Minggu, 30 November 2014

Think Like a Tinkerer


Kesepian. Hal yang selalu kurasakan sejak aku ada di dunia ini. Gelapnya ruangan yang ku tempati. Kesunyian yang membunuhku. Bahkan tak ada satupun yang bersedia untuk mendengarkan suka dukaku. Hanya benda-benda seperti meja dan kursi yang selalu setia menemaniku setiap saat. Dan tumpukkan besi yang sudah sangat lama tidak tersentuh yang berada di ruang gudang. ” Ya tuhan, tolong keluarkan aku dari kesengsaraan ini.”


“ Selamat malam Imelda, bagaimana harimu hari ini?” sebenarnya aku tidak benar-benar hidup sendiri. Aku tinggal bersama kakakku Jasmine. Tetapi ia tidak pernah benar-benar tinggal dirumah. Dia pulang larut malam dan pergi pagi-pagi sekali. Dia selalu datang kerumah dengan keadaan lelah. “ Sama seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa.”
“ Syukurlah.”
“ Kak... Kapan kau bisa tinggal dirumah?”
“ Apa maksudmu? Bukankah selama ini aku selalu tinggal dirumah ini?”
“ Bukan begitu. Maksudku kapan kakak bisa mendapat hari libur? Kau selalu pergi bekerja. Bagaimana jika kita pergi ke taman?”
“ Maaf aku tidak bisa.”
“ Kalau begitu, bagaimana jika kita menghabiskan waktu dirumah. Hanya kita berdua. Mungkin kita bisa melakukan hal yang menyenangkan.”
“ SUDAH KUBILANG AKU TIDAK BISA!” aku terkejut mendengarnya berkata seperti itu. Baru pertama kalinya ia bicara dengan nada tinggi seperti itu padaku. aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Ia menghela nafas panjang dan berkata “ Maafkan aku. Banyak sekali pekerjaan yang masih menumpuk. Aku lelah sekali aku akan pergi tidur. Mungkin kau bisa lakukan sesuatu dengan barang-barang di gudang.” Ia beranjak dari kursi tempat ia menyandarkan tubuhnya dan pergi menuju kamar tidurnya.
Apa yang akan kulakukan dengan barang rongsokan yang ada di gudang? Jujur saja aku sangat takut membuka pintu ruangan itu. aku selalu berfikir akan ada sesuatu yang menakutiku keluar dari ruangan itu. Tapi... sepertinya ide itu tidak buruk. Aku bisa mengusir kebosananku. Lagi pula aku sudah berumur 8 tahun. Sudah bukan waktunya lagi untuk takut dengan hal-hal seperti itu. Seperti biasanya pagi-pagi sekali kakak sudah bersiap untuk pergi bekerja. Ia sangat tergesa-gesa karena ia sedikit terlambat. Rambutnya masih acak-acakan. Ia meminum susunya dan menyuapkan sehelai roti dimulutnya tanpa sempat untuk memakan dan menikmatinya. Ia berlari menuju pintu depan. Karena banyak sekali barang bawaannya sebuah blueprint terjatuh dari tangannya. Aku memungutnya dan mengembalikannya pada kakak “ Kak, ada yang terjatuh.”
“ Itu hanya sampah. Aku tidak membutuhkannya. Buang saja ke tempat sampah. Aku sudah terlambat. Jaga dirimu baik-baik. Sampai jumpa.” Suara pintu yang terbanting terdengar jelas di telingaku. Aku sangat penasaran apa isi blueprint ini. Kakak memberi tahuku untuk membuangnya jadi tidak ada salahnya aku membukanya. Banyak sekali garis yang terlukis di lembar ini. Awalnya aku tidak menyadari sama sekali apa yang terlukis di blueprint itu. Ternyata itu adalah “ Rancangan Robot.” Bagaimana mungkin ini bisa dibilang sampah? Menurutku mungkin kakak salah mengira bahwa ini adalah sampah.
Tapi mungkin aku bisa membangunnya dan bisa menjadikannya teman untuk menghabiskan waktu bersama. Mungkin dia bisa aku ajak bicara. Mungkin ini bisa mengisi hari-hari yang membosankan. Menghilangkan kesunyian yang tiada akhir. Aku mempelajari isi blueprint itu lagi. Mungkin aku bisa menggunakan alat-alat kerja kakak yang ia simpan di gudang. Dan juga rongsokan-rongsokan yang juga ia simpan disana. Sudah kuputuskan. Aku akan membuat sebuah robot.
Aku membawa sebuah lilin untuk penerangan di ruang gudang. Mungkin saja disana tidak ada lampu atau semacamnya. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Perlahan aku membuka pintu yang membuatku merasa takut berada dirumah ini. Debu-debu halus langsung menyambutku dan membuatku batuk karenanya. Debu diruangan ini sangat tebal. Maklum saja karena sudah tahunan ruangan ini tidak dimasuki seorangpun. Aku mencari sebuah saklar atau semacamnya yang bisa digunakan untuk menyalakan penerangan diruangan ini. Tetapi tidak satupun aku temui. Aku tidak mungkin akan membangun sebuah robot hanya dengan penerangan sebuah lilin. Aku hampir putus asa. Padahal aku sangat berharap aku bisa memiliki seorang teman. Aku membalikkan badanku dan berniat untuk keluar dari sini.
Saat aku melangkahkan kakiku, aku menginjak sebuah lantai dan lantai itu tertekan kedalam. Sebuah suara terdengar dibelakangku. Apa akan ada sesuatu yang akan menakutiku? Atau ada orang yang akan melukaiku? Bulu kudukku dibuat merinding karenanya. Tetapi suara itu membuatku penasaran. Dengan jantung yang berdegup kencang aku memberanikan diriku untuk melihat di asal suara itu. sebuah cahaya terpancar dari lantai ruangan ini. Aku mendekatinya, dan ternyata ada sebuah pintu rahasia. Rasa penasaranku selalu menang. Aku memasuki pintu rahasia itu. Setelah aku memasuki pintu rahasia ini ada sebuah lorong yang tidak terlalu panjang. Aku bisa melihat di ujung lorong ini terdapat sebuah pintu. Sejak kapan rumah ini memiliki ruang bawah tanah yang tersembunyi seperti ini?
