Sabtu, 28 Maret 2015

Days Of Darkness : Chapter 10


Shooting Star
“ Apa katamu? Pesawat ini sudah tidak bisa terbang?” Xian terkejut.
“ Ya, apa boleh buat. Kita kehabisan bahan bakar. Kalau saja kita mampir ke penjual bahan bakar mungkin tidak akan terjadi seperti ini.” Jawab Imelda.
“ Penjual bahan bakar? Mana ada penjual seperti itu didunia ini? Barang-barang yang kau miliki saja sudah aneh-aneh. Mana ada orang yang menjual barang seperti itu?”
“ Tentu saja ada, disetiap kota pasti akan ada penjualnya. Mereka pasti memiliki barang yang kita butuhkan.”
“ Kau ini bicara apa? Kau ini seperti mahluk asing saja.”

“ Sudahlah tidak usah dirisaukan.” Triana berusaha melerai mereka berdua. “ Bagaimana jika kita jalan kaki saja. Apa kita masih jauh Diandra?”
“ Seperti yang kau lihat, tidak ada butiran pasir. Ini adalah hutan. Suhunya pun juga tidak sama sekali menujukkan kita dekat dengan padang pasir.” Kata Diandra.
“ Buatlah dirimu berguna. Buka portal itu dak dalam sekejap kita bisa sampai ketujuan. Bukankah hanya kau yang tahu dia sedang berada dimana.” Kata Angelina.
“ Dia sedang terluka, bukankah kau sendiri yang bilang? Dia tidak bisa membuka portal dalam keadaan seperti ini.” Bela Eithan.
“ Apa yang kau tunggu? Sembuhkan adik kesayanganmu itu.” Kata Angelina sinis.
“ Sudahlah, ini tidak ada gunanya.” Kata Resilia.
Ditengah pertengkaran itu sesuatu yang sangat besar jatuh dari langit melewati tempat jatuhnya pesawat mereka. Suara tumbukkan dengan tanah terdengar sangat keras. Beberapa pohon tumbang setelahnya. Hal itu membuat pertengkaran seru mereka berakhir. Mereka mempersiapkan senjata masing-masing dan berjalan menuju tempat benda aneh itu jatuh. Mereka tidak melakukannya secara terang-terangan. Mereka bersembunyi dibalik pohon dan terus mendekat. Jarak pandang mereka sudah cukup dekat. Mereka terkejut setelah mengetahui apa yang mereka lihat.
“ Hei. Bukankah itu pesawatmu? Bagaimana bisa ada benda seperti itu disini?” Tanya Xian.
“ Aku tidak tahu, sepertinya hanya Jasmine yang membuat pesawat seperti itu.” Kata Imelda “ Jangan-jangan...”
“ Ada apa?” Tanya Resilia.
“ Tunggulah disini, aku sendiri yang akan melawannya.” Imelda mengajak Alvredo keluar dari tempat persembunyian dan mendekati pesawat itu. Ia sudah bersiap menembak jika ada sesuatu yang tidak berjalan lancar. Pintu pesawat itu membuka, seorang gadis keluar dari pesawat itu. Imelda tidak bisa melihat wajahnya karena gadis itu hanya menunduk dan berusaha untuk merangkak keluar dari pesawat itu. Ia memegang kepalanya yang terkena luka memar akibat terkena benturan keras. Dalam beberapa saat ia mengangkat kepalanya dan melihat Imelda yang sudah membidiknya.
“ Siapa kau? Apa Jasmine yang menyuruhmu untuk menangkapku? Apa kau ingin menjadikanku sekutumu?” tanya Imelda dengan nada menggertak. Gadis itu kembali menunduk dan menahan tubuhnya supaya tidak terjatuh ke tanah.
“ Jawab aku!.”
