Shooting Star
“ Apa katamu? Pesawat ini sudah
tidak bisa terbang?” Xian terkejut.
“ Ya, apa boleh buat. Kita
kehabisan bahan bakar. Kalau saja kita mampir ke penjual bahan bakar mungkin
tidak akan terjadi seperti ini.” Jawab Imelda.
“ Penjual bahan bakar? Mana ada
penjual seperti itu didunia ini? Barang-barang yang kau miliki saja sudah
aneh-aneh. Mana ada orang yang menjual barang seperti itu?”
“ Tentu saja ada, disetiap kota
pasti akan ada penjualnya. Mereka pasti memiliki barang yang kita butuhkan.”
“ Kau ini bicara apa? Kau ini
seperti mahluk asing saja.”
“ Sudahlah tidak usah
dirisaukan.” Triana berusaha melerai mereka berdua. “ Bagaimana jika kita jalan
kaki saja. Apa kita masih jauh Diandra?”
“ Seperti yang kau lihat, tidak
ada butiran pasir. Ini adalah hutan. Suhunya pun juga tidak sama sekali
menujukkan kita dekat dengan padang pasir.” Kata Diandra.
“ Buatlah dirimu berguna. Buka
portal itu dak dalam sekejap kita bisa sampai ketujuan. Bukankah hanya kau yang
tahu dia sedang berada dimana.” Kata Angelina.
“ Dia sedang terluka, bukankah
kau sendiri yang bilang? Dia tidak bisa membuka portal dalam keadaan seperti
ini.” Bela Eithan.
“ Apa yang kau tunggu?
Sembuhkan adik kesayanganmu itu.” Kata Angelina sinis.
“ Sudahlah, ini tidak ada
gunanya.” Kata Resilia.
Ditengah
pertengkaran itu sesuatu yang sangat besar jatuh dari langit melewati tempat
jatuhnya pesawat mereka. Suara tumbukkan dengan tanah terdengar sangat keras.
Beberapa pohon tumbang setelahnya. Hal itu membuat pertengkaran seru mereka
berakhir. Mereka mempersiapkan senjata masing-masing dan berjalan menuju tempat
benda aneh itu jatuh. Mereka tidak melakukannya secara terang-terangan. Mereka
bersembunyi dibalik pohon dan terus mendekat. Jarak pandang mereka sudah cukup
dekat. Mereka terkejut setelah mengetahui apa yang mereka lihat.
“ Hei.
Bukankah itu pesawatmu? Bagaimana bisa ada benda seperti itu disini?” Tanya
Xian.
“ Aku
tidak tahu, sepertinya hanya Jasmine yang membuat pesawat seperti itu.” Kata
Imelda “ Jangan-jangan...”
“ Ada
apa?” Tanya Resilia.
“
Tunggulah disini, aku sendiri yang akan melawannya.” Imelda mengajak Alvredo
keluar dari tempat persembunyian dan mendekati pesawat itu. Ia sudah bersiap
menembak jika ada sesuatu yang tidak berjalan lancar. Pintu pesawat itu
membuka, seorang gadis keluar dari pesawat itu. Imelda tidak bisa melihat
wajahnya karena gadis itu hanya menunduk dan berusaha untuk merangkak keluar
dari pesawat itu. Ia memegang kepalanya yang terkena luka memar akibat terkena
benturan keras. Dalam beberapa saat ia mengangkat kepalanya dan melihat Imelda
yang sudah membidiknya.
“ Siapa
kau? Apa Jasmine yang menyuruhmu untuk menangkapku? Apa kau ingin menjadikanku
sekutumu?” tanya Imelda dengan nada menggertak. Gadis itu kembali menunduk dan
menahan tubuhnya supaya tidak terjatuh ke tanah.
“ Jawab
aku!.”
Gadis
itu berdiri perlahan dan tetap mengarahkan pandangannya kebawah. Ia
menghentakkan kakinya ke tanah. Tiba-tiba saja area tempat jatuhnya pesawat
telah di pagari oleh tanah dengan bentuk bebek diatasnya dan menjulang tinggi
sehingga ia tidak bisa keluar dari sana. Dari kelihatannya benda itu siap untuk
meledak kapanpun.