Aku membuka pintu itu dan perlahan masuk kedalamnya. Aku sungguh tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ini bukan hanya sebuah ruang bawah tanah yang tersembunyi di bawah gudang. Tetapi ini sebuah laboratorium. Ruangan putih bersih terpampang jelas didepan kedua mataku. Tetapi kenapa kaka merahasiakan hal ini? Mungkin ada sesuatu yang tidak boleh kuketahui. Mungkin besok aku akan menanyakan hal ini padanya. Semua perlengkapan dan bahan bahan yang tertulis di blueprint ini bisa kutemukan disini. Seumur hidupku baru kali ini aku bisa melakukan sesuatu yang bisa membuatku merasa senang. Seakan aku bisa keluar dari rasa kesepianku untuk selamanya.
Semua alat dan bahan yang kubutuhkan telah tersedia. Aku mulai membangunnya. Perlahan tapi pasti. Sudah seharian aku berada diruangan ini, robot yang ku bangun sudah berbentuk seperti pada gambar yang terlukis di blueprint itu. Tak ku sangka membangun sebuah robot akan secepat ini. Tetapi ada satu hal yang menjadi masalah. Robot ini tidak mau menyala. Aku mencocokan kembali dengan blueprint itu. Tidak ada yang salah. Tetapi mengapa robotnya masih tidak bisa menyala? Apa benar yang dikatakan kakak, bahwa ini hanyalah sebuah sampah? Aku terduduk lemas didepan sebuah robot yang sudah dengan susah kubangun. Apa semua yang telah aku lakukan sia-sia? Apa aku akan membuang harapanku untuk tidak merasa kesepian lagi? Tidak! Ini bukan saatnya untuk menyerah. Aku tidak akan membiarkan hari-hari menyedihkan itu kembali menghantuiku lagi.
Aku beranjak dari tempat yang kugunakan untuk menopang tubuhku dan kembali memeriksa robot itu. Aku memeriksa seluruh bagian robot itu. dan hal yang paling memungkinkan adalah bagian mesin utama, yaitu tubuh robot ini. Aku membuka penutup tubuh robot ini. Banyak sekali kabel-kabel yang saling tumpang tindih dan berwarna-warni. Jika analisisku benar, robot ini kekurangan daya untuk hidup. Aku mencari kabel yang berukuran lebih besar dan berwarna biru dan merah. Aku melepaskan sambungannya dan ku sambungkan dengan sumber daya ruangan ini. Aku tahu ini sangat berbahaya. Mungkin akan memutus aliran listrik, tetapi aku harus melakukannya. Lampu ruangan ini mulai berkedip dan meredup. Sudah pasti ini akan terjadi. Meskipun daya yang diserap sudah cukup banyak robot itu masih belum mau menyala. Semua lampu diruangan ini meledak sehingga memancurkan kembang api. Ruangan ini menjadi sangat gelap.
Aku telah gagal. Ditambah lagi aku telah merusak ruangan ini. Apa yang akan kakak lakukan jika ia tahu aku yang melakukannya. Sudah pasti ia akan marah besar. Didalam kegelapan cahaya biru terpancar dan mengarah padaku. sebuah suara seperti besi dan lantai yang bersentuhan terdengar sangat jelas. Cahaya itu semakin tinggi dan semakin mendekat. “ Loading System” terdengar seperti suara seseorang. Tetapi tidak ada siapapun selain aku diruangan ini. Aku berlari didalam kegelapan menuju tempat dimana kau meletakkan lilinku. Dengat terburu-buru aku menyalakan lilin itu. “ Ro..robot yang kubuat... bisa berdiri?” aku tidak percaya ini. Aku telah berhasil. Aku berjalan mendekatinya. Robort itu mengikuti arah pergerakanku. Aku sangat senang ternyata aku benar-benar berhasil. “ Hai robot siapa namamu?”
“ Ha..i ro..bot sia..pa nama..mu?”
“ Aku bukan robot, maksudku siapa namamu? Namaku Imelda. Senang bertemu denganmu.”
“ Imelda? Alvredo.” Ia menunjukku lalu menunjuk dirinya sendiri. “ Namamu Alvredo?”
“ Alvredo.. Imelda.”
“ Ya, benar sekali namaku Imelda. Salam kenal Alvredo.” Kesenangan ini tidak berlangsung lama karena suara ketukan pintu terdengar dari pintu depan. Aku benar-benar lupa belum menyiapkan makan malam untuk kakak. Aku benar-benar menghabiskan waktuku di ruangan ini. “ Alvredo tunggulah disini. Nanti aku akan kembali menemuimu. Jangan pergi kemana-mana ya.”
Aku berlari keluar dari ruangan ini dan bergegas menuju pintu depan. “ Ya tunggu sebentar.” Kakak sudah berdiri lunglai didepan pintu, bahkan ia hampir saja terjatuh. “ Kakak tidak apa-apa?”
“ Diamlah! Cepat ambilkan aku minum!”
“ i..iya” aku bergegas menuju dapur dan mengambi segelas air untuknya. “ Ini kak” ia mengambilnya dan meminumnya sampai habis. “ Cepat pergi tidur. Ini sudah malam.”
“ Tapi, aku belum menyiapkan makanan.”
“ Aku bisa menyiapkannya sendiri. Cepat pergi dari hadapanku dan tidur.” Sebenarnya apa yang terjadi? Akhir-akhir ini kakak sering sekali membentakku. Mungkin ada masalah dengan pekerjaannya. Aku menurutinya dan segera pergi kekamarku. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang yang selama ini telah mengantarkanku kedalam mimpi-mimpiku. Tetapi kali ini aku hanya menggunakannya untuk menopang tubuhku. Aku tidak bisa  tidur. Aku terus memikirkan Alvredo. Masih ada banyak hal yang ingin aku ketahui tentang Alvredo. Masih ada banyak hal yang aku ingin lakukan bersamanya. Aku memutuskan untuk pergi menemuinya lagi.