Gadis itu berdiri perlahan dan tetap mengarahkan pandangannya kebawah. Ia menghentakkan kakinya ke tanah. Tiba-tiba saja area tempat jatuhnya pesawat telah di pagari oleh tanah dengan bentuk bebek diatasnya dan menjulang tinggi sehingga ia tidak bisa keluar dari sana. Dari kelihatannya benda itu siap untuk meledak kapanpun.
“ Akhirnya, aku menemukanmu.” Gadis itu mengambil senjata yang ia letakkan dipunggungnya. “ Aku akan menghabisimu disini.”
Senjata gadis itu mengeluarkan cairan berwarna hijau dari senjatanya, itu adalah racun. ‘Tidak salah lagi dia adalah manusia buatan milik Jasmine’ itulah yang ada difikiran Imelda. Dari wajah dan cara bertarungnya hampir sama dengan manusia buatan yang pernah menyerangnya. Ia melompat menghindari serangan itu, ia mengeluarkan alat yang berisikan Mr Kweek dan juga senjatanya. “ Tembak dia.” Perintah Imelda.
Robot-robotnya menyerang gadis itu dengan menembaknya dengan ratusan peluru. Gadis itu melindungi dirinya dengan mengangkat tanah dibawahnya dan menjadikannya dinding pertahanan. Imelda melemparkan peledak kedalam pertahanannya itu. Tanpa ia sadari tanah pijakannya telah meledak. Ia berusaha menghindari ledakkan itu dengan menembakkan pelurunya ketanah sehingga ia bisa melayang diudara. Tetapi ledakkan itu lebih besar dari perkiraannya. Ledakkan itu tetap berhasil melukainya.
“ Apa yang terjadi? Bukankah itu sebuah ledakan?” Tanya Triana.
“ Sesuatu pasti tengah terjadi, kita harus membantunya.” Kata Kouichi.
“ Jangan bodoh apa kau tidak lihat itu?” Angelina menunjuk kearah pagar pelindung itu. “ Benda itu bisa dengan mudah dihancurkan, tetapi juga sangat mudah untuk meledak.”
“ Apa? Bagaimana bisa patung dari tanah itu meledak?” kata Eithan tak percaya.
“ Bisa saja, itu adalah semacam sihir elemental. Tetapi ia juga menggunakan tanah. Elemen api tidak akan bisa dipadukan dengan kemampuan grafitasi. Sebenarnya siapa dia?” kata Diandra heran.
“ Serahkan saja padaku.” Resilia mengambil anak panahnya dan mulai membidik sela-sela dari pagar itu. “ Karena inilah aku dijadikan Guardian of Pledge.”
Imelda tergeletak lemah karena terkena ledakan itu. Tubuhnya terkena luka bakar. Alvredo menyerang gadis itu dengan sinar laser didadanya. Gadis itu menahannya dengan menembakan sesuatu pada Alvredo. Cairan itu membuat sebuah gelembung yang menahan serangan Alvredo, ia bahkan tidak bisa bergerak maupun menghancurkannya. Imelda berusaha untuk bangun, ia menggunakan senjatanya untuk menyangga tubuhnya. Gadis itu memukul tanah dibawahnya dan menimbulkan getaran yang tidak terlalu besar. Sebuah tangan besar muncul dan memukul imelda sehingga terpental ke udara. Gadis itu menggepalkan tangannya, tangan besar itu meledak dan mengenai Imelda. Sebuah tangan besar terbentuk dari es muncul dan memukul mundur Imelda. Alvredo berhasil lepas dari gelembung penahannya dan menangkap Imelda. Imelda membidikkan senjatanya pada gadis itu, ia menembakkan sebuah rudal yang bisa mengejar targetnya. Rudal itu bergerak dengan cepat, bahkan gadis itu belum sempat menggunakan tanah untuk pertahanannya lagi. Rudal itu menabraknya dan meledak.
“ Tunggu dulu, bagaimana jika panahmu malah memicu pagar itu untuk meledak?” Angelina menghalangi sasaran Resilia.