“
Akhirnya, aku menemukanmu.” Gadis itu mengambil senjata yang ia letakkan
dipunggungnya. “ Aku akan menghabisimu disini.”
Senjata
gadis itu mengeluarkan cairan berwarna hijau dari senjatanya, itu adalah racun.
‘Tidak salah lagi dia adalah manusia buatan milik Jasmine’ itulah yang ada
difikiran Imelda. Dari wajah dan cara bertarungnya hampir sama dengan manusia
buatan yang pernah menyerangnya. Ia melompat menghindari serangan itu, ia
mengeluarkan alat yang berisikan Mr Kweek dan juga senjatanya. “ Tembak dia.”
Perintah Imelda.
Robot-robotnya
menyerang gadis itu dengan menembaknya dengan ratusan peluru. Gadis itu
melindungi dirinya dengan mengangkat tanah dibawahnya dan menjadikannya dinding
pertahanan. Imelda melemparkan peledak kedalam pertahanannya itu. Tanpa ia
sadari tanah pijakannya telah meledak. Ia berusaha menghindari ledakkan itu
dengan menembakkan pelurunya ketanah sehingga ia bisa melayang diudara. Tetapi
ledakkan itu lebih besar dari perkiraannya. Ledakkan itu tetap berhasil
melukainya.
“ Apa
yang terjadi? Bukankah itu sebuah ledakan?” Tanya Triana.
“
Sesuatu pasti tengah terjadi, kita harus membantunya.” Kata Kouichi.
“
Jangan bodoh apa kau tidak lihat itu?” Angelina menunjuk kearah pagar pelindung
itu. “ Benda itu bisa dengan mudah dihancurkan, tetapi juga sangat mudah untuk
meledak.”
“ Apa?
Bagaimana bisa patung dari tanah itu meledak?” kata Eithan tak percaya.
“ Bisa
saja, itu adalah semacam sihir elemental. Tetapi ia juga menggunakan tanah.
Elemen api tidak akan bisa dipadukan dengan kemampuan grafitasi. Sebenarnya
siapa dia?” kata Diandra heran.
“
Serahkan saja padaku.” Resilia mengambil anak panahnya dan mulai membidik
sela-sela dari pagar itu. “ Karena inilah aku dijadikan Guardian of Pledge.”
Imelda
tergeletak lemah karena terkena ledakan itu. Tubuhnya terkena luka bakar.
Alvredo menyerang gadis itu dengan sinar laser didadanya. Gadis itu menahannya
dengan menembakan sesuatu pada Alvredo. Cairan itu membuat sebuah gelembung
yang menahan serangan Alvredo, ia bahkan tidak bisa bergerak maupun
menghancurkannya. Imelda berusaha untuk bangun, ia menggunakan senjatanya untuk
menyangga tubuhnya. Gadis itu memukul tanah dibawahnya dan menimbulkan getaran
yang tidak terlalu besar. Sebuah tangan besar muncul dan memukul imelda
sehingga terpental ke udara. Gadis itu menggepalkan tangannya, tangan besar itu
meledak dan mengenai Imelda. Sebuah tangan besar terbentuk dari es muncul dan
memukul mundur Imelda. Alvredo berhasil lepas dari gelembung penahannya dan
menangkap Imelda. Imelda membidikkan senjatanya pada gadis itu, ia menembakkan
sebuah rudal yang bisa mengejar targetnya. Rudal itu bergerak dengan cepat,
bahkan gadis itu belum sempat menggunakan tanah untuk pertahanannya lagi. Rudal
itu menabraknya dan meledak.
“
Tunggu dulu, bagaimana jika panahmu malah memicu pagar itu untuk meledak?”
Angelina menghalangi sasaran Resilia.
“ Lalu
apa yang bisa kita lakukan? Hanya diam disini seakan tidak terjadi apa-apa?” jawab
Resilia.