Saat aku akan keluar dari kamar aku melihat kakak sedang membuka pintu gudang. Bukankah seharusnya kakak istirahat karena kondisi kakak sedang tidak baik? Bagaimana jika kakak menemukan Alvredo di bawah sana? Aku memutuskan untuk mengikutinya. “ Aku masih berusaha untuk memperbaikinya. ” aku tidak melihat ada seorangpun yang sedang berbicara dengan kakak. Apa dia berbicara melalui sesuatu? “ Iya-iya. Sabarlah sebentar. Aku sedang memeriksanya.” Ia berjalan memasuki ruangan rahasia itu dan aku masih mengikutinya. Ia membuka pintunya dan lupa untuk menutupnya. Aku bergegas masuk ke dalam ruangan itu. “ Alvredo, dimana kau” bisikku memanggil robot ciptaanku. Aku merasa lega setelah aku menemukannya tertutup tirai sehingga kakak tidak menyadari keberadaannya. “ Alvredo. Ini aku Imelda. Ayo cepat keluar dari sini.”
“ Apa? Kau ingin aku menyelesaikannya lebih cepat?” tiba-tiba saja kakak sudah berada didepanku. Karena kami tertutup tirai kakak tidak mengetahui keberadaanku dan Alvredo. Itu membuatku cukup lega. Aku memberi isyarat pada Alvredo untuk tidak keluar dari tempat ini dan tidak menimbukan suara apapun. Kakak seperti sedang memencet sebuah tombol rahasia yang semula tidak ada disana. Sebenarnya ada berapa banyak hal yang ia sembunyikan? Ruangan laboratorium ini bergerak dan dindingya terbuka. hal pertama yang dapat kulihat adalah sebuah pesawat. Apa gunanya pesawat itu untuk kakak? Kurasa saat ini kakak tidak terlalu membutuhkannya. Yang ia lakukan hanya pergi bekerja dan kembali pulang ke rumah untuk beristirahat. Lalu aku bisa melihat beberapa tabung yang berisikan cairan aneh berwarna hijau. Aku yakin ada sesuatu yang lain ada didalam tabung itu. aku baru bisa melihat semuanya dengan jelas setelah didnding itu sepenuhnya terbuka.
“ Percobaan manusia buatanku masih berada didalam proses. Percobaan MB14599 masih butuh 4 hari lagi untuk bisa hidup seperti orang pada umunya. Dialah yang bisa kuberika padamu dan waktu menunggunya paling cepat.” Aku tidak percaya ini. Kakak membuat manusia buatan? Mereka semua terlihat mirip sekali denganku. Sebenarnya untuk apa kakak melakukan hal ini. “ Apa? Kau ingin mengambil percobaanku MB14587? Aku membutuhkan Imelda untuk menjadi budakku. Aku membutuhkannya untuk mengurusi semua pekerjaan rumahku.” Apa? Apa aku juga manusia buatan? “ Baiklah master aku akan mengirimkan semua data penelitianku untukmu.” Ia memindahkan data dari komputernya ke sebuah alat yang menurutku cukup aneh. “ Apa maksudnya kakak?” ia tersentak kaget setelah menyadari aku berada diruangan ini. “ Apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau berada dikamarmu?”
“ Apa kau hanya menggunakanku sebagai budakmu? Lalu kenapa selama ini kau menganggapku sebagai adikmu?”
“ Yah.. mau bagaimana lagi? Aku sudah tertangkap basah. Ya, aku hanya menggunakanmu sebagai budakku. Dan juga saudara-saudaramu. Master akan menggunakan mereka semua sebagai senjata perang.”
“ Perang? Apa kakak akan menciptakan perang?”
“ Bukankah kau sudah tahu aku bukan kakakmu? Akan kukirimkan kau pada Master.” Ia mengeluarkan sebuah remot dari sakunya. Apa ia akan mengendalikanku dengan itu? Aku memikirkan cara bagaimana aku bisa keluar dari situasi seperti ini. Aku melihat sebuah Canon yang tergeletak diatas lantai. Aku menembakkannya pada lantai tempat kakakku berdiri. Remot itu terjatuh dari genggamannya. Aku menembak remot itu sehingga remot itu hancur berkeping-keping. “ Sial. Kau tidak akan bisa lari kemanapun.” Alvredo memberikan dorongan gelombang sehingga kakak terpental dan terbentur salah satu tabung percobaannya. “ Alvredo. Ayo kita keluar dari sini.”
“ Loading Completed.” Data dari komputer itu telah selesai dipindahkan. Aku mengambilanya dan membawanya pergi dari sini. Mungkin aku bisa mengetahui sesuatu dari data itu.  Aku menggunakan pesawat yang ada diruangan ini. Aku tidak bisa membuka pintunya. “ Loading System. Selamat datang di Pesawat M3575 gunakan fingerscaner untuk membuka pintu pesawat ini. Sebuah alat keluar dari pesawat itu. aku meletakkan jariku di atasnya. Di layar alat itu tertulis Scan Completed. Lalu alat itu kembali masuk kedalam pesawat itu lalu berbunyi “ Selamat datang MB14587.” Dan akhirnya pintu itu terbuka.
Aku bergegas masuk dan duduk di bangku kemudi. Di depanku sudah tersedia puluhan bahkan ratusan tombol. Tetapi yang mana yang digunakan untuk menerbangkan pesawat ini? Anehnya aku bisa dengan sendirinya memilih tombol-tombol yang ada dihadapanku. “ Pesawat akan terbang dalam hitungan mundur.10 .9 .8 .7 .”
“ Cepat keluar dari pesawat ini.” Kakak memukul pintu pesawat ini. Aku menekan tombol untuk mengunci pintunya sehinngadia tidak bisa masuk.
“4. 3. 2. 1. Memulai proses pemberangkatan.” Pesawat ini akhirnya bisa lepas landas. Akhirnya aku bisa berhasil keluar dari penjara yang mengurungku selama ini. Tetapi kemana aku harus pergi? Tak ada satupun tempat yang kuketahui selain rumahku. “ Kau tidak akan bisa pergi kemana-mana. Kau adalah manusia buatan, kau hanya sebuah robot. Dan robot harus memenuhi perintah penciptanya.” Tiba-tiba sebuah layar yang menampilkan wajah kakak muncul dihadapanku. “ Aku tidak akan kembali.”
