Sean
Suara
rantai yang bergemericik terdengar sangat keras. Bagaimanapun ia mencoba hasilnya tetap sama.
Ia tidak bisa bebas dari rantai yang mengikat kedua tangannya. Semakin lama
tangannya semakin memerah, jika terus begini bisa saja tangannya terluka.
Kini
yang ia lakukan adalah berusaha supaya tangannya tidak bergantung pada besi
yang membelenggu tangannya. Tubuhnya lemas, ia menyesal menolak tawaran Aisha.
Sudah lebih dari sehari dia berada di dalam ruangan itu dan itu membuatnya
semakin bersemangat mencari cara untuk keluar dari sana. Sudah selama itu pula
dia tidak merasakan makan dan minum, suhu ruangan yang begitu panas membuatnya
terus berkeringat dan mengalami dehidrasi. Apapun yang terjadi ia tetap
berusaha untuk segera keluar dari penjara itu, hingga akhirnya ia mendengar
langkah kaki yang mendekat. Ia menghentikan usahanya itu dan bertingkah seolah
tidak terjadi apa-apa.
“ Kau
terlihat lemah. Sudah sehari kau tidak makan. Bagaimana jika kau sakit?
Tunggulah disini aku akan mengambil makanan untukmu.” Kata Aisha.
“
Tunggu!” Sela Sean “ Tetaplah disini.”
“ Tapi,
jika kau tidak makan kau akan...”
“ Aku
tidak memperdulikan hal itu. Yang aku butuhkan, kau bersamaku sekarang.”
“ Tapi
kalau begini terus mungkin kau akan mati.”
“ Sudah
kubilang aku tidak memperdulikannya. Kemarilah, duduklah disampingku.”
Aisha
sedikit ragu dengan perubahan sikap tawanannya yang berubah drastis, ia fikir
karena sudah cukup lama berada disini menjadikannya sedikit merubah fikiran. Ia
menurutinya, ia mendekat dan duduk disamping Sean.
“ Aku
punya satu permintaan.” Kata Sean.
“
Katakan saja, aku akan menurutinya.”
“ Aku
sangat ingin memelukmu, tapi kedua tanganku kau belenggu sehigga aku tidak bisa
melakukannya. Aku tidak memintamu untuk melepaskanku. Yang aku inginkan hanya
memanjangkan rantainya sehingga aku bisa menggapaimu.”
“ Itu
tidak masalah. Selama kau mulai mencintaiku aku akan lakukan apa saja.” Aisha
melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Dalam waktu yang singkat ia
kembali dengan rantai di tangannya. Ia memperpanjang ikatan Sean sehingga kini
tangannya tak lagi tergantung dan dapat bergerak bebas.
“
Bagaimana? Apa sudah cukup?” Aisha kembali mendekati Sean. Tanpa banyak bicara
Sean langsung memeluk erat Aisha. Ia terkejut saat Sean melakukan itu. Ia
membalas pelukannya. Tangan kanan Sean mengusap rambut Aisha dan mempererat
pelukannya.
“
Terimakasih kau telah memenuhi permintaanku. Kau tahu? Aku rasa jika aku mati
mungkin kau akan merasa sedih, aku tidak ingin kau merasakannya. Sekarang
giliranku untuk memenuhi permintaanmu. Aku tidak keberatan jika kau memberiku
makanan apapun.” kata Sean masih memeluk Aisha.
“
Tentu.” Aisha mengangguk mengiyakan permintaannya. Ia tertawa girang karena ia
telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia keluar dari pintu dan menutupnya
kembali.
Sean mencari
sesuatu di dalam saku pakaiannya, ia berharap benda itu tidak hilang. Benda itu
sangat berharga, benda itu tiket emas untuk membawanya keluar dari sini. Ia
telah menemukan benda itu. Ia melihatnya dengan seksama. Ia tidak bisa berbuat
banyak, karena Aisha telah kembali membawakan makanan untuknya. Ia menyembunyikan
benda itu dibalik bantal.