“ Aku
bisa membuka portal dan masuk kedalam sana. Tetapi aku masih belum bisa membawa
orang lain. Tubuhku belum cukup kuat.” Usul Diandra.
“ Aku
tidak akan membiarkanmu melakukan itu. Terlalu berbahaya. Kau sendiri masih
terluka.” Cegah Eithan.
“
Ayolah... apakah tidak ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk membantunya?” kata
Xian.
Alvredo
menurunkan Imelda. Imelda tetap siaga dan memperhatikan musuhnya. Gadis itu
bangkit dari reruntuhan tanah yang retak akibat serangan Imelda. Tubuhnya penuh
luka, darah segar mengalir ditubuhnya. Ia menggenggam senjatanya dengan tangan
gemetaran. Ia hampir terjatuh tetapi ia tetap bertahan. Ia memandang Imelda
dengan tatapan tajam.
“ Aku
akan membunuhmu...” gadis itu menekan tombol yang ada disenjatanya. “ Bagaimanapun
caranya... Aku akan membunuhmu!”
Imelda
juga mempersiapkan amunisi untuk serangan selanjutnya. Gadis itu menembakkan
cairan putih dari senjatanya. Imelda juga menembakkan pelurunya. Ia tidak
mengarahkannya pada gadis itu, ia mengarahkan senjatanya keudara. Sebuah bola
besi terlontarkan dari senjatanya. Bola itu terbuka dan peluru didalamnya
mengujani gadis itu. Ia tidak memprediksikan serangan seperti itu dan tidak
sempat menghindar. Ia terkena serangan telak itu.
Gadis
meluncur diatas cairan putih yang sebelumnya ia tembakkan, dengan cepat ia
sudah berada tepat didepan Imelda. “ Skakmat.”
Ia
meletakkan kedua tangannya diatas tanah dan membuat tanah dan udara
disekitarnya menjadi penuh dengan batuan tajam berwarna ungu, batuan itu
berlumuran dengan racun. Imelda berteriak kesakitan karena serangan itu.
“ Apa
kau dengar itu? Itu suara teriakan Imelda.” Kata Triana khawatir.
“
Sesuatu pasti terjadi padanya.” Sahut Alisa.
“ Kita
harus membantunya.” Kata Resilia.
“
Hentikan! Kau hanya memperburuk keadaan, bagaimana jika pagar itu meledak? Ini
sama saja kita membunuh Imelda.” bantah Angelina.
“ Kalau
begitu kita mundur, aku bisa melakukan ini dalam jarak jauh. Kita tidak akan
tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak mencobanya.”
Gadis
itu menghilangkan batuan tajam itu hanya dalam sekejap. Imelda terjatuh dengan
penuh luka ditubuhnya. Tubuhnya gemetaran karena racun yang melapisi batuan itu
masuk kedalam tubuhnya melalui luka-luka tusuk dari batuan tajam itu. Kulit
disekitar lukanya mulai membiru. Ia sudah tidak kuat untuk berdiri, ia hanya
menghadapkan wajahnya pada gadis itu.
“
Menyerahlah.” Gadis itu menodongkan senjatanya pada Imelda. “ Hidupmu hanya
sampai disini.”
Imelda
tidak menjawabnya, ia juga mengarahkan senjatanya pada gadis itu. Ia tidak sanggup
untuk menahan senjatanya. Ia batuk dan memuntahkan darah. Jangankan untuk
mengangkat senjata, untuk bernafas saja sudah sangat sulit.
Gadis
itu tersenyum sinis “ Matilah kau.” Gadis itu bersiap menekan pelatuknya. Ia
menyadari sebuah anak panah tengah menuju kearahnya. Ia hanya menggeser
tubuhnya tanpa berpindah dari tempatnya berdiri.
“ Hei..
kau yang diluar sana.” Teriak gadis itu, ia melepaskan pandanganya pada Imelda
dan melihat kearah datangnya anak panah itu. “ Kurasa kau hanya pemanah yang bodoh.