“ Terserah padamu saja.”
“ Peringatan pesawat akan memulai penghancuran. Segera lakukan Evakuasi. Peringatan...” lampu penerangan pesawat ini berubah menjadi merah. “ Sampai jumpa. MB14587” ledakan mulai terjadi di ruang mesin. Ketinggian pesawat ini juga mulai berkurang. Tanpa bisa kuhindari aku akan melakukan pelandasan darurat.
Asap tebal memenuhi ruang kemudi dan mebuatku sulit bernafas. Aku mencari tombol untuk membuka pintu pesawat ini.” Aku tidak bisa menemukan tombol untuk membuka pintunya.” Apa yang akan kulakukan? Apa aku akan mati karena kehabisan nafas disini? Alvredo berjalan menuju kaca di ruang kemudi dan menghancurkannya. Dengan berdesak-desakan asap di ruangan ini mulai keluar. Aku berlari keluar dari pesawat ini secepat yang aku bisa. Udara segar langsung menyambutku setelah sebelumnya sama sekali tidak ada udara bersih yang siap untuk kuhirup. Aku menghirup udara sebanyak yang ku bisa. Dadaku yang terasa sesak setelah menghirup asap dari mesin yang terbakar mulai terasa lega. “ Terima kasih Alvredo.” Dia tidak menjawab. Ia hanya melihatku. Mungkin ia mengalami sedikit kerusakan setelah pelandasan yang sama sekali tidak mulus. Nafasku sekarang sudah mulai membaik. Aku mulai teringat dengan data yang kakak ingin kirimkan pada orang yang berbicara dengannya.
Aku terkejut setelah mengetahui alat itu menghilang. Tapi kemana? Bagimana bisa? Aku yakin aku menyimpannya didalam jaketku.

” Alvredo, bisa bantu aku mencari alat yang kakak gunakan untuk memindahkan data dari komputernya? Itu sangat penting bagiku.” Alvredo menggunakan alat pemindainya untuk mencari alat itu. aku mencari di sekeliling tempat jatuhnya pesawat ini. Aku tidak menemukannya. Alvredo mengangkat tangannya dan menunjuk ke suatu arah. Aku mengalihkan pandanganku pada tempat yang ingin Alvredo tunjukkan padaku. Ternyata ada mahluk aneh yang sedang menjadikan alat penyimpan data itu. Ini gawat. Jika alat itu rusak aku tidak akan pernah mengetahui rencana kakak untuk selamanya. “ Kembalikan alat itu padaku.” aku menodongkan senjataku pada mereka. Tetapi mereka sama sekali tidak memperhatikanku. Ini benar-benar menyebalkan. Aku memugut sebuah batu kecil yang ada diatas tanah dan melemparkannya pada mereka. “ Kubilang kembalikan alat itu padaku!” batu itu mengenai salah satu dari mereka. Mereka berhenti memainkan alat itu. Mereka semua memperhatikanku dengan serentak. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau dan mengarahkannya padaku. “ Tu..turunkan senjatamu. Aku tidak berniat menyakitimu. Berikan alat itu dan aku akan pergi dari sini.” Mereka melakukan yang sebaliknya. Mahluk itu melempar pisau itu kearahku. Aku hanya bisa berteriak dan melindungi tubuhku dengan kedua tanganku.
“ Sebuah suara besi yang bersentuhan terdengar di telingaku. Aku membuka kedua mataku dan melihat Alvredo telah melindungiku dari serangan mereka. Alvredo mulai bergerak kearah mereka dan menghajar mereka. Dia tidak hanya temanku tetapi pelindungku. Mahkluk-mahkluk itu berhamburan meninggalkan tempat ini karena takut dengan Alvredo. Ia memungut alat itu dari atas tanah dan memberikannya padaku. Aku berlari padanya dan menerima alat itu. “ Terimakasih Alvredo. Aku harap alat ini tidak rusak.”

 Saat ini sedang hujan salju. Aku sama sekali tidak berpakaian yang membuat tubuhku terasa hangat. Aku hanya memakai pakaian yang biasa aku gunakan saat sedang berada dirumah itu. “ Alvredo ini sudah hampir malam. Ayo kita pergi dari sini.” Aku mencari tempat penduduk terdekat. Sebuah pintu masuk menuju pemukiman terlihat diatas bukit. Dan kesanalah aku dan Alvredo melangkahkan kaki.
“ Perutku lapar sekali Alvredo. Perjalanan ini membuatku sangat lelah.” Alvredo hanya memandangku tanpa mengatakan apapun. Aku lupa kontak suaranya rusak karena kecelakaan tadi. “ Tu..tunggu sebentar Alvredo, aku akan memeriksamu. Duduklah aku akan memperbaikimu” saat aku membuka penutup mesinnya asap panas keluar dan membuatku merasa sedikit lebih hangat. Dia rusak parah. Tetapi bagaimana dia masih bisa hidup? Bahkan bisa melindungiku. “ Alat suaramu terbakar Alvredo. Aku harus menggantinya. Tetapi aku tidak memilikinya. Bagaimana ini?” Alvredo melihat sekeliling dan menunjuk ke suatu arah. Di arah yang ia tuju terdapat seorang pandai besi. Ya. Disanalah aku bisa membuat alat suara untuk Alvredo.

“ Permisi paman. Apa aku bisa meminta sedikit besi milikmu?”
“ Apa? Aku tidak akan memberimu secara cuma-cuma. Aku memberikan harga 1 coper untuk besi ini.”
“ Tapi aku tidak memiliki uang.”
“ Kalau begitu pergi saja sana.”
“ Jangan jahat seperti itu pada anak kecil. Dia hanya meminta sedikit besi milikmu.” Seorang pria juga menghampiri toko pandai besi milik paman ini. “ Apa untungnya aku kalau aku memberinya dengan cuma-cuma?”
“ Aku yang akan membayarnya. Berapa harganya?”
