Sabtu, 07 Maret 2015

Days Of Darkness : Chapter 8


Identitas Peyihir Legendaris
Ia membuka pintu kamar itu dan langsung menutupnya lagi. Ia merasa lelah setelah seharian menggunakan kakinya untuk berdiri tiada henti. Ia terus membicarakan omong kosong yang selalu membuatnya tertawa dalam hati. Pria itu melepaskan topi besar yang selalu ia gunakan diatas meja berwarna putih itu. Semua barang di dalam ruangan ini didominasi dengan warna putih, begitu juga pakaiannya. Sayangnya meskipun semuanya berwarna putih ada satu yang berwarna hitam. Yaitu hatinya.
Ia berniat merebahkan dirinya di atas ranjang, ia duduk dan melepaskan sepatunya. Saat ia mengangkat kepalanya ia terkejut melihat ada seorang wanita yang berpakaian serba putih dan memiliki kulit putih sempurna juga rambut pedek indah berwarna putih sedang bersandar di pojok ruangan sambil melipat tangannya. Ia mulai bosan menunggunya di kamar itu.
“ Akhirnya aku menemukanmu orang tua. Ternyata kau bersembunti di sini, bagaikan seekor tikus putih yang bersembunyi didalam keju putih dan meggerogotinya dari dalam. Aku tidak menyangka ini adalah wajah barumu. Aku kecewa padamu, aku kira kau bisa menyamar lebih baik dari ini.”
“ Kau... siapa kau? Apa yang kau inginkan?” pria itu beringsut kebelakang setelah mengetahui wanita itu mengetahui identitasnya.
“ Mudah saja, Veskuld ingin bertemu denganmu.”
“ Bagaimana jika aku menolak?”
“ Aku yakin kau tidak akan menolak jika kami ingin kau membangkitkannya.”
“ Apa maksudmu membangkitkan...”
“ Ya itu benar. Tertarik?” Pria itu menjawab dengan senyuman jahat terlukis jelas diwajahnya.
***
“ Ini adalah teh herbal yang ku maksud, silahkan diminum. Sekali teguk kalian sudah bisa merasakan khasiatnya.” Kouichi menaruh gelas-gelas yang berisikan teh herbal rahasia keluarganya diatas meja. Ia sudah berganti pakaian, tidak seperti pakaian bertarungnya pakaian ini sangat sederhana. Sama seperti pakaian orang pada umumnya. Dan yang lebih membingungkan adalah kucing yang mengajarinya berbagai tehnik bertarung. Siapapun yang melihatnya tidak akan percaya kalau kucing itu adalah seekor Master Assassin. Ia terlihat layaknya seekor kucing biasa.
“ Kenapa kucing itu tidak berpenampilan seperti tadi?” Tanya Resilia.
“ Tentu saja, ayah tidak tahu kalau kucing peliharaannya adalah Master Assassin pelindung ibu. Kurasa akan lebih baik tidak melibatkan ayah.”
“ Kalau begitu kita lanjut saja pembicaraan kita. Sama seperti kesimpulanku yang sebelumnya, seorang penyihir yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan seekor naga yang diceritakan oleh Triana adalah dalang dibalik semua ini. Hanya saja kita tidak tahu bagaimana kelangsungan ritual itu.” Jelas Eithan.
“ Biasanya untuk membangkitkannya dibutuhkan semacam bahan-bahan supaya sihirnya berhasil.” Lanjut Angelina.
“ Apa kau yakin dia adalah seorang peyihir? Bagaimana jika dia satu ras denganku?” tanya Alisa
“ Maksudmu?”
“ Kufikir kemampuannya hampir sama dengan kemampuanku. Memanggil arwah jahat itu lalu memasukkannya kedalam boneka. Maka semuanya sempurna.”
“ Kurasa tidak begitu. Talejia memberiku gambaran itu adalah seekor naga sungguhan, sama sekali tidak terlihat seperti boneka raksasa.” Jelas Triana.
“ Bagaimana? Apa kau bisa melakukan itu jika wadahnya adalah makhluk hidup?” tanya Eithan.
“ Aku rasa tidak. Beda halnya jika memanggil untuk sementara waktu dan memasukkan arwah itu kedalam tubuh kita sendiri. Tetapi itu tida bertahan lama.” Jawab Alisa.
