Kamis, 05 Februari 2015

Days Of Darkness : Chapter 5


Bertemu dengan Yang Mulia
                " Lama sekali dia, sebenarnya dia sedang bersiap atau sedang tidur? Kita tidak memiliki banyak waktu."  Angelina berjalan kesana kemari karena Sean belum juga selesai mempersiapkan diri, padahal sudah hampir dua jam lamanya mereka menunggu. Hal itu juga dirasakan oleh yang lainnya, hanya saja mereka lebih bersabar menunggunya. Triana sudah lebih dulu kembali ke kerajaan Elf karena dia tidak ikut diantar oleh teleportasi Diandra.


          " Bersabarlah kak, mungkin sebentar lagi dia akan muncul." Imelda berusaha untuk menenangkan Angelina yang sudah sejak tadi gelisah.
          " Mau sampai kapan? Kita sedang dihantui oleh peperangan dan dia ingin berjalan seperti siput? Kita tinggal saja dia."
          " Apa maksudmu? Kalau kita meninggalkannya untuk apa kita kemari? Aku tidak ingin menghabiskan tenagaku dengan kembali kesini untuk menjemputnya. Lagi pula aku juga tidak akan menerima perintah darimu." Kata Diandra.
          " Su..sudah jangan ribut. Mungkin sekitar lima menit lagi." Kata Imelda.
          " Baiklah, lima menit. Tidak lebih dari itu. aku tidak  perduli jika kita harus meninggalkannya." Angelina memalingkan pandangannya dan bersedekap.
          Tak lama kemudian Sean yang dipunggungnya sedang memikul tas besar dan disekelilingnya digantung peralatan memasak. " Maaf telah lama menunggu, ayo kita berangkat."
          " Sebenarnya barang apa saja yang kau bawa Sean? Kau ingin pindah rumah?" Xian terkejut melihat barang sebanyak itu dibawa oleh saudara kembarnya.
          " Ada barang sebanyak ini di fikiranku. Aku kira ini semua akan sangat penting."
          Xian menghela nafas panjang " Kemari kau." Ia menyeret adiknya masuk ke dalam rumah, ia membongkar isi tas besar adikknya itu.
          "Hei, apa yang kau lakukan?"
          " Apa ini? Bantal? Kau ingin membawa bantal sepanjang perjalanan? Peralatan masak ini banyak sekali, satu penggorengan dan satu spatula saja sudah cukup. Kau membawa piring? Apa kau bercanda? Kau kira kita akan pergi berkemah?" Sean hanya diam " aku akan keluarkan semua barang yang tidak penting, kau akan mati karena kau tidak bisa bergerak." Setelah Xian selesai melakukan eliminasi barang bawaan adiknya itu ia kembali keluar dan mengunci pintu rumahnya. Ia memasukkan kuncinya kedalam tasnya.
          " Apa kau sudah selesai tuan siput? Kakiku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi karena sudah lebih dari dua jam berdiri menunggumu disini." Angelina adalah orang pertama yang sudah tidak sabar memarahi Sean jika bertemu dengannya.
          " Sudahlah, yang penting dia sudah siap." Kata Eithan.
          " Baiklah, berikan tangan kanan kalian padaku, aku akan memberi tanda pada kalian supaya aku bisa mengetahui dimana keberadaan kalian dan bisa menjemput kalian." Kata Diandra.
          " Sebelumnya, bisakah kau jelaskan tentang kemampuanmu berteleportasi itu?" tanya Xian.
          " Baiklah, aku hanya bisa menggunakan sihir ini dalam jarak tertentu, dan aku hanya bisa menjelajah waktu jika aku berada tepat ditempat yang sama dimana kejadian dimasa lalu terjadi. Seperti yang dikatakan Angelina, aku hanya bisa menggunakannya dua kali berturut-turut. Butuh waktu cukup lama untuk menggunakannya lagi. Tetapi jika ada hal yang tidak diinginkan aku akan tetap berusaha untuk menjemput kalian. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?"
          " Ternyata kau tidak sehebat yang kukira. Kau baru bisa melintas waktu jika berada tepat ditempat yang sama?" ejek Angelina.
          " Setidaknya aku masih berusaha membantu."
          " Sudahlah kak, sebaiknya kita cepat lakukan apa yang dikatakan kak Diandra. Kita sudah tidak memiliki banyak waktu." Kata Imelda.
          Merekapun akhirnya mengajukan tangan mereka masing-masing, Diandra meberikan tanda itu pada tangan mereka. " Aku akan mengantar kalian ke Istana, lalu baru aku mengantar ke desa Paraire." Diandra mengangkat tangannya, membaca mantra dan membuka sebuah portal " Silahkan masuk."