Aisha
membawa sepiring daging sapi yang dimasak dengan sedemikian rupa hingga dengan
melihatnya saja orang sudah tergiur dibuatnya. Ia membawakan segelas susu sebagai
pelengkapnya. Ia duduk disamping Sean dan menyuapinya.
“ Ini
aku buatkan makanan untukmu. Aku harap kau menyukainya.”
“ Ini
sangat enak. Aku belum pernah memakan makanan seenak ini.” Puji Sean.
“ Tentu
saja. Apapun kulakukan asalkan aku bisa membuatmu senang.”
Mereka
melakukan percakapan itu dalam waktu yang cukup lama. Sean meminta Aisha untuk
mengakhiri percakapan ini karena ia sudah mulai merasa lelah. Aisha keberatan
dengan hal itu. Tetapi karena itu adalah permintaan Sean ia tidak terlalu
banyak mengeluh. Ia mencium kening Sean sebagai salam perpisahan. Ia membuka
pintu itu dan pergi dari ruangan ini. Ia tidak lupa untuk kembali menutupnya.
Setelah Sean yakin Aisha telah pergi sebuah senyuman puas terlukis di bibirnya.
“ Aku berhasil.”
***
“
Berapa lama lagi kita akan sampai? Kita berjalan sangat lamban. Kita tidak
punya banyak waktu. Kita harus secepatnya pergi kesana kau tahu itu kan?” Xian
memarahi Imelda dan mulai merasa gelisah.
“
Maafkan aku kak, ternyata kita kehabisan bahan bakar. Pesawat ini tidak bisa
melaju lebih cepat dari ini, jika tidak kemungkinan pelandasan darurat akan
sangat besar.” Jawab Imelda.
“
Tenangkan dirimu Xian, Sean pasti akan baik-baik saja. Dia kuat, dia bisa
melindungi dirinya sendiri.” Triana berusaha meredakan kegelisahan Xian.
Diandra
berbisik tanpa ada seorangpun yang tahu apa yang terucap dari mulutnya. Ia
menggenggam erat kedua tangannya dan menutup matanya. Sesekali ia menyenderkan
tubuhnya pada kursi tempat ia duduk, mungkin karena ia tidak bisa terus menerus
membugkuk karena luka di tubuhnya. Tetapi hal itu tidak biasa jika Diandra yang
melakukannya, berdoa demi orang lain. Hal itu membuat Eithan dan Angelina
curiga.
“ Aneh
melihat seorang Sorceress menutup kedua matanya dan berdoa. Aku rasa kau memang
seharusnya bergabung dengan para Cleric saja.” Cela Angelina. Diandra tidak
menghiraukannya, ia tetap melakukan hal aneh itu. Ia menjadi pusat perhatian
Eithan. Sebenarnya apa yang terjadi?
“
Bagaimana dengan lukamu? Apa kau baik-baik saja? Aku akan menyembuhkan lukamu.”
Eithan berusaha mendekati adikknya.
“
Biarkan aku sendiri.”
“
Tapi... lukamu masih..”
“
Kumohon kak. Biarkan aku sendiri.”
Eithan
hanya bisa diam, ia menuruti permintaan adik satu-satunya itu.
***
Siang
telah berganti malam. Perubahan itu tidak terlalu terasa jika berada diruangan
ini. Tentu saja karena ruangan ini tidak tersedia jendela, fentilasi atau
apapun itu yang bisa memperlihatkan kondisi diluar ruangan. Tapi Sean menyadari
bahwa malam telah tiba, ia merasakan penurunan suhu yang menandakan hari sudah
malam. Ia mengeluarkan sebuah jepit rambut yang telah ia dapat saat mengusap
rambut Aisha dan ia sembunyikan mati-matian supaya ia bisa keluar dari sini. Ia
berencana untuk kabur malam ini, hanya itu satu-satunya jalan. Ia telah
berhasil meyakinkan Aisha untuk memperpanjang rantai yang membelenggu kedua
tangannya, itu mempermudahnya untuk melakukan rencananya. Ia memasukkan jepit
rambut itu kedalam lubang kunci belenggunya dan mencoba memutarnya supaya
belenggu itu terbuka. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, sudah cukup
lama ia melakukan hal itu dan tidak membuahkan hasil. Ia tidak menyerah dan
terus mencoba. ‘ Klik’ suara belenggu yang telah terbuka. Satu belenggu telah
terbuka, yang perlu ia lakukan hanyalah membuka belenggu yang lain.