“ Lalu apa yang bisa kita lakukan? Hanya diam disini seakan tidak terjadi apa-apa?” jawab Resilia.
“ Aku bisa membuka portal dan masuk kedalam sana. Tetapi aku masih belum bisa membawa orang lain. Tubuhku belum cukup kuat.” Usul Diandra.
“ Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu. Terlalu berbahaya. Kau sendiri masih terluka.” Cegah Eithan.
“ Ayolah... apakah tidak ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk membantunya?” kata Xian.
Alvredo menurunkan Imelda. Imelda tetap siaga dan memperhatikan musuhnya. Gadis itu bangkit dari reruntuhan tanah yang retak akibat serangan Imelda. Tubuhnya penuh luka, darah segar mengalir ditubuhnya. Ia menggenggam senjatanya dengan tangan gemetaran. Ia hampir terjatuh tetapi ia tetap bertahan. Ia memandang Imelda dengan tatapan tajam.
“ Aku akan membunuhmu...” gadis itu menekan tombol yang ada disenjatanya. “ Bagaimanapun caranya... Aku akan membunuhmu!”
Imelda juga mempersiapkan amunisi untuk serangan selanjutnya. Gadis itu menembakkan cairan putih dari senjatanya. Imelda juga menembakkan pelurunya. Ia tidak mengarahkannya pada gadis itu, ia mengarahkan senjatanya keudara. Sebuah bola besi terlontarkan dari senjatanya. Bola itu terbuka dan peluru didalamnya mengujani gadis itu. Ia tidak memprediksikan serangan seperti itu dan tidak sempat menghindar. Ia terkena serangan telak itu.
Gadis meluncur diatas cairan putih yang sebelumnya ia tembakkan, dengan cepat ia sudah berada tepat didepan Imelda. “ Skakmat.”
Ia meletakkan kedua tangannya diatas tanah dan membuat tanah dan udara disekitarnya menjadi penuh dengan batuan tajam berwarna ungu, batuan itu berlumuran dengan racun. Imelda berteriak kesakitan karena serangan itu.
“ Apa kau dengar itu? Itu suara teriakan Imelda.” Kata Triana khawatir.
“ Sesuatu pasti terjadi padanya.” Sahut Alisa.
“ Kita harus membantunya.” Kata Resilia.
“ Hentikan! Kau hanya memperburuk keadaan, bagaimana jika pagar itu meledak? Ini sama saja kita membunuh Imelda.” bantah Angelina.
“ Kalau begitu kita mundur, aku bisa melakukan ini dalam jarak jauh. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak mencobanya.”
Gadis itu menghilangkan batuan tajam itu hanya dalam sekejap. Imelda terjatuh dengan penuh luka ditubuhnya. Tubuhnya gemetaran karena racun yang melapisi batuan itu masuk kedalam tubuhnya melalui luka-luka tusuk dari batuan tajam itu. Kulit disekitar lukanya mulai membiru. Ia sudah tidak kuat untuk berdiri, ia hanya menghadapkan wajahnya pada gadis itu.
“ Menyerahlah.” Gadis itu menodongkan senjatanya pada Imelda. “ Hidupmu hanya sampai disini.”
Imelda tidak menjawabnya, ia juga mengarahkan senjatanya pada gadis itu. Ia tidak sanggup untuk menahan senjatanya. Ia batuk dan memuntahkan darah. Jangankan untuk mengangkat senjata, untuk bernafas saja sudah sangat sulit.
Gadis itu tersenyum sinis “ Matilah kau.” Gadis itu bersiap menekan pelatuknya. Ia menyadari sebuah anak panah tengah menuju kearahnya. Ia hanya menggeser tubuhnya tanpa berpindah dari tempatnya berdiri.
