanganku berlumuran dengan darah wanita itu.”
Eithan memperkuat penahan tubuh Xian dengan sihir pengikat. Xian tetap tidak berhenti untuk berusaha melepaskan diri. Commelina mengeluarkan sapu tangannya dari saku pakaiannya. Ia juga mengeluarkan sebuah botol berisi cairan dari dalam tasnya. Ia membuka penutup botol dan menuangkan cairan itu pada sapu tangannya. Ia kembali menutup botol itu dan memasukkan kedalam tasnya. Ia berjalan mendekati Xian. Ia mendekapkan sapu tangan itu pada mulut Xian.
“ Maafkan aku. Ini semua demi kebaikanmu.”
Xian berusaha melepaskan dekapan sapu tangan itu. Udara yang dia hirup membuat tubuhnya merasa lemas. Rasa kantuk yang hebat mulai menerjangnya. Pandangannya mulai menghilang.
“ Apa yang kau lakukan?” bentak Triana.
“ Tenang saja, aku hanya memberinya obat bius. Aku hanya ingin membuatnya tenang dan tertidur. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan.”
Xian tidak sanggup melawan. Semakin lama tubuhnya semakin lemas. Ia sudah tidak sanggup menahan kedua matanya untuk membuka. Kedua matanyapun tertutup dan semuanya berubah menjadi gelap.



1 komentar:

  1. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<