Ia
melakukan hal yang sama untuk membuka belenggu yang belum terbuka, sebelum hal
itu berhasil sebuah langkah kaki terdengar, Sean pun menyadarinya. Ia
menyembunyikan jepit rambut itu dan berpura-pura seakan belenggu itu masih
terpasang dilengannya. Pintu pun membuka dan gadis itu memasuki ruangan.
“ Kau
masih belum tidur? Ini sudah malam. Sebaiknya kau istirahat saja, aku tidak
ingin kau jatuh sakit.” Aisha mendekat dan duduk disamping Sean.
“
Entahlah, aku sudah mencobanya tetapi aku tetap tidak bisa. Aku terus
memikirkanmu. Kau sendiri juga masih bangun. Ada sesuatu yang mengganggu
fikiranmu?”
“ Aku ingin
tetap bersamamu. Aku ingin tidur disampingmu. Aku merasa gelisah jika terlalu
lama tidak bertemu denganmu.”
Sean
membeku mendengar perkataannya. Akan semakin sulit jika ia berada diruangan
ini, tetapi jika menolaknya akan membuatnya curiga. Terlalu beresiko jika
menolaknya, tetapi jika membiarkannya tidur diruangan ini...
“
Bagaimana? Boleh kan?” Tanya Aisha dengan nada penasaran.
“ Tentu
saja, mana mungkin aku menolak. Tidur saja disampingku, tetapi aku masih belum
bisa tertidur. Aku akan terjaga beberapa menit dan tetap berada disampingmu.
Apa kau keberatan dengan itu?”
“ Itu
tidak masalah.” Aisha mengatur posisi tidurnya dan menghadapkan wajahnya pada
Sean. “ Asalkan kau tetap berada disampingku semuanya akan baik-baik saja.” Ia
menutup kedua matanya dan mulai tertidur.
Sean
menunggu beberapa menit untuk memastikan apakah Aisha benar-benar sudah tidur
atau belum. Setelah ia yakin, ia meneruskan rencana pelariannya. Belenggu itu
sudah berhasil terbuka. Selanjutnya yang harus ia lakukan adalah keluar dari
ruangan ini tanpa diketahui oleh wanita yang tertidur pulas disampingnya. Itu
bukan sebuah masalah bagi Sean, ia sudah terbiasa dengan itu. Tetapi wanita itu
memeluk kedua kaki Sean dan menghentikan langkahnya. Ia terkejut melihatnya dan
banyak fikiran negatif yang terbayang difikirannya. Ia menghela nafas, berusaha
memberanikan diri untuk memindahkan
tangannya tanpa membuatnya terbangun. Aisha tidak menunjukkan respon apapun,
itu membuat Sean merasa lega. Ia beranjak dari ranjang itu dan memandang Aisha
untuk beberapa saat.
“
Maafkan aku, aku mempermainkan perasaanmu. Tapi tidak ada cara lain. Aku memang
bukan lelaki yang bisa menjaga perasaan wanita. Yah... aku melakukannya dengan
terpaksa. Sebenarnya aku tidak seperti itu. Aku sudah memiliki seseorang yang
berharga. Sekali lagi maafkan aku.” Ia membuka pintu ruangan itu dengan
perlahan, keluar dan kembali menutupnya. Jalan itu berlorong dan diterangi kayu
obor di sepanjang jalan. Ia berlari secepat yang ia bisa untuk bisa bebas dari
penjara ini.

Assalamualaiku wr. Wb.
BalasHapusSelamat malam para pembaca semuanya.
Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
Terimakasih
RDSawako