“ Hei.. kau yang diluar sana.” Teriak gadis itu, ia melepaskan pandanganya pada Imelda dan melihat kearah datangnya anak panah itu. “ Kurasa kau hanya pemanah yang bodoh. Jangan ganggu aku. Setelah aku membunuh gadis ini aku akan membunuhmu juga.”
Resilia hanya tersenyum mendengar perkataan gadis itu.
“ Untuk sekarang aku akan menyelesaikan urusanku denganmu.” Gadis itu kembali menodongkan senjatanya pada Imelda, tetapi ia telah terlambat. Imelda sudah tidak berada disana lagi. Ia melihat sekeliling mencari orang yang akan dibunuhnya. Ia membalikkan badannya, ia menemukannya tengah berdiri dengan layu disana.
“ Ba...bagaimana bisa kau... bagaimana bisa kau pindah secepat itu?” Gadis itu menodongkan senjatanya pada Imelda. “ Tidak akan kubiarkan kau lari.” Ia menekan pelatuknya.
Sebuah peluru mengenai punggung gadis itu dan mendorongnya hingga ia menabrak pagar pelindungnya sendiri. Pagar itu memerah dan akhirnya meledak. Ledakan itu membuat mereka berdua terpental jauh.
“ Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Kouichi.
“ Ambush Point, sebuah sihir pemanah. Aku menggunakan sihirku pada anak panah ini. Yang perlu kulakukan hanya menembakkannya dekat dengan orang yang ingin kita serang. Jika panah itu tertancap pada tanah maka akan tumbuh sebuah bunga. Bunga itu akan mengeluarkan racun yang membutakan indra musuh. Musuh akan menganggap bunga itu adalah orang yang ingin dia serang, tetapi sebenarnya orang itu sedang berada tepat dibelakangnya dan siap menyerang. Racun itu hanya bereaksi pada orang yang ingin aku serang, oleh sebab itu Imelda tidak akan terkena pengaruh sihirku. Jika kita tidak sanggup menyerangnya bunga itu juga akan berfungsi seperti bom waktu.” Jelas Resilia.
“ Tak kusangka kau memiliki sihir seperti itu. Aku tidak pernah mendengarnya, kau juga tidak pernah menggunakannya.” Kata Triana.
“ Itu karena kau ada untuk mencuri perhatian musuh, bukankah sejak awal itu tugasmu. Aku menggunakannya hanya disaat-saat tertentu. Seperti saat Cecilia menghilang. Hanya aku yang bisa menguasai sihir itu. Para Elf memiliki kemampuan unik masing-masing. Sama seperti dirimu, kecepatan dan hentakkan kakimu yang kuat. Itulah yang membuatmu menjadi Guardian Of Pledge.”
Mereka berdua sama-sama tergeletak di tanah, jarak mereka tidak jauh. Mereka berdua tidak bisa bergerak, mereka berdua telah mencapai batas mereka. Tubuh mereka penuh dengan luka dan darah mereka bercucuran. Senjata mereka terpental jauh karena ledakan itu. Pertarungan mereka telah berakhir.
“ Maafkan aku kak Imelda, aku tidak berguna. Kau memberiku tugas yang sangat mudah tetapi aku tidak berhasil melakukannya. Maafkan aku.” Kata gadis itu dengan air mata yang berlinang.
“ Kau tidak perlu meminta maaf padaku. Untuk apa kau melakukannya?” Jawab Imelda.
“ Aku tidak bicara padamu bodoh. Aku sedang berbicara pada orang yang pernah menolongku dan memberikanku sebuah misi.”
“ Kuberi tahu satu hal. Namaku Imelda, dan... tunggu, kau tidak tahu siapa aku?”
“ Tentu saja aku tahu, kau adalah Jasmine. Orang yang seharusnya kubunuh.”
“ Sudah kubilang aku bukan Jasmine. Namaku Imelda, aku kira kau adalah salah satu manusia buatan milik Jasmine yang diprogram untuk membawaku kembali padanya karena wajah dan ukuran tubuh kita mirip.”
