Kamis, 12 Maret 2015

Days Of Darkness : Chapter 9


Sean
Suara rantai yang bergemericik terdengar sangat keras.  Bagaimanapun ia mencoba hasilnya tetap sama. Ia tidak bisa bebas dari rantai yang mengikat kedua tangannya. Semakin lama tangannya semakin memerah, jika terus begini bisa saja tangannya terluka.
Kini yang ia lakukan adalah berusaha supaya tangannya tidak bergantung pada besi yang membelenggu tangannya. Tubuhnya lemas, ia menyesal menolak tawaran Aisha. Sudah lebih dari sehari dia berada di dalam ruangan itu dan itu membuatnya semakin bersemangat mencari cara untuk keluar dari sana. Sudah selama itu pula dia tidak merasakan makan dan minum, suhu ruangan yang begitu panas membuatnya terus berkeringat dan mengalami dehidrasi. Apapun yang terjadi ia tetap berusaha untuk segera keluar dari penjara itu, hingga akhirnya ia mendengar langkah kaki yang mendekat. Ia menghentikan usahanya itu dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
“ Kau terlihat lemah. Sudah sehari kau tidak makan. Bagaimana jika kau sakit? Tunggulah disini aku akan mengambil makanan untukmu.” Kata Aisha.
“ Tunggu!” Sela Sean “ Tetaplah disini.”
“ Tapi, jika kau tidak makan kau akan...”
“ Aku tidak memperdulikan hal itu. Yang aku butuhkan, kau bersamaku sekarang.”
“ Tapi kalau begini terus mungkin kau akan mati.”
“ Sudah kubilang aku tidak memperdulikannya. Kemarilah, duduklah disampingku.”
Aisha sedikit ragu dengan perubahan sikap tawanannya yang berubah drastis, ia fikir karena sudah cukup lama berada disini menjadikannya sedikit merubah fikiran. Ia menurutinya, ia mendekat dan duduk disamping Sean.
“ Aku punya satu permintaan.” Kata Sean.
“ Katakan saja, aku akan menurutinya.”
“ Aku sangat ingin memelukmu, tapi kedua tanganku kau belenggu sehigga aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak memintamu untuk melepaskanku. Yang aku inginkan hanya memanjangkan rantainya sehingga aku bisa menggapaimu.”
“ Itu tidak masalah. Selama kau mulai mencintaiku aku akan lakukan apa saja.” Aisha melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Dalam waktu yang singkat ia kembali dengan rantai di tangannya. Ia memperpanjang ikatan Sean sehingga kini tangannya tak lagi tergantung dan dapat bergerak bebas.
“ Bagaimana? Apa sudah cukup?” Aisha kembali mendekati Sean. Tanpa banyak bicara Sean langsung memeluk erat Aisha. Ia terkejut saat Sean melakukan itu. Ia membalas pelukannya. Tangan kanan Sean mengusap rambut Aisha dan mempererat pelukannya.
“ Terimakasih kau telah memenuhi permintaanku. Kau tahu? Aku rasa jika aku mati mungkin kau akan merasa sedih, aku tidak ingin kau merasakannya. Sekarang giliranku untuk memenuhi permintaanmu. Aku tidak keberatan jika kau memberiku makanan apapun.” kata Sean masih memeluk Aisha.
“ Tentu.” Aisha mengangguk mengiyakan permintaannya. Ia tertawa girang karena ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia keluar dari pintu dan menutupnya kembali.
Sean mencari sesuatu di dalam saku pakaiannya, ia berharap benda itu tidak hilang. Benda itu sangat berharga, benda itu tiket emas untuk membawanya keluar dari sini. Ia telah menemukan benda itu. Ia melihatnya dengan seksama. Ia tidak bisa berbuat banyak, karena Aisha telah kembali membawakan makanan untuknya. Ia menyembunyikan benda itu dibalik bantal.
Aisha membawa sepiring daging sapi yang dimasak dengan sedemikian rupa hingga dengan melihatnya saja orang sudah tergiur dibuatnya. Ia membawakan segelas susu sebagai pelengkapnya. Ia duduk disamping Sean dan menyuapinya.
“ Ini aku buatkan makanan untukmu. Aku harap kau menyukainya.”
“ Ini sangat enak. Aku belum pernah memakan makanan seenak ini.” Puji Sean.
“ Tentu saja. Apapun kulakukan asalkan aku bisa membuatmu senang.”
Mereka melakukan percakapan itu dalam waktu yang cukup lama. Sean meminta Aisha untuk mengakhiri percakapan ini karena ia sudah mulai merasa lelah. Aisha keberatan dengan hal itu. Tetapi karena itu adalah permintaan Sean ia tidak terlalu banyak mengeluh. Ia mencium kening Sean sebagai salam perpisahan. Ia membuka pintu itu dan pergi dari ruangan ini. Ia tidak lupa untuk kembali menutupnya. Setelah Sean yakin Aisha telah pergi sebuah senyuman puas terlukis di bibirnya. “ Aku berhasil.”
***
“ Berapa lama lagi kita akan sampai? Kita berjalan sangat lamban. Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus secepatnya pergi kesana kau tahu itu kan?” Xian memarahi Imelda dan mulai merasa gelisah.
“ Maafkan aku kak, ternyata kita kehabisan bahan bakar. Pesawat ini tidak bisa melaju lebih cepat dari ini, jika tidak kemungkinan pelandasan darurat akan sangat besar.” Jawab Imelda.
“ Tenangkan dirimu Xian, Sean pasti akan baik-baik saja. Dia kuat, dia bisa melindungi dirinya sendiri.” Triana berusaha meredakan kegelisahan Xian.