“ Ah kakak tidak usah. Aku tidak ingin merepotkan kakak.” aku berusaha menolaknya karena aku tidak ingin menyusahkan orang lain. “ Tenang saja. Ini tidak seberapa kok” ia memberikan uangnya pada paman itu  dan ia memberikanku besi itu. “ Terima kasih kakak. Aku berhutang padamu.”
“ Tidak usah kau fikirkan. Omong-omong besi itu untuk apa?”
“ Ah.. aku hampir lupa. Maafkan aku aku harus segera pergi. Terimakasih atas bantuannya.”
“Tunggu.. kau belum memperkenalkan dirimu.”
“ Ah maaf. Aku hampir lupa. Aku Imelda, maafkan aku atas ketidak sopananku.”
“ Tidak usah kaku seperti itu. Aku Eithan, semoga beruntung Imelda.”
“ Sekali lai terimakasih kakak.” Aku berlari secepat yang ku bisa menuju tempat Alvredo. “ Maafkan aku sudah pergi terlalu lama. Aku akan memperbaikinya.” Aku lupa karena aku sama sekali tidak memiliki alat-alat untuk memperbaikinya. Semua alat itu ada di laboratorium kakak. Bagaimana ini? Meskipun aku sudah mendapat bahannya tapi aku masih belum bisa memperbaikinya. Di tambah lagi perutku yang sudah berteriak untuk diberi makan. Suhu diluar sangat dingin. Tubuhku sudah terasa sangat lelah. Aku sudah sangat putus asa.

 Aku meletakkan tubuhku di sebuah tempat penyimpanan jerami yang beratap “ Maafkan aku Alvredo. Aku masih belum bisa memperbaikimu. Kurasa malam ini kita akan beristirahat disini.” Alvredo berdiri dan menarik tanganku “ Ada apa?” ia mengajakku ke seorang penjual barang. 

“ Apa yang kau butuhkan gadis manis?”
“ Bolehkan aku menginap dirumahmu? Hanya untuk malam ini saja.”
“ Kau tersesat?”
“ Ya, seperti itulah.”
“ Aku memiliki sebuah penginapan. Aku bisa rugi jika kau tidak membayarku.”
“ Tapi aku sama sekali tidak memiliki uang.”
“ Bagaimana jika kau berkerja pada Leonardo? Sepertinya robotmu ini bisa digunakan untuk melawan Dragon Followers”
“ Dragon Followers? Makanan apa itu?”
“ Itu bukan makanan. Tetapi kumpulan orang yang akan menghancurkan kedamaian.”
“ Oh... seperti apa mereka?”
“ Lebih baik kau tanyakan saja pada Leonardo. Kau akan dapat uang jika kau berkerja dengannya.”
“ Bagaimana jika malam ini aku menginap di penginapanmu dulu? Aku akan membayarnya besok.”
“ Hmm.. bagaimana ya? Baiklah kurasa satu malam tidak masalah.”
“ Bolehkah aku juga meminta makanan dan pakaian hangat?”
“ Kau ini! Kecil-kecil sudah pandai hutang.”
“ Aku janji akan membayarnya.”
“ Baiklah. Aku butuh jaminan untuk semua itu.”
“ Aku tidak punya apa-apa.”
“ Bagaimana jika robotmu itu jadi jaminannya?”
“ Alvredo? Tapi dia sangat berharga bagiku.”
“ Kalau begitu aku tidak akan memberikanmu apapun.”
“ Tapi...” Alvredo menyenggolku, entah bagaimana aku bisa tahu apa yang akan ia katakan. ‘ Aku akan baik-baik saja. Lakukan saja. Kau bisa mati kedinginan.’
“ Baiklah. Akan kujadikan Alvredo sebagai jaminannya.”
“ Baiklah kalau begitu. Kita sudah sepakat. Mari aku akan mengantarkamu ke kamarmu.”
Sebuah ruangan kecil yang hanya terdiri oleh sebuah ranjang, meja dan kursi yang hangat dan cukup nyaman akan menjadi tempatku untuk bermalam. Aku meletakkan Canonku di atas meja itu. aku membersihkan diriku di sebuah kamar mandi di penginapan itu. air hangat yang kugunakan membuatku merasa lebih baik. Alvredo hanya berada di sudut ruangan dan melihatku melakukan rutinitasku sebelum tidur. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa aku tidak sendirian. Meskipun ia saat ini masih belum bisa bicara tetapi aku senang dia bisa menemaniku. “ Alvredo. Tunggulah sebentar, aku akan segera memperbaikimu.” Ia menganggukkan kepalanya.
Aku teringat dengan alat yang berisikan data penting dari komputer kakak yang kuletakkan di atas meja berdampingan dengan canonku. Aku mengambilnya lalu kembali duduk di atas kasur. Alvredo juga terlihat penasaran dengannya. Ia melangkah mendekatiku. “ Kau juga ingin tahu? Tapi rasa ingin tahumu tidak akan bisa menandingi rasa ingin tahuku.” Hanya ada tiga buah tombol yang ada di alat itu. Dan sudah pasti tombol yang berada di tengah adalah tombol yang digunakan untuk menghidupkan alat ini. Dan tombol itulah yang aku tekan. Sebuah cahaya terang terpancar dari alat itu. Cahaya itu membentuk wajah kakak dan juga terdapat kode kunci. Tidak ada tombol lain untuk mengetikkan kode kunci itu. Tidak mungkin hanya dengan tiga tombol ini aku bisa memasukkan kode kuncinya. “ Bagaimana ini? Tidak ada tombol untuk memasukkan kode kuncinya.”