“ Itu tidak mungkin. Imelda adalah seseorang yang telah memprogram ulangku sehingga aku bisa seperti ini. Dia sudah dewasa, bukan bocah sepertimu.”
“ Apa... Imelda yang kau maksud... memiliki robot pendamping?”
“ Tentu saja, dia selalu memperbaiki dan merawat Alvredo. Dia langsung memperbaikinya jika ada kerusakan kecil terjadi padanya. Alvredo sangat berarti bagi Imelda.”
“ Ini mungkin aneh, tetapi aku yang menciptakan Alvredo. Dia adalah robot yang melindungiku selama pertarungan berlangsung.”
“ Ka..kau bohong kan? Kau seharusnya sudah dewasa. Tetapi kau masih bocah.”
“ Aku tidak tahu bagaimana aku bisa terlihat dewasa, tapi manusia buatan tidak akan mengalami pertumbuhan.”
“ Kau memberikan sel manusia pada tubuhmu sendiri. Itu adalah salah satu hasil ciptaanmu yang berhasil. Kau melakukan percobaan pada tubuhmu sendiri. Kau bisa tumbuh dewasa. Hanya sampai berumur delapan belas tahun saja, tetapi umurmu sebenarnya sudah tua.”
“ Apa benar? Aku hampir putus asa jika ukuran tubuhku tetap seperti ini. Dari ceritamu, kau berasal dari masa depan.”
“ Iya, aku ditugaskan olehmu untuk menggagalkan rencana Jasmine membuat pasukan perang karena kau terlambat melakukannya. Kesalahannya adalah dia tidak memberiku informasi yang lebih akurat, misalnya saja fotonya. Aku tersesat di jaman ini. Seharusnya aku pergi ke lima puluh tahun yang lalu, tetapi karena kesalahanku akhirnya aku tiba di delapan puluh sembilan tahun yang lalu.”
“ Jadi sebenarnya aku datang dari tiga puluh sembilan tahun yang akan datang? Itu sebabnya tidak ada orang yang mengerti tentang alat-alatku. Tapi bagaimana bisa? Aku kira mesin waktu itu tidak ada.”
“ Jasmine adalah orang pertama yang menemukannya. Pesawat yang kau bawa adalah mesin waktu pertamanya. Cara kerjanya adalah dengan melaju dengan kecepatan tertentu, kau akan tiba dimasa yang kau iginkan.”
“ Bodoh sekali aku tidak menyadarinya.” Mereka berdua tertawa karena candaan itu. Tawa mereka harus berhenti ketika gadis itu batuk dan memuntahkan darah. Imelda dibuat panik olehnya. “ Apa kau baik-baik saja?”
“ Seharusnya aku yang bertanya seperti itu karena aku telah menusukmu dengan racun. Kau bisa mati kapan saja. Aku tidak bisa bergerak. Penawar racunnya ada pada senjataku. Namaku Commelina, jangan lupakan aku. Aku membutuhkanmu untuk memprogram ulangku. Jika kau mengirimku ke masa lalu jangan lupa memberikan informasi yang lebih rinci supaya ini tidak terjadi lagi. Maafkan aku... aku hampir membunuhmu. Terimakasih atas semua yang kau lakukan padaku. Terimakasih... Master.” Ia menutup kedua matanya. Suara hembusan nafasnya tidak terdengar lagi. Ia sama sekali tidak bergerak.
“ Commelina? Hei.. apa kau baik-baik saja?” gadis itu tidak menjawab. Imelda tidak bisa bergerak untuk memastikan keadaannya. “ Commelina kau dengar aku? Bertahanlah, sebentar lagi bantuan akan datang.” Gadis itu hanya terdiam.
Xian dan yang lainnya berlari kearah mereka berdua. Eithan membangunkannya dan menyenderkan tubuh imelda pada lengannya.
“ Apa kau baik-baik saja?” tanya Eithan.