Jangan ganggu aku. Setelah aku membunuh gadis ini aku akan membunuhmu juga.”
Resilia
hanya tersenyum mendengar perkataan gadis itu.
“ Untuk
sekarang aku akan menyelesaikan urusanku denganmu.” Gadis itu kembali
menodongkan senjatanya pada Imelda, tetapi ia telah terlambat. Imelda sudah
tidak berada disana lagi. Ia melihat sekeliling mencari orang yang akan
dibunuhnya. Ia membalikkan badannya, ia menemukannya tengah berdiri dengan layu
disana.
“
Ba...bagaimana bisa kau... bagaimana bisa kau pindah secepat itu?” Gadis itu
menodongkan senjatanya pada Imelda. “ Tidak akan kubiarkan kau lari.” Ia
menekan pelatuknya.
Sebuah
peluru mengenai punggung gadis itu dan mendorongnya hingga ia menabrak pagar
pelindungnya sendiri. Pagar itu memerah dan akhirnya meledak. Ledakan itu
membuat mereka berdua terpental jauh.
“
Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Kouichi.
“
Ambush Point, sebuah sihir pemanah. Aku menggunakan sihirku pada anak panah
ini. Yang perlu kulakukan hanya menembakkannya dekat dengan orang yang ingin
kita serang. Jika panah itu tertancap pada tanah maka akan tumbuh sebuah bunga.
Bunga itu akan mengeluarkan racun yang membutakan indra musuh. Musuh akan
menganggap bunga itu adalah orang yang ingin dia serang, tetapi sebenarnya
orang itu sedang berada tepat dibelakangnya dan siap menyerang. Racun itu hanya
bereaksi pada orang yang ingin aku serang, oleh sebab itu Imelda tidak akan
terkena pengaruh sihirku. Jika kita tidak sanggup menyerangnya bunga itu juga
akan berfungsi seperti bom waktu.” Jelas Resilia.
“ Tak
kusangka kau memiliki sihir seperti itu. Aku tidak pernah mendengarnya, kau
juga tidak pernah menggunakannya.” Kata Triana.
“ Itu
karena kau ada untuk mencuri perhatian musuh, bukankah sejak awal itu tugasmu.
Aku menggunakannya hanya disaat-saat tertentu. Seperti saat Cecilia menghilang.
Hanya aku yang bisa menguasai sihir itu. Para Elf memiliki kemampuan unik
masing-masing. Sama seperti dirimu, kecepatan dan hentakkan kakimu yang kuat.
Itulah yang membuatmu menjadi Guardian Of Pledge.”
Mereka
berdua sama-sama tergeletak di tanah, jarak mereka tidak jauh. Mereka berdua
tidak bisa bergerak, mereka berdua telah mencapai batas mereka. Tubuh mereka
penuh dengan luka dan darah mereka bercucuran. Senjata mereka terpental jauh
karena ledakan itu. Pertarungan mereka telah berakhir.
“
Maafkan aku kak Imelda, aku tidak berguna. Kau memberiku tugas yang sangat
mudah tetapi aku tidak berhasil melakukannya. Maafkan aku.” Kata gadis itu
dengan air mata yang berlinang.
“ Kau
tidak perlu meminta maaf padaku. Untuk apa kau melakukannya?” Jawab Imelda.
“ Aku
tidak bicara padamu bodoh. Aku sedang berbicara pada orang yang pernah
menolongku dan memberikanku sebuah misi.”
“
Kuberi tahu satu hal. Namaku Imelda, dan... tunggu, kau tidak tahu siapa aku?”
“ Tentu
saja aku tahu, kau adalah Jasmine. Orang yang seharusnya kubunuh.”
“ Sudah
kubilang aku bukan Jasmine. Namaku Imelda, aku kira kau adalah salah satu
manusia buatan milik Jasmine yang diprogram untuk membawaku kembali padanya
karena wajah dan ukuran tubuh kita mirip.”