“ Kode salah.” Ternyata begitu cara kerjanya. Alat ini menggunakan sensor suara. Aku mencoba memasukkan nama kakak. “ Jasmine”
“ Kode salah.” Ternyata bukan itu kode yang benar. Kalau di pikir-pikir selama aku hidup dengan kakak aku belum pernah tahu pada siapa kakak bekerja. Ia pernah bilang ia menciptakan manusia buatan untuk senjata perang. Sedangkan kakak pemilik penginapan ini bicara tentang Draco Flower atau semacamnya yang akan merusak kedamaian. Aku tidak ingat sama sekali apa nama mereka sebenarnya. Kalau tidak salah mereka seperti pengikut, Ah itu dia “ Dragon Followers”
“ Kode diterima. Selamat datang Jasmine.” Akirnya. Tampak banyak sekali data yang di tunjukkan alat itu. tapi ada satu data yang mencuri perhatianku. Persiapan perang. Di dalamnya terdapat banyak percobaan. Dan salah satunya adalah manusia buatan. Tetapi kenapa kakak membuat anak-anak sebagai senjata perang? Ada banyak sekali senjata ciptaannya yang ia siapkan hanya untuk perang ini. Ada satu hal lain yang membuatku curiga. Yaitu file bernama Alvredo. Aku tidak menyangka ia menciptakan Alvredo sebagai senjata perang. Tetapi kakak belum sempat menyempurnakannya. Bahkan ia beranggapan bahwa percobaannya gagal. Sebenarnya kapan perang yang ia bicarakan akan terjadi? Pada siapa ia mengabdikan diri? Apa tujuannya? Aku mencari-cari data itu, tetapi aku tidak menemukan apapun. “ Apa yang ingin anda cari?”
“ Kapan perang akan dimulai?”
“ Mencari data..... Data tidak ditemukan.” Kakak benar-benar sangat berhati-hati. Ia tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kapan perang itu akan terjadi. Tapi kurasa semua itu tidak sia-sia. Setidaknya aku bisa mengetahui apa aku ini. Aku meletakkan alat itu kembali ke atas meja. Aku merebahkan diriku di atas ranjang. Alvredo menyelimutiku dan mengusap kepalaku. Apa ini yang dinamakan kasih sayang? Hatiku terasa seperti sebuah ladang yang penuh dengan bunga yang bermekaran. Aku sangat bahagia “ Selamat malam Alvredo. Semoga mimpi indah.” Itulah kata perpisahanku dengan Alvredo untuk hari yang melelahkan ini. Alvredo melangkahkan kakinya menuju sudut ruangan dan duduk disana sementara aku mulai memejamkan kedua mataku dan mulai untuk meninggalkan dunia nyata menuju dunia yang penuh dengan khayalan dan keindahan.
Suara tetesan air jelas terdengar. Bau debu yang sudah puluhan tahun menyelimuti ruangan ini membuatku sulit bernafas. Tak ada sedikitpun cahaya yang bisa menerangi pengelihatanku. Hanya aku sendiri. Tubuhku lemas. Aku sama sekali tidak bisa bergerak. Tidak. Aku tidak ingin berada disini lagi. Kesunyian dan kehampaan tiada akhir. “ Aku hanya menggunakanmu sebagai budakku M14587. Kau sama seklai tidak berguna bagiku.”
“AAAAAAaaaaaaaaaaa.” Sekujur tubuhku basah karena berkeringat. Saat aku melihat jendela ternyata hari ini sudah pagi. Syukurlah itu hanya mimpi buruk. “ Selamat pagi Alvredo. Hari ini adalah hari yang besar. Kita akan mencari uang untuk memperbaikimu. Kau akan bisa bicara lagi.” Ia mengacungkan kedua jempolnya. Aku anggap ia juga antusias. Aku beranjak dari tempat tidurku dan merapihkannya. Kamar mandi adalah tujuanku selanjutnya. Aku membersihkan diriku. Aku melihat diriku di cermin. Yup aku sudah siap. “ Ayo Alvredo. Kita berangkat.”
Aku pergi meninggalkan penginapan ini menuju rumah orang yang bernama Leonardo. Ternyata dia adalah orang tua yang seluruh rambutnya berwarna putih. Menurutku ia mirip Santa Clause. “ Selamat pagi paman.”
“ Selamat pagi. Ada yang bisa ku bantu ?” Karena ia sedang sibuk ia terkejut setelah ia melihat sebuah robot besar berdiri di sampingku. “ Aku Imelda. Kakak pemilik penginapan memberi tahuku kau butuh seseorang untuk membasmi Dragon Follower.”
“ Ya. Tapi kau masih anak-anak.”
“ Anak-anak? Kau tidak lihat Alvredo? Apa seorang anak kecil biasa bisa menciptakan robot seperti Alvredo?”
“ Aku tahu tapi ini sangat berbahaya.”
“ Kumohon. Aku membutuhkan uang. Aku tidak punya siapapun. Aku butuh tempat tinggal. Kumohon pekerjakan aku.”
“ Wah... bagaimana ya? Baiklah. Aku menerimamu.”
“ Terimakasih paman.”
“ Susul Angelina dan Eithan di Catacomb. Mereka mungkin akan membutuhkan bantuanmu.”
“ Baiklah. Sekali lagi terima kasih paman.”
Kami berjalan menuju perbatasan desa. Seperti biasanya udara di luar sangat dingin. Aku tidak pernah menyangka hujan salju akan seindah ini.

 Selama ini aku hanya melihatnya dari jendela. Sensasi ini sangat baru bagiku. Tetapi aku tetap merasa kedinginan karena tubuhku hanya dibalut dengan pakaian biasa. Bukan pakaian musim dingin. Tetapi aku harus tetap bertahan. “ Alvredo, bisakah kau mencari letak Catacomb?” Alvredo melakukan pemindaian dan ia menuntunku ke jalan menuju Catacomb. Jarak kami dengan pintu masuk Catacomb jika dihitung-hitung masih bisa dibilang cukup jauh. Tetapi suara pertempuran disana bisa terdengar jelas. “ Alvredo kita harus bergegas. Mungkin mereka dalam bahaya.” Aku berlari memasuki tempat itu. Aku melihat kakak yang membelikanku sebuah besi untuk meperbaiki Alvredo tergeletak di atas tanah. Dan ada dua orang wanita yang sedang bertarung. Salah satunya tertusuk pedang berwarna putih. Tetapi tidak terlihat seperti terbuat dari besi. Setelah aku mengamati pedang itu terbuat dari es. Wanita yang tertusuk es itu melayang dan men-sumon batu-batu besar. Wanita yang lain tertindih batu-batu itu. sebenarnya aku sama sekali tidak tahu yang mana yang bernama Angelina tetapi aku harus menyelamatkan wanita yang sedang tertindih batu itu.” Alvredo selamatkkan wanita yang tertindih batu itu.” ia berlari melindungi wanita itu.