“ Kak Eithan kumohon, tolong selamatkan Commelina. Kumohon jangan sampai dia mati.”
“ Commelina? Yang kau maksud gadis kecil yang tadi menyerangmu?”
“ Dia melakukan kesalahan, kumohon sembuhkan dia. Jangan biarkan dia mati.”
“ Bagaimana denganmu? Kau sendiri terluka, tubuhmu terkena racun. Kau yang lebih beresiko dan...”
“ Jangan hiraukan aku, tolong selamatkan dia...” pandangan Imelda mulai berkunang-kunang. Wajah Eithan mulai tidak terlihat. Ia melihat Eithan memanggil namanya tetapi ia tidak bisa mendengarnya. Tubuhnya lemas, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia juga merasakan racun yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Ia gemetaran dan sulit bernafas. Semakin lama ia mulai kehilangan pandangannya dan akhirnya semuanya berubah menjadi hitam.
***
Hangat. Hal itu adalah hal pertama yang ia rasakan saat kesadarannya mulai kembali. Dengan perlahan ia membuka kedua matanya. Ia melihat semburat warna oranye ditengah kegelapan. Perlahan pandangannya mulai semakin jelas. Ia tersadar sedang tergeletak diatas tanah dan sebuah akar yang cukup besar ia gunakan sebagai bantal. Hari sudah malam, mereka bermalam di hutan dan membuat api unggun sebagai penahan dinginnya malam. Ia berusaha bagun, rasa sakit menyambutnya dan membuatnya mengurungkan niatnya. Eithan menyadari hal itu.
“ Bagaimana? Apa sudah mulai merasa lebih baik? Apa kau merasakan sakit?” tanya Eithan.
“ Sekujur tubuhku terasa sakit. Dimana Comemlina? Apa dia baik-baik saja?” kata Imelda.
“ Iya, tadi ia sempat bangun. Sekarang dia sedang tertidur pulas. Dia bilang dia akan membiarkan kita menggunakan pesawatnya. Dia tidak akan kembali sebelum misinya selesai.”
“ Syukurlah kalau begitu.” Imelda merasa lega dan kembali merebahkan tubuhnya.
“ Besok pagi kita kembali melanjutkan perjalanan, istirahat yang cukup.”
“ Kalau kau ingin cepat sembuh gunakan ini.” Angelina melemparkan botol yang berisi ramuan pada Imelda. “ Lumuri lukamu dengan ramuan itu, besok lukamu akan sembuh. Itu adalah resep rahasia Master Cintia.”
“ Terimakasih.” Imelda menunjukkan senyuman penuh ketulusan. Ia melumuri semua lukanya dengan ramuan itu. Ia kembali menutup botol itu dan memberikannya pada Eithan. Ia kembali mengatur posisi senyaman mungkin, ia tidak boleh membuang waktu istirahatnya. Ia melemaskan tubuhnya dan menutup kedua matanya. Rasa kantuk mulai menguasainya dan akhirnya ia pun tertidur dengan sangat pulas.
“ Bagaimana dengan lukamu Diandra.” Tanya Eithan setelah ia kembali duduk didekat api unggun.
“ Aku tidak apa-apa.” Jawab Diandra dengan nada datar.
“ Jangan berbohong Master. Aku tahu kau sedang melemah. Biarkan kakakmu mengobatimu.” Bujuk Melinda.
“ Huh... sebuah boneka saja tahu apa yang harus dilakukan.” Cela Angelina.
Diandra tidak terlalu menghiraukannya. Ia beranjak dari tempatnya. “ Aku sudah lelah. Aku ingin tidur.” Ia bergabung bersama Triana dan yang lainnya. Melinda juga terbang megikutinya.
Hanya tersisa Eithan dan Angelina yang sedang berjaga. Tak satupun kata terucapkan. Angelina menjaga agar api tetap menyala dan Eithan hanya memandangiya. Ribuan kata tak terucapkan mulai mengganggu Eithan. Ia memalingkan wajahnya pada api hangat itu.