“ Aku rasa dia bukan seseorang yang berasal dari rasmu. Tidak mungkin ia akan menyerang hanya dalam waktu tertentu seperti yang kau bicarakan.”
“ Dia tidak sendirian.” Sela Xian “ Hari ini kami telah diserang oleh mereka. Ada dua orang, wanita berambut pirang dan pria berambut merah.”
“ Kalau tidak salah nama wanita itu adalah Aisha, aku tahu namanya karena pria itu bermaksud untuk mengajak rekannya untuk mundur setelah ia kalah satu-lawan satu denganku. Setelah memanggil temannya ia membuka portal dan pergi, sama seperti yang dilakukan Diandra.” Tambah Kouichi.
“ Apa wanita itu... memliki tanduk dikepalanya?” tanya Resilia.
“ Bagaimana kau bisa tahu?” Xian heran.
“ Jujur saja aku tidak percaya, tetapi Aisha wanita berambut pirang dan memiliki tanduk dikepalanya berasal dari sebuah padang pasir. Aku pernah membacanya di sebuah buku legenda pertarungan naga, dia adalah salah satunya. Desert Dragon.”
“ Di...dia adalah naga? Tapi bagaimana bisa? Yang aku lihat hanyalah seorang gadis, bukan seekor naga.”
“ Mungkin kau tidak tahu. Seekor naga bisa berubah menjadi bentuk tubuh manusia.”
 Tubuh Xian menegang seketika. Ia berbisik ‘ Yang menculik Sean adalah seekor naga. Apa aku bisa menyelamatkannya?’ Triana pun menyadarinya.
Seorang lelaki paruh baya membuka sebuah pintu yang menghubungkan ruangan kerjanya dengan ruang tamu. Ia mengenakan haduk di pundaknya dan menggunakannya untuk mengusap keringatnya setelah ia selesai bekerja keras diruanganya yang panas. Ia terkejut melihat ada banyak anak muda yang duduk di dalam ruang tamu. “ Ooo aku tidak menyadari kita kedatangan tamu. Maafkan aku, aku harus menyelamatkan seorang gadis yang tubuhnya tertusuk benda tajam. Aku menemukannya tergeletak tak sadarkan diri didepan rumah.”
“ Bagaimana keadaannya? Dia adalah adikku.” Tanya Eithan khawatir.
“ Ooo, seorang Adventure ya? Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan kalian semua. Gadis itu baik-baik saja. Aku sudah memberinya obat khas keluargaku yang bisa mempercepat penyembuhan lukanya. Dia sedang istirahat. Kau boleh melihatnya, tetapi jangan bangunkan dia. Dia sangat butuh Istirahat.”
“ Baiklah, aku akan pergi menemui adikku.” Kata Eithan.
“ Aku juga harus pergi, aku harus memberikan penghormatan pada guruku. Aku tidak akan lama.” Kata Alisa.
“ Kouichi, bisakah kau tunjukkan dimana toiletnya?” tanya Angelina.
“ Aku juga.” Kata Imelda.
“ Baiklah, mari ikut aku.”
“ Aku juga ikut.” Resilia dan yang lainnya meninggalkan ruangan ini. Hanya Xian dan Triana yang tersisa. Xian hanya menunduk dan tangannya menopang tubuhnya diatas kakinya, tak ada satu katapun yang terucap. Triana tidak terbiasa dengan ini. Xian yang biasanya langsung menyambutnya, kini dia hanya diam. Dan itu membuatnya khawatir.
“ Xian, apa kau baik-baik saja?” Triana merendahkan kepalanya sehingga ia bisa melihat wajah Xian. Xian memalingkan wajahya sehingga Triana tidak bisa melihatnya. “ Sebenarnya ada apa ini? Kau bersikap aneh. Sejak kapan kau memalingkan wajahmu seperti itu. Ceritakan saja padaku, mungkin aku bisa membantumu.”
Terdengar suara hembusan nafas, ia menghela nafas panjang dan kembali menghembuskannya. Triana semakin khawatir dengan keadaan Xian, ia mendekatinya dan menyentuh pundaknya. Xian memalingkan wajahnya sehingga Triana dapat melihat kedua mata birunya, sangat dalam. Tanpa harus dikatakapun kedua matanya bisa mengatakan dia tengah menanggung beban berat, kesedihan yang mendalam. Ia membuka mulutnya dan berniat mengatakannya, ia tidak sanggup. Ia kembali menundukkan kepalanya. Ia lebih memilih untuk tidak memberi tahu apa-apa.