***
          Triana telah tiba di Kerajaan Elf, nafasnya terengah-engah karena ia berusaha secepat mungkin untuk sampai kesana. Para penjaga perbatasan khawatir melihatnya " Ada apa Triana?"
          " Tidak, aku baru saja berlari. Aku harus bertemu dengan ratu sekarang juga."
          " Memangnya ada apa?"
          " Aku membawa berita buruk. Panggil juga Guardian of Pledge lainnya."
          " Baik." Salah satu dari mereka memanggil Resilia dan Alicia, dan yang lain tetap berjaga di tempat itu. Triana bergegas memasuki Istana dan menghadap ratu Nersilia. Sang ratu sedang duduk ditahtanya tengah berbincang dengan tetua kerajaan ini. Apapun yang mereka bicarakan pastilah bukan hal spele.
          " Hamba menghadap yang mulia." Triana membungkuk memberi penghormatan pada sang Ratu.
          " Selamat datang Triana, ada perlu apa kau kemari? Bukankah kau baru saja pulang ke desa Calderock?"
          " Saya mendapat kabar buruk yang mulia, saat ini seluruh kerajaan Elf dan kerajaan manusia dihantui oleh peperangan." Triana menjelaskan secara detail sama seperti yang telah mereka bicarakan sebelumnya. Ratu dibuat terkejut olehnya, tetapi tidak dengan tetua. Ia tidak percaya akan adanya hal itu.
          " Darimana kau tahu adanya informasi itu?" tanya tetua ketus.
          " Dari teman-teman saya, Sorceress dan Cleric mereka ahli dalam bidang ini dan mereka merasakan adanya orang yang akan membangkitkan mahluk ini. Dan juga siklus seribu tahun itu akan tiba dalam tiga bulan."
          " Kami datang menghadap yang mulia." Alicia dan Resilia baru saja tiba dan bingung karena pembicaraan yang menegangkan ini.
          " Hei Triana sebenarnya ada apa ini? Bukankah kau baru saja pulang? Kenapa kau kembali kemari?" tanya Alicia dengan rasa ingin tahu.
          " Hush, diamlah. Kau akan segera mengetahuinya."
          " Lalu apa buktinya kalau memang perang itu akan benar-benar terjadi?" lanjut tetua.
          " Apa? Perang?" Alicia tersentak kaget, tidak dengan Resilia ia tetap mendengarkan dengan seksama dan mengekspresikan keseriusannya.
          " Seorang manusia buatan, itu adalah buktinya. Entah bagaimana dia bisa lolos, tetapi ia menceritakan bahwa dia dan manusia buatan lainnya akan digunakan sebagai senjata perang dan saya sudah melihat bukti yang ia bawa tentang senjata lainnya."
          " Manusia buatan? Apakah ada hal semacam itu didunia ini? Apakah kau yakin kau tidak bermimpi?"
          " Buktinya tidak hanya itu, kerajaan ini telah diserang oleh Dark Elf dan mahluk-mahluk lainnya. Dark Elf adalah salah satu sekutu dari Dragon Followers. Dan juga saya telah mendapat Talejia tentang terjadinya hal itu, jika tidak segera ditangani maka tidak hanya kerajaan elf, seluruh muka bumi tidak akan sama seperti sedia kala."
          " Lalu, apa saranmu?"
          " Kita bekerja sama dengan kerajan manusia demi menyelamatkan Althea."
          " Omong kosong!" tetua itu berdiri dan menghentakkan tongkatnya " Elf dan manusia adalah musuh sejak jaman nenek moyang mereka, dan sekarang kau ingin kita bekerja sama dengan mereka?"
          "Tapi jika itu semua untuk kedamaian aku rasa tidak masalah." Queen Narsilia angkat bicara.
          " Tapi yang mulia.." tetua berusaha untuk menyanggahnya, tetapi sang Ratu mengangkat tangannya. Ia sudah tidak bisa mengubah keputusan ratu.
          " Persiapkan pakaianku, aku akan pergi menghadap Raja kerajaan manusia."
          " Biarkan kami saja yang pergi menghadap raja. Keadaan sangat berbahaya." Kata Resilia.
          " Aku akan tetap aman selama kalian bertiga mengawalku. Persiapkan senjataku."
          " Baik." Para pelayan pergi dan mempersiapkn segala keperluan ratu untuk perjalanan.
          " Kalian bertiga silahkan bersiap."