“ Cepat keluar dari sana! Sebelum Alvredo rusak.” Alvredo menariknya dan membawanya keluar dari kekacauan ini. “ Kau tidak apa-apa kan?”
“ Siapa kau?”
“ Sekarang tidak penting. Kita harus segera pergi dari sini.”
“ Kau melupakan sesuatu?” kakak yang menolongku itu di tarik dengan gelombang dan menginjak lukanya dengan hak tinggi sehingga menusuk lukanya. “ Hentikan!”
“ Temui aku tengah malam nanti di mana pertarungan ini dimulai jika kau ingin menyelamatkannya. Ini semua belum berakhir.” Wanita itu mendorong kami dan menutup pintu itu dengan tumpukan batu. “ Eithaaan”
“ Maafkan aku, seandainya aku datang lebih cepat.” Aku benar-benar merasa bersalah hanya melihatnya dari jauh saat wanita itu menyerangnya. “ Siapa kau? Kenapa anak kecil sepertimu bisa ada disini?”
“ Aku Imelda, Tinkerer. Aku dikirim oleh penjaga sebagai bala bantuan. Ayo kita kembali.”.
“ Tidak! Kita harus menyelamatkan Eithan.”
“ Tapi kau sudah tidak bisa bergerak. Kau terluka parah. Alvredo akan membawamu kembali ke Mana Ridge. “
“ Tidak. Tunggulah aku disini.” Wanita itu melumuri tubuhnya dengan cairan yang ia keluarkan dari tasnya. “ Cairan apa itu?”
“ Ini ramuan penyembuh. Aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Angelina.”
“ Syukurlah aku tidak salah orang. Aku dikirim untuk menyelamatkan orang yang bernama Angelina dan Eithan tetapi tidak diberi tahu foto mereka.” Ia hanya diam saja. Kurasa ia sangat frustasi melihat kak Eithan terluka dan ditambah lagi menjadi sandra wanita itu. setelah beberapa saat ia mulai berdiri. Mungkin ramuannya sudah mulai bekerja. Alvredo membantunya berdiri. Kami melangkahkan kaki kami kembali menuju Mana Ridge.
Aku mengantarkan kak Angelina ke rumah masternya sementara aku harus memberikan laporan pada paman Leonardo. Entah aku harus bagaimana aku mengatakannya. Aku gagal dalam misi pertamaku. Mungkin dia akan memberhentikanku. “ Bagaimana Imelda? Apa yang terjadi?” Leonardo menatapku dengan bingung karena aku menunjukkan ekspresi yang sama sekali tidak menunjukkan aku membawa berita baik. “ Aku berhasil menyelamatkan kak Angelina. Tetapi kak Eithan...”
“ Apa yang terjadi dengan anakku?”
“ Kakak penyihir itu menyandranya. Maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkannya.” Paman Leonardo menghela nafas panjang lalu berkata “ Apa yang kau bicarakan? Kau sudah berhasil menyelamatkan Angelina. Aku akan memberimu uang hasil misimu.”
“ Tapi... Aku tidak berhasil menjalankan misinya. Kau bilang aku harus menyelamatkan Angelina dan Eithan.”
“ Tidak. Kau sudah berhasil menyelamatkan Angelina. Itu sudah cukup.” Ia memberiku kantung yang berisikan uang yang cukup banyak. Aku benar-benar merasa sungkan. “ Terima kasih paman. Lain kali aku tidak akan melakukan kesalahan lagi.”
Aku bergegas menuju kakak pemilik penginapan itu. “ Oh.. kau anak kecil yang hutang kemarin kan? Bagaimana? Sudah dapat uang untuk membayar tagihannya?”
“ Sudah. Ini kakak.”
“ Wow. Kau mendapat banyak uang.”
“ Aku ingin membeli alat-alat seperti palu, obeng dan lain-lain untuk memperbaiki Alvredo. Dan juga pakaian hangat. Dan aku juga akan menginap di penginapan kakak lagi.”
“ Ya. Boleh saja. Aku punya semuanya. Jadi totalnya 8 gold.” Aku membayarnya dengan uang hasil misiku. Uangku hanya tersisa separuh setelah aku membeli semua itu. Aku harus lebih giat menjalani misi supaya aku bisa bertahan hidup. Aku kembali ke kamar yang sebelumnya aku tempati di penginapan ini. Kali ini aku akan memperbaiki Alvredo. Aku mengeluarkan semua alat-alat yang kubeli dari kakak pemilik penginapan ini. Tak lupa besi yang dibelikan oleh kak Eithan. Aku mulai membentuk besi itu menjadi sebuah alat yang bisa digunakan untuk pemancar suara Alvredo. Untung saja kamar ini dilengkapi dengan perapian kecil. Jadi akan mudah untuk membentuk besinya.
“ Ya, sudah jadi. Kemarilah Alvredo aku akan memasangkannya padamu.” Ia mendekatiku dan duduk disampingku. Aku mulai membuka penutup mesinnya. Aku tidak menyangka ternyata ia rusak berat. Mungkin karena ia berusaha untuk menahan hujan batu untuk melindungi kak Angelina. Tak perduli seberat apapun kerusakannya aku akan memperbaikinya.
Waktu semalam suntuk berlalu sangat lambat. Bunyi dentuman palu terdengar jelas ditelingaku. Keringatku bercucuran. Mataku sudah tidak sabar untuk menutup kelopak mataku. Tubuhku terasa sangat lelah. Sedikit lagi. Hanya perlu menyambungkan satu buah kabel dan semuanya akan selesai. ” Sudah selesai Alvredo. Bagaimana? Apa kau sudah merasa lebih baik?”
“ Ya.”