“ Itu
tidak mungkin. Imelda adalah seseorang yang telah memprogram ulangku sehingga
aku bisa seperti ini. Dia sudah dewasa, bukan bocah sepertimu.”
“
Apa... Imelda yang kau maksud... memiliki robot pendamping?”
“ Tentu
saja, dia selalu memperbaiki dan merawat Alvredo. Dia langsung memperbaikinya
jika ada kerusakan kecil terjadi padanya. Alvredo sangat berarti bagi Imelda.”
“ Ini
mungkin aneh, tetapi aku yang menciptakan Alvredo. Dia adalah robot yang
melindungiku selama pertarungan berlangsung.”
“
Ka..kau bohong kan? Kau seharusnya sudah dewasa. Tetapi kau masih bocah.”
“ Aku
tidak tahu bagaimana aku bisa terlihat dewasa, tapi manusia buatan tidak akan
mengalami pertumbuhan.”
“ Kau
memberikan sel manusia pada tubuhmu sendiri. Itu adalah salah satu hasil
ciptaanmu yang berhasil. Kau melakukan percobaan pada tubuhmu sendiri. Kau bisa
tumbuh dewasa. Hanya sampai berumur delapan belas tahun saja, tetapi umurmu
sebenarnya sudah tua.”
“ Apa
benar? Aku hampir putus asa jika ukuran tubuhku tetap seperti ini. Dari
ceritamu, kau berasal dari masa depan.”
“ Iya,
aku ditugaskan olehmu untuk menggagalkan rencana Jasmine membuat pasukan perang
karena kau terlambat melakukannya. Kesalahannya adalah dia tidak memberiku
informasi yang lebih akurat, misalnya saja fotonya. Aku tersesat di jaman ini.
Seharusnya aku pergi ke lima puluh tahun yang lalu, tetapi karena kesalahanku
akhirnya aku tiba di delapan puluh sembilan tahun yang lalu.”
“ Jadi
sebenarnya aku datang dari tiga puluh sembilan tahun yang akan datang? Itu
sebabnya tidak ada orang yang mengerti tentang alat-alatku. Tapi bagaimana
bisa? Aku kira mesin waktu itu tidak ada.”
“
Jasmine adalah orang pertama yang menemukannya. Pesawat yang kau bawa adalah
mesin waktu pertamanya. Cara kerjanya adalah dengan melaju dengan kecepatan
tertentu, kau akan tiba dimasa yang kau iginkan.”
“ Bodoh
sekali aku tidak menyadarinya.” Mereka berdua tertawa karena candaan itu. Tawa
mereka harus berhenti ketika gadis itu batuk dan memuntahkan darah. Imelda
dibuat panik olehnya. “ Apa kau baik-baik saja?”
“
Seharusnya aku yang bertanya seperti itu karena aku telah menusukmu dengan
racun. Kau bisa mati kapan saja. Aku tidak bisa bergerak. Penawar racunnya ada
pada senjataku. Namaku Commelina, jangan lupakan aku. Aku membutuhkanmu untuk
memprogram ulangku. Jika kau mengirimku ke masa lalu jangan lupa memberikan
informasi yang lebih rinci supaya ini tidak terjadi lagi. Maafkan aku... aku
hampir membunuhmu. Terimakasih atas semua yang kau lakukan padaku.
Terimakasih... Master.” Ia menutup kedua matanya. Suara hembusan nafasnya tidak
terdengar lagi. Ia sama sekali tidak bergerak.
“
Commelina? Hei.. apa kau baik-baik saja?” gadis itu tidak menjawab. Imelda
tidak bisa bergerak untuk memastikan keadaannya. “ Commelina kau dengar aku?
Bertahanlah, sebentar lagi bantuan akan datang.” Gadis itu hanya terdiam.
Xian
dan yang lainnya berlari kearah mereka berdua. Eithan membangunkannya dan
menyenderkan tubuh imelda pada lengannya.
“ Apa
kau baik-baik saja?” tanya Eithan.
“ Kak
Eithan kumohon, tolong selamatkan Commelina. Kumohon jangan sampai dia mati.”