          " Baik yang mulia." Kata mereka bertiga serempak. Mereka berjalan meninggalkan istana.
          " Tunggu Triana." Alicia menyentuh pundak Triana dan menghentikan langkahnya " sebenarnya ada apa ini? Kenapa jadi begini?"
          " Bukannya tadi kau sudah dengar?"
          " Kau menyuruhku diam saat aku menanyaimu, bagaimana aku bisa tahu? Yang aku tahu hanya kata perang."
          " Sudahlah Alicia, mendengar kata perang dan Dragon Followers saja sudah cukup. Sudah pasti mereka akan menghancurkan dunia sama seperti lima puluh tahun yang lalu. Apa kau lupa dengan kejadian itu? Padahal baru lima puluh tahun berlalu. Ternyata ingatanmu buruk sekali." Resilia berkata sambil memeriksa panahnya. Ia menembakkan satu anak panah ke sasaran yang biasa ia gunakan untuk latihan.
          " Kau ini benar-benar menyebalkan lihat saja nanti aku akan membalasmu."
          Triana tertawa melihat mereka berdua. Perlahan ia merasakan rasa sakit dikepalanya, rasa sakit yang tak tertahankan sehingga ia jatuh berlutut dan memegangi kepalanya.
          " Kau tidak apa-apa Triana?" tanya Resilia. Tetapi Triana tidak bisa mendengar suaranya, ia memejamkan kedua matanya dan merasa seperti ia sudah tidak berada ditempat itu. Ia sedang melihat Talejia. Ia melihat Sean tergeletak tak sadarkan diri diatas tanah, dan mulai menghilng terbawa angin dan disertai butiran-butiran debu.
          " Sean." Teriak Triana.
          " Sean? Siapa dia?" tanya Alicia.
          " Kau melihat Talejia kan?" kata Resilia.
          " Dia dalam bahaya, bagaimana ini? Aku tidak bisa memberi tahu Xian sekarang."
          " Xian yang kau maksud pria berpedang yang pernah datang kemari bersamamu itu kan? Dia adalah orang yang kuat. Dia pasti bisa melindungi kembarannya itu." Resilia merusaha menenangkan Triana.
          " Bagaimana kau bisa mengenalnya? Apa mereka pernah kemari? Aku tidak pernah bertemu dengan mereka." Kata Alicia. Triana dan Resilia hanya tertawa dengan daya ingat yang rendah milik temannya itu. Queen Narsilia sudah keluar dari istana dan berjalan menuju pintu gerbang. Mereka bertiga pun juga melakukan hal yang sama. Mereka membentuk sebuah formasi untuk melindungi Ratu. Triana berada didepan Ratu karena dia adalah seorang Wind Walker. Sedangkan Resilia, Sniper dan Alicia, Artileri berjaga dibelakang ratu.
          " Ayo berangkat." Seru Queen Narsilia. Mereka pergi meninggalkan kerajaan Elf.
***
          Dua orang penjaga itu sudah sangat lelah menjaga keamanan ditempat mereka ditugaskan. Sudah sangat lama mereka bersikap sempurna tanpa digantikan petugas lain. Selama ini keadaan sangat damai sehingga tidak banyak orang yang ingin menjadi prajurit kerajaan. Begitulah nasib mereka sampai akhirnya kekosongan itu terisi dengan sebuah lubang hitam muncul dihadapan mereka. Tentu saja mereka dibuat terkejut olehnya. Mereka bergegas mengambil senjata yang sudah lama bersandar di gerbang pintu masuk istana itu. Mereka mengarahkan senjata pada lingkaran hitam itu. Mereka lebih kaget lagi ketika mereka melihat ada orang yang keluar dari lingkaran itu.
          " Si..siapa kalian? Kalian tidak akan kubiarkan melewati gerbang ini." Kata salah satu penjaga itu.
          " Saya Eithan dari Mana Ridge. Saya ingin bertemu dengan Raja." Ia menunjukkan surat perintahnya. Penjaga itu menurunkan senjatanya dan mempersilahkan mereka masuk.
          " Aku tidak akan bisa menjemput kalian karena itu akan jadi ketiga kalinya. Kita akan bertemu di desa Paraire apa kalian bisa kesana dengan cepat?" kata Diandra.
          " Tenang saja, aku bisa membawa pesawatku kemari." Kata Imelda.
          " Berjuanglah, kami bergantung pada kalian." Kata Xian.
          Eithan, Angelina dan Imelda memasuki gerbang itu. " Imelda, tunggu sebentar." Kata Sean " Bisahkah aku meminta..." Sean membisikannya pada Imelda.