Diandra berbisik tanpa ada seorangpun yang tahu apa yang terucap dari mulutnya. Ia menggenggam erat kedua tangannya dan menutup matanya. Sesekali ia menyenderkan tubuhnya pada kursi tempat ia duduk, mungkin karena ia tidak bisa terus menerus membugkuk karena luka di tubuhnya. Tetapi hal itu tidak biasa jika Diandra yang melakukannya, berdoa demi orang lain. Hal itu membuat Eithan dan Angelina curiga.
“ Aneh melihat seorang Sorceress menutup kedua matanya dan berdoa. Aku rasa kau memang seharusnya bergabung dengan para Cleric saja.” Cela Angelina. Diandra tidak menghiraukannya, ia tetap melakukan hal aneh itu. Ia menjadi pusat perhatian Eithan. Sebenarnya apa yang terjadi?
“ Bagaimana dengan lukamu? Apa kau baik-baik saja? Aku akan menyembuhkan lukamu.” Eithan berusaha mendekati adikknya.
“ Biarkan aku sendiri.”
“ Tapi... lukamu masih..”
“ Kumohon kak. Biarkan aku sendiri.”
Eithan hanya bisa diam, ia menuruti permintaan adik satu-satunya itu.
***
Siang telah berganti malam. Perubahan itu tidak terlalu terasa jika berada diruangan ini. Tentu saja karena ruangan ini tidak tersedia jendela, fentilasi atau apapun itu yang bisa memperlihatkan kondisi diluar ruangan. Tapi Sean menyadari bahwa malam telah tiba, ia merasakan penurunan suhu yang menandakan hari sudah malam. Ia mengeluarkan sebuah jepit rambut yang telah ia dapat saat mengusap rambut Aisha dan ia sembunyikan mati-matian supaya ia bisa keluar dari sini. Ia berencana untuk kabur malam ini, hanya itu satu-satunya jalan. Ia telah berhasil meyakinkan Aisha untuk memperpanjang rantai yang membelenggu kedua tangannya, itu mempermudahnya untuk melakukan rencananya. Ia memasukkan jepit rambut itu kedalam lubang kunci belenggunya dan mencoba memutarnya supaya belenggu itu terbuka. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, sudah cukup lama ia melakukan hal itu dan tidak membuahkan hasil. Ia tidak menyerah dan terus mencoba. ‘ Klik’ suara belenggu yang telah terbuka. Satu belenggu telah terbuka, yang perlu ia lakukan hanyalah membuka belenggu yang lain.
Ia melakukan hal yang sama untuk membuka belenggu yang belum terbuka, sebelum hal itu berhasil sebuah langkah kaki terdengar, Sean pun menyadarinya. Ia menyembunyikan jepit rambut itu dan berpura-pura seakan belenggu itu masih terpasang dilengannya. Pintu pun membuka dan gadis itu memasuki ruangan.
“ Kau masih belum tidur? Ini sudah malam. Sebaiknya kau istirahat saja, aku tidak ingin kau jatuh sakit.” Aisha mendekat dan duduk disamping Sean.
“ Entahlah, aku sudah mencobanya tetapi aku tetap tidak bisa. Aku terus memikirkanmu. Kau sendiri juga masih bangun. Ada sesuatu yang mengganggu fikiranmu?”
“ Aku ingin tetap bersamamu. Aku ingin tidur disampingmu. Aku merasa gelisah jika terlalu lama tidak bertemu denganmu.”
Sean membeku mendengar perkataannya. Akan semakin sulit jika ia berada diruangan ini, tetapi jika menolaknya akan membuatnya curiga. Terlalu beresiko jika menolaknya, tetapi jika membiarkannya tidur diruangan ini...
“ Bagaimana? Boleh kan?” Tanya Aisha dengan nada penasaran.
“ Tentu saja, mana mungkin aku menolak. Tidur saja disampingku, tetapi aku masih belum bisa tertidur. Aku akan terjaga beberapa menit dan tetap berada disampingmu. Apa kau keberatan dengan itu?”
“ Itu tidak masalah.” Aisha mengatur posisi tidurnya dan menghadapkan wajahnya pada Sean. “ Asalkan kau tetap berada disampingku semuanya akan baik-baik saja.” Ia menutup kedua matanya dan mulai tertidur.
Sean menunggu beberapa menit untuk memastikan apakah Aisha benar-benar sudah tidur atau belum. Setelah ia yakin, ia meneruskan rencana pelariannya. Belenggu itu sudah berhasil terbuka. Selanjutnya yang harus ia lakukan adalah keluar dari ruangan ini tanpa diketahui oleh wanita yang tertidur pulas disampingnya. Itu bukan sebuah masalah bagi Sean, ia sudah terbiasa dengan itu. Tetapi wanita itu memeluk kedua kaki Sean dan menghentikan langkahnya. Ia terkejut melihatnya dan banyak fikiran negatif yang terbayang difikirannya. Ia menghela nafas, berusaha memberanikan diri untuk  memindahkan tangannya tanpa membuatnya terbangun. Aisha tidak menunjukkan respon apapun, itu membuat Sean merasa lega. Ia beranjak dari ranjang itu dan memandang Aisha untuk beberapa saat.
“ Maafkan aku, aku mempermainkan perasaanmu. Tapi tidak ada cara lain. Aku memang bukan lelaki yang bisa menjaga perasaan wanita. Yah... aku melakukannya dengan terpaksa. Sebenarnya aku tidak seperti itu. Aku sudah memiliki seseorang yang berharga. Sekali lagi maafkan aku.” Ia membuka pintu ruangan itu dengan perlahan, keluar dan kembali menutupnya. Jalan itu berlorong dan diterangi kayu obor di sepanjang jalan. Ia berlari secepat yang ia bisa untuk bisa bebas dari penjara ini.


1 komentar:

  1. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<