“ Kau ingin membicarakan sesuatu?” tanya Angelina.
“ Kurasa begitu.”
“ Katakan saja. Aku akan mendengarkanmu.”
“ Ada yang mengganggu fikiranku. Kau masih ingat perkataan Sorceress yang berada di Istana saat itu?”
“ Mana mungkin aku lupa? Dia sangat menjengkelkan.”
“ Kau tidak merasakan sesuatu saat dia berkata begitu?”
“ Sudah cukup Eithan. Sebenarnya apa yang ingin kau katakan. Jangan membuat hal ini menjadi rumit.”
Eithan menghela nafas panjang, mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya “ Semua yang dia katakan benar.”
“ Apa?”
“ Tentang perselisihan antara Cleric dan Sorceress. Sejak awal kami di didik untuk tidak mempercayai kalian, para Sorceress. Kalian tidak percaya jika sihir yang ada didunia ini adalah pemberian dari tuhan. Kalian bersikukuh untuk mempertahankan pendapat kalian, sihir bisa diciptakan oleh manusia. Tapi, sejak aku bertemu denganmu semua itu berubah menjadi keraguan. Saat kau mendengar perkataan Sorceress itu, sudah pasti kau belum pernah mengetahuinya. Aku bahkan tidak tahu yang kulakukan benar atau tidak.”
“ Tidak usah bertele-tele. Langsung saja pada intinya.”
“ Aku merasa aku tidak pantas untukmu. Takdir tidak memperbolehkan kita meneruskan hubungan ini. Aku takut... jika kita tetap bersama kau akan merasa tidak sejalan denganku dan akan ada lebih banyak orang lain lagi yang memisahkan kita. Kau akan diacuhkan. Sama seperti yang terjadi pada Diandra. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Ku pikir lebih baik jika...”
Angelina menggenggam telapak tangannya dan api ungun itu mulai membesar.“ Apa kau sudah selesai?” ia menelentangkan telapak tangannya dan api itu mengecil kembali seperti semua
Eithan hanya diam, ia memandang Angelina yang sedang menatap marah padanya. “ Memangnya apa hubungan perselisihan itu dengan hubungan kita? Aku tidak memperdulikannya sama sekali.”
“ Kau tidak mengerti. Kau tidak mengerti bagaimana seorang Sorceress berada di perkumpulan para Cleric. Diandra pergi ke sekolah sihir itu karena idealismenya bertentangan dengan keluarga kami. Bahkan ia sampai melakukan sejauh itu untuk mendapat perhatian kami. Karena aku mencintaimu aku tidak ingin itu terjadi padamu.”
Angelina bergeser mendekati Eithan. Ia membuat bola api di tangan kirinya dan sebuah kristal es di tangan kanannya.
“ Apa kau ingat? Saat aku kembali ke masa lalu aku membuatkan ini untukmu. Kristal es ini adalah hatiku. Dan api ini adalah dirimu.” Angelina mengarahkan Kristal es itu ke arah bola api itu. Perlahan es itu mulai mencair. “ Itulah yang telah kau lakukan padaku. Kau mulai meluluhkan hatiku dengan perlahan. Sejak dulu yang ada difikiranku hanyalah balas dendam, kebencian dan selalu berfikir untuk menjadi yang terkuat. Kau memberiku kehangatan, kau merubahku dan memberi tahu bagaimana indahnya dunia. Bersamamu aku bahagia, apapun yang terjadi. Aku tidak perduli meskipun seluruh dunia akan melarangku, tapi sampai kapanpun... aku akan selalu mencintaimu.”

Eithan tersenyum, lalu ia kembali memandang api unggun yang ada dihadapannya. “ Ya... aku rasa begitu.”

1 komentar:

  1. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<