          " Ooo tentu saja. Alvredo kemarilah." Imelda mengambil sebuah komponen dari mesin Alvredo " ini yang kau minta. Jangan dirusak ya. Aku masih belum punya penggantinya. Ada hal penting yang masih ingin kusimpan disana."
          " Tenang saja, aku akan mengembalikannya dalam keadaan baik." Ia memasukkannya kedalam tasnya.
          " Apa itu?" tanya Xian.
          " Rahasia." Jawab Sean jahil " Bolehkah aku membawa kalung milik ibu? Aku merindukannya, jadi merasa ingin bertemu dengannya."
          " Kau ini bicara apa? Aku tidak akan.."
          Diandra membaca mantra dan mengangkat tangan kanannya. Ia membuka kembali portal itu " Ayo cepat masuk. Kita tidak punya banyak waktu."
          Tanpa bisa membalas kejahilan kembarannya ia harus melanjutkan perjalanannya. Portal itu menutup dan mereka juga berpindah tempat. Keadaan di gerbang kerajaan tenang kembali. Para penjaga kembali menaruh senjatanya kembali pada tempatnya dan kembali ke posisi sebelum mereka semua datang. Belum lama mereka menikmati keheningan, angin kencang berhembus. Ini tidak seperti biasanya. Mereka melihat ada sesuatu yang bergerak cepat. Lagi-lagi mereka harus bersigap dan mengambil senjata mereka. Bergerak semakin cepat dan semakin mendekat. Dalam hitungan detik benda bergerak yang mereka lihat telah sampai dihadapan mereka.
          " Elf? Elf idak boleh memasuki kawasan ini." Penjaga itu menodongkan senjata kepada mereka. Alicia dan Resilia bersiap untuk menembakkan panahnya, tetapi tidak dengan Triana. Dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
          " Turunkan senjata kalian, kita kemari bukan untuk berperang." Perintah Queen Narsilia. Merekapun menurutinya. " Saya Narsilia, Ratu kerajaan Elf. Saya kemari karena hendak bertemu dengan Raja. Ada hal penting yang harus kami bicarakan."
          " Ratu?"
          " Apakah ada orang dari Mana Ridge atau Calderock yang membawa surat perintah untuk bertemu Raja?" tanya Triana.
          " Ada, baru saja mereka memasuki kerajaan ini."
          " Kami datang atas hal yang sama."
          Penjaga itu saling memandang dan kebingungan, apa yang harus mereka lakukan.
          " Kalau begitu antarkan saja kami kedalam. Kami tidak berniat untuk memusuhi kalian. Jika ada sesuatu yang salah kalian bisa menahan kami."
          " Triana kau ini bicara apa?" Alicia kebingungan.
          " Diamlah, aku berusaha membuat perjanjian di sini."
          Penjaga itu berfikir sejenak " Baiklah kalian akan aku anatar untuk menemui Raja."
          " Lihat kan?" Triana memandang Alicia dengan perasaan bangga.
          " Baiklah, aku kalah."
***
          Sang Raja tengah duduk di tahtanya, bosan karena tidak bisa melakukan apapun selain  duduk manis di tahtanya dan harus tetap berada disana. Mendengarkan perwakilan Sorceress dan Cleric. Tak ketinggalan jendral pasukan kerajaan dan seorang bioshop. Ia hanya bertopang dagu, mendengarkan suara-suara itu tiada henti. Kebosanannya sedikit terobati ketika ia prajuritnya membukakan pintu istananya. Hal itu membuatnya bertanya-tanya siapa yang datang.
          " Ada seorang Cleric, Sorceress dan anak kecil. Mau apa kalian kemari? Aku harap kalian tidak datang hanya untuk melaporkan keluhan. Kami sudah menyediakan kotak keluhan di setiap kotak surat." Kata seorang pria yang selalu memperbaiki rambutnya setiap lima menit sekali agar tetap terlihat baik.
          " Kami kemari bukan karena ada keluhan. Kedatangan kami kemari karena saya membawa berita buruk." Kata Eithan. Mereka bertiga memberi hormat kepada Raja Cassius
          " Apa Sorceress dan Cleric akan mengadakan peperangan lagi? Aku akan sangat senang mendengarnya. Tanganku sudah gatal ingin menyerang mereka." Kata seorang Sorceress berambut merah.
          " Tidak mungkin Sorceress dan Cleric akan bermusuhan." Sanggah Angelina.
          " Kau tidak tahu? Bukankah kau Anglina? Utusan sekolah sihir para Sorceress untuk menyelamatkan Ancient? Kau kuat dan cerdas tapi kau masih naif. Bagaimana kau bisa diperdaya oleh teman Clericmu?"