“
Commelina? Yang kau maksud gadis kecil yang tadi menyerangmu?”
“ Dia
melakukan kesalahan, kumohon sembuhkan dia. Jangan biarkan dia mati.”
“
Bagaimana denganmu? Kau sendiri terluka, tubuhmu terkena racun. Kau yang lebih
beresiko dan...”
“
Jangan hiraukan aku, tolong selamatkan dia...” pandangan Imelda mulai
berkunang-kunang. Wajah Eithan mulai tidak terlihat. Ia melihat Eithan
memanggil namanya tetapi ia tidak bisa mendengarnya. Tubuhnya lemas, ia
merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia juga merasakan racun yang perlahan
menggerogoti tubuhnya. Ia gemetaran dan sulit bernafas. Semakin lama ia mulai
kehilangan pandangannya dan akhirnya semuanya berubah menjadi hitam.
***
Hangat.
Hal itu adalah hal pertama yang ia rasakan saat kesadarannya mulai kembali.
Dengan perlahan ia membuka kedua matanya. Ia melihat semburat warna oranye
ditengah kegelapan. Perlahan pandangannya mulai semakin jelas. Ia tersadar
sedang tergeletak diatas tanah dan sebuah akar yang cukup besar ia gunakan
sebagai bantal. Hari sudah malam, mereka bermalam di hutan dan membuat api
unggun sebagai penahan dinginnya malam. Ia berusaha bagun, rasa sakit
menyambutnya dan membuatnya mengurungkan niatnya. Eithan menyadari hal itu.
“
Bagaimana? Apa sudah mulai merasa lebih baik? Apa kau merasakan sakit?” tanya
Eithan.
“
Sekujur tubuhku terasa sakit. Dimana Comemlina? Apa dia baik-baik saja?” kata
Imelda.
“ Iya,
tadi ia sempat bangun. Sekarang dia sedang tertidur pulas. Dia bilang dia akan
membiarkan kita menggunakan pesawatnya. Dia tidak akan kembali sebelum misinya
selesai.”
“
Syukurlah kalau begitu.” Imelda merasa lega dan kembali merebahkan tubuhnya.
“ Besok
pagi kita kembali melanjutkan perjalanan, istirahat yang cukup.”
“ Kalau
kau ingin cepat sembuh gunakan ini.” Angelina melemparkan botol yang berisi
ramuan pada Imelda. “ Lumuri lukamu dengan ramuan itu, besok lukamu akan sembuh.
Itu adalah resep rahasia Master Cintia.”
“
Terimakasih.” Imelda menunjukkan senyuman penuh ketulusan. Ia melumuri semua
lukanya dengan ramuan itu. Ia kembali menutup botol itu dan memberikannya pada
Eithan. Ia kembali mengatur posisi senyaman mungkin, ia tidak boleh membuang
waktu istirahatnya. Ia melemaskan tubuhnya dan menutup kedua matanya. Rasa
kantuk mulai menguasainya dan akhirnya ia pun tertidur dengan sangat pulas.
“
Bagaimana dengan lukamu Diandra.” Tanya Eithan setelah ia kembali duduk didekat
api unggun.
“ Aku
tidak apa-apa.” Jawab Diandra dengan nada datar.
“
Jangan berbohong Master. Aku tahu kau sedang melemah. Biarkan kakakmu
mengobatimu.” Bujuk Melinda.
“
Huh... sebuah boneka saja tahu apa yang harus dilakukan.” Cela Angelina.
Diandra
tidak terlalu menghiraukannya. Ia beranjak dari tempatnya. “ Aku sudah lelah.
Aku ingin tidur.” Ia bergabung bersama Triana dan yang lainnya. Melinda juga
terbang megikutinya.
Hanya
tersisa Eithan dan Angelina yang sedang berjaga. Tak satupun kata terucapkan.
Angelina menjaga agar api tetap menyala dan Eithan hanya memandangiya. Ribuan
kata tak terucapkan mulai mengganggu Eithan. Ia memalingkan wajahnya pada api
hangat itu.