“ Akhirnya kau bisa bicara lagi. Syukurlah. Alvredo aku sangat lelah. Bolehkah aku duduk di pangkuanmu? Selamat malam Alvredo.” Perlahan-lahan kesadaranku mulai menghilang. Meskipun tubuhku merasakan dinginnya malam bersalju ini, tetapi aku tetap merasa nyaman berada didekat Alvredo.
Tak terasa pagi telah tiba. Saat aku membuka kedua mataku hal yang pertama kali kuketahui adalah aku terbaring di atas tempat tidur. Tubuhku juga terasa hangat karena selimut hangat yang menyelimutiku. Sudah pasti Alvredo yang memindahkanku ke tempat tidur. Saat aku masih belum sadar sepenuhnya. Ada sesuatu yang melompat keatas tempat tidur dan menginjak tubuhku. “ Aaaaa ada apa ini?”
“ Kweek” aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. “ Ada bebek diatas tempat tidurku? Bagaimana mungkin bisa ada seekor bebek didalam ruangan ini?”
“ Aku yang membuatnya.” Alvredo sedang membawa salah satu bebek yang terlihat sama persis dengan yang sedang berada di atas tempat tidur. “ Jadi ini.. robot? Kau yang membuatnya?”
“ Bagaimana kau suka?”
“ Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana bisa kau membuat robot? Dan ini hampir seperti aslinya.”
“ Itu tidak hanya robot biasa. Itu juga bisa membantumu untuk bertarung. Kita akan dapatkan banyak uang.“
“ Terimakasih Alvredo. Ayo kita buat lebih banyak robot lagi. Aku juga akan memiliki lebih banyak teman.” Suasana itu berubah seketika setelah terdengar sebuah dentuan keras dari luar penginapan ini. Aku dan alvredo segera keluar penginapan untuk memeriksanya. Ada dua orang anak kecil yang menembakkan peluru dan juga racun yang keluar dari senjata yang mereka genggam. Gadis yang menggunakan peluru memiliki wajah oriental, sedangkan yang menggunakan racun memiliki rambut panjang dan berwarna pirang. Yang paling mengejutkan mereka berdua mirip sekali denganku. Tetapi wajah mereka dingin tanpa ekspresi dan juga tatapan mereka kosong. “ Alvredo tunggulah saja disini, aku akan memeriksa siapa mereka sebenarnya.” Ia menuruti apa yang ku katakan. Aku mempersiapkan senjataku, aku berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
“ Memindai keberadaan MB14587.” Mata kedua gadis itu bersinar dan memindai ke seluruh desa. “ Apa yang kalian inginkan? Kenapa kalian berusaha menghancurkan desa ini?” Master Sorceress berusaha menghadang dua orang tamu tak diundang itu. “ Pengganggu terdeteksi. Hancurkan sasaran.” Gadis berambut pirang itu mengarahkan senjatanya pada master Sorceress. Salah satu robot yang dibuat oleh Alvredo melindungi Master Sorceress itu dari racun yang ia tembakkan. “ MB14587 telah ditemukan. Mengirim data.”
“ Jadi tujuan kalian datang kesini untuk mencariku?”
“ Ya. Melawan tidak ada gunanya.”
“ Untuk apa kalian mencariku? Apa ini semua perintah ka... Jasime?”
“ Ya. Segera ikut dengan kami atau kami akan menghancurkan desa ini.”
“ Silahkan coba tangkap aku.” Gadis berwajah oriental itu melempariku sebuah alat yang berukuran segenggam tangannya. “ Apa kau kira aku akan tertangkap dengan alat murahan ini?” aku menembkanya dengan canonku dan alat itu meledak karenanya. Tanpa kusadari gadis oriental itu menembakkan peluru yang terikat dengan tali dan pada ujung pelurunya terdapat pengait. Karena ledakkan itu aku tidak bisa menghindari serangannya. Aku menggunakan kedua tanganku untuk melindungi diri dari serangan itu meskipun sejak awal aku tahu itu tidak cukup untuk melindungiku dari serangan mereka. Alvredo berlari secepat mungkin dan melindungiku dari serangannya. Pengait itu menembus tubuhnya. Gadis oriental itu menarik Alvredo dengan mudahnya.  Kedua gadis itu diam sejenak seperti sedang mendengarkan sesuatu. Lalu mereka berdua berkata, “ Perintah diterima.” Mereka menggunakan alat yang mereka gunakan di punggung mereka dan membuat mereka berdua terbang diudara. Mereka juga membawa Avredo bersama mereka.
“ Lepaskan Alvredo!” mereka sama sekali tidak mendengarkanku. Mereka tebang semakin tinggi dan semakin jauh meninggalkan desa ini. “ Alvredooo..” Tidak! Aku tidak akan membiarkan mereka mengambil Alvredo dariku. Tidak akan pernah. Aku berlari menuju penginapan dan mengambil seluruh peralatan yang telah kubeli untuk memperbaiki Alvredo. Aku berlari secepat yang aku bisa menuju pesawat yang kugunakan untuk kabur dari rumah yang digunakan untuk memenjarakanku. Aku membuka penutup mesin pesawat itu. warna hitam akibat kebakaran itu mendominasi seluruh mesin pesawat ini. Didalam hatiku sudah tidak mungkin pesawat ini diperbaiki. Kerusakannya sudah sangat parah. Tapi aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya ini yang bisa membantuku untuk menyelamatkan Alvredo. Aku harus menyelamatkannya atau aku akan kembali hidup menderita karena kesepian yang tiada akhir.

Aku berusaha memperbaikinya tetapi mesinnya masih belum menyala. Apa masih ada bagian yang belum ku perbaiki? Aku memeriksa kabel di berwarna hitam, kabel itu terlihat aneh. Aku memotongnya dan mendapati bagian dalam kabel itu telah putus. Pantas saja mesinnya tidak bisa menyala. Aku menyambungkan timah pada kabel itu dan merekatkannya. Aku masuk ke ruang kemudi dan merusaha untuk menyalakan mesinnya. Meskipun sudah mau menyala tetapi tetap saja tidak berjalan mulus. Baru beberapa detik mesin itu menyala, tetapi sudah kembali mati. “ Sial. Kumohon menyalalah.” Salah satu robot berbentuk bebek