          " Apa maksudmu bicara seperti itu."
          " Sudahlah Angelina, kita kesini bukan ingin mencari musuh." Eithan berusaha menenangkan.
          Sorceress itu membuat wajah mengejek " Huh, jika kau tidak tahu baiklah akan aku ceritakan. Sejak Althea ada terdapat seorang penyihir yang memiliki kekuatan tiada duanya. Ia memiliki dua orang murid. Tetapi dua orang murid itu memiliki perbedaan pendapat. Salah satunya mempercayai bahwa ilmu sihir hanya diberikan dari tuhan, dia menyebut dirinya Cleric. Dan yang lain berpendapat bahwa ilmu sihir adalah ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari dan bisa diciptakan oleh manusia, itulah kita para Sorceress. Sudah barang pasti Sorceress tidak akan pernah sejalan dengan para Cleric."
          " Itu semua tidak benar." Bantah Angelina.
          " Maafkan aku, sebenarnya aku tidak terlalu mengerti tentang hal ini tetapi masih ada hal yang lebih penting daripada perselisihan kalian" Imelda berusaha menghentikan pertikaian itu.
          " Berani sekali kau anak kecil, kembalilah kepada ibumu dan jangan ikut campur urusan orang dewasa."
          " Aku tidak memiliki ibu, dan tubuhku tidak akan tumbuh. Aku adalah manusia buatan." Kata-kata imelda membuat seisi istana terkejut karena tidak ada yang menyangkanya.
          " Ma...manusia buatan? Tapi bagaimana bisa?"
          " Aku dilahiran di Laboratorium dan diciptakan sebagai senjata perang."
          " Maafkan aku, kurasa kau hanya berkhayal. Lihatlah sampai saat ini keadaan sangat damai. Bahkan bisa dibilang tidak ada gangguan sekecil apapun. Manusia buatanpun tidak pernah ada." Kata jendral itu.
          "Itu semua tidak benar dan kami bisa membuktikannya." Suara itu menarik perhatian semua orang.
          " Elf? Bagaimana bisa ada Elf di dalam istana?"
          " Saya Narsilia, Ratu kerajaan Elf. Kami datang kemari karena kami merasa bangsa Elf dan manusia harus membuat aliansi untuk mencegah peperangan. Kami memiliki bukti bahwa perkataan anak itu bukanlah omong kosong.."
" Baiklah biarkan mereka menjelaskan." Kata sang Raja.
Mereka semua berusaha meyakinkan Raja dengan menjelaskan semua yang mereka tahu tentang perang ini. Mereka juga memberikan bukti-bukti adanya perang itu. Membuat mereka percaya bukanlah hal yang mudah.
" Kalau begitu katakan dimana tempat ketua musuh berada?" tanya sang Raja.
" Kami masih belum mengetahuinya. Tetapi mereka akan terus menyerang, jika kita tidak membentuk aliansi untuk mempertahankan Althea dunia akan jatuh ketangan mereka." Kata Ratu Narsilia.
" Masih ada satu hal lagi. Hidupnya penyihir itu masih sebuah dugan bukan? Bagaimana jika hal yang kalian takutkan salah?" tambah Bioshop.
" Informasi yang kami dapat belum cukup. Kami akan membentuk aliansi jika kalian bersedia mencari tahu tentang dimana keberadaan musuh kita dan siapa saja mereka. Aku memerintahkan kalian untuk pergi mencari informasi itu."
" Kita tidak boleh membuang-buang waktu, jika dugan kami benar akan sangat terlambat untuk mempertahankan Althea." Sanggah Angelina.
" Aku rasa aku bisa mengatasinya." Imelda mengambil sebuah alat dari dalam tasnya " Kalian bisa menggunakan alat ini untuk mendapatkan informasi. Aku akan mengirimnya lewat pesawatku dan kalian bisa mengetahuinya hanya dengan menekan tomnol merah ini. Mudah kan?" ia memberikan alat itu pada jendral pasukan perang.
" Kami akan mencarikan informasi itu dan akan segera memberikannya pada yang mulia."
" Aku akan mengikutkan dua orang Guardian of Pledge untuk pencarian informasi ini." Usul Queen Narsilia.
" Berhati-hatilah." Kata Raja Cassius.

" Terimakasih yang mulia, semoga dewi memberkatimu." Eithan membungkukkan tubuhnya, memberi penghormatan kepada Raja. Lalu mereka semua pergi meninggalkan kerajaan.

1 komentar:

  1. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<