“ Kau
ingin membicarakan sesuatu?” tanya Angelina.
“
Kurasa begitu.”
“
Katakan saja. Aku akan mendengarkanmu.”
“ Ada
yang mengganggu fikiranku. Kau masih ingat perkataan Sorceress yang berada di
Istana saat itu?”
“ Mana
mungkin aku lupa? Dia sangat menjengkelkan.”
“ Kau
tidak merasakan sesuatu saat dia berkata begitu?”
“ Sudah
cukup Eithan. Sebenarnya apa yang ingin kau katakan. Jangan membuat hal ini
menjadi rumit.”
Eithan
menghela nafas panjang, mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya “ Semua
yang dia katakan benar.”
“ Apa?”
“
Tentang perselisihan antara Cleric dan Sorceress. Sejak awal kami di didik
untuk tidak mempercayai kalian, para Sorceress. Kalian tidak percaya jika sihir
yang ada didunia ini adalah pemberian dari tuhan. Kalian bersikukuh untuk mempertahankan
pendapat kalian, sihir bisa diciptakan oleh manusia. Tapi, sejak aku bertemu
denganmu semua itu berubah menjadi keraguan. Saat kau mendengar perkataan
Sorceress itu, sudah pasti kau belum pernah mengetahuinya. Aku bahkan tidak
tahu yang kulakukan benar atau tidak.”
“ Tidak
usah bertele-tele. Langsung saja pada intinya.”
“ Aku
merasa aku tidak pantas untukmu. Takdir tidak memperbolehkan kita meneruskan
hubungan ini. Aku takut... jika kita tetap bersama kau akan merasa tidak
sejalan denganku dan akan ada lebih banyak orang lain lagi yang memisahkan kita.
Kau akan diacuhkan. Sama seperti yang terjadi pada Diandra. Aku tidak ingin itu
terjadi. Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Ku pikir lebih baik jika...”
Angelina
menggenggam telapak tangannya dan api ungun itu mulai membesar.“ Apa kau sudah
selesai?” ia menelentangkan telapak tangannya dan api itu mengecil kembali
seperti semua
Eithan
hanya diam, ia memandang Angelina yang sedang menatap marah padanya. “
Memangnya apa hubungan perselisihan itu dengan hubungan kita? Aku tidak
memperdulikannya sama sekali.”
“ Kau
tidak mengerti. Kau tidak mengerti bagaimana seorang Sorceress berada di
perkumpulan para Cleric. Diandra pergi ke sekolah sihir itu karena idealismenya
bertentangan dengan keluarga kami. Bahkan ia sampai melakukan sejauh itu untuk
mendapat perhatian kami. Karena aku mencintaimu aku tidak ingin itu terjadi
padamu.”
Angelina
bergeser mendekati Eithan. Ia membuat bola api di tangan kirinya dan sebuah
kristal es di tangan kanannya.
“ Apa
kau ingat? Saat aku kembali ke masa lalu aku membuatkan ini untukmu. Kristal es
ini adalah hatiku. Dan api ini adalah dirimu.” Angelina mengarahkan Kristal es
itu ke arah bola api itu. Perlahan es itu mulai mencair. “ Itulah yang telah
kau lakukan padaku. Kau mulai meluluhkan hatiku dengan perlahan. Sejak dulu
yang ada difikiranku hanyalah balas dendam, kebencian dan selalu berfikir untuk
menjadi yang terkuat. Kau memberiku kehangatan, kau merubahku dan memberi tahu
bagaimana indahnya dunia. Bersamamu aku bahagia, apapun yang terjadi. Aku tidak
perduli meskipun seluruh dunia akan melarangku, tapi sampai kapanpun... aku
akan selalu mencintaimu.”
Eithan
tersenyum, lalu ia kembali memandang api unggun yang ada dihadapannya. “ Ya...
aku rasa begitu.”

Assalamualaiku wr. Wb.
BalasHapusSelamat malam para pembaca semuanya.
Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
Terimakasih
RDSawako