“ Apa... ini tentang Sean?”
Xian tersentak kaget dan kembali melihat wajah Triana, ia menggigit bibirnya menahan rasa sedih yang ia rasakan. Ia memeluk erat Triana, melampiaskan semua kesedihannya dengan itu. Pelukannya semakin erat dan Triana masuk semakin dalam kedalam pelukan Xian.
“ Xian...”
“ Aku... aku ini sangat lemah, aku membiarkan semua orang didekatku terluka. Aku tidak bisa melindungi siapapun. Meskipun aku mencobanya tetap tidak ada yang berubah. Aku membiarkannya pergi begitu saja dan tidak mampu mencegahnya.” Xian megucapkannya dengan suara yang bergetar. Triana membalas pelukan Xian.
“ Tidak. Itu tidak benar. Kau tahu? Kau berulang kali menyelamatkanku, bahkan kau berikan nyawamu sebagai taruhannya. Aku tahu, meskipun kau belum berhasil menyelamatkan Sean kau pasti berusaha sekuat tenaga untuk mencegahnya.”
Xian menghela nafas panjang dan menutup kedua matanya. Ia berusaha menenangkan dirinya. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia melepaskan pelukannya dan menjauhi Triana. Ia kembali mengarahkan wajahnya pada kedua kakinya. Triana masih memandang Xian. Kouichi dan yang lainnya terlihat bingung dengan keadaan canggung itu. Mereka lebih memilih untuk diam. Keheningan itu terhenti saat pintu rumah ini terbuka dan seorang wanita membawa peralatannya.
“ Maaf jika aku pergi terlalu lama, apa kalian tidak...” Semua orang tidak menanggapinya. Alisa juga ikut masuk kedalam suasana. Eithan telah kembali ke ruangan itu, wajahnya menunjukkan rasa lega. Ia telah mengetahui kondisi adiknya dan itu membuatnya merasa lebih baik.
“ Syukurlah Diandra baik-baik saja. Sampai dimana kita tadi?” Eithan kebingungan dengan suasana hening ini. “ Hei, apa kalian mendengarkan?”
“ Ba... bagaimana kita bisa mengetahui lokasi musuh?” tanya Kouichi.
“ Pertama kita harus mengetahui siapa musuh kita, kita bisa mulai dari Desert Dragon itu. Hanya dia satu-satunya petunjuk.”
“  Dia tinggal di padang pasir.” Resilia mengeluarkan sebuah gulungan dari tasnya. Ia membuka gulungan itu, hanya kertas kosong yang ada didalamnya. Setelah beberapa saat baru terlukis peta diatasnya. “ Disinilah dia tinggal.”
“ Bukakah itu tempat markas persembunyian milik kakak... maksudku Jasmine?” Kata Imelda.
“ Kau pernah kesana?”
“ Iya. Koordinatnya masih tersimpan di pesawatku. Kita bisa saja langsung pergi kesana.”
“ Tapi apakah tidak lebih cepat jika Diandra yang mengantarkan kita?” usul Eithan.
“ Kurasa kau tidak tahu, untuk menggunakan sihir itu dia harus dalam keadaan benar-benar sehat atau dia sendiri yang akan menerima akibatnya.” Sanggah Angelina.
“ Kurasa kita tidak memiliki banya pilihan.” Kata Alisa.
“ Tunggu apa lagi? Kita harus bergegas.” Kata Triana.
“ Tunggu!” Diandra bergabung dengan mereka dengan keadaan lemah. Ia berjalan sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding dan tangan kanannya memegangi lukanya. “ Aku juga ikut.”
“ Tidak. Kau tunggu saja disini. Kau sedang terluka.” Larang Eithan.
“ Hanya aku yang tahu dimana keberadaan Sean.” Ia menghela nafas pajang dan menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa sakit yang tengah ia rasakan. “ Tenang saja, aku masih bisa merasakan keberadaannya. Itu artinya dia masih hidup. Jadi tenanglah.”
Xian menggenggam tangannya erat-erat. Ia berdiri dan pandangannya lurus kedepan. “ Ayo kita berangkat.”

1 komentar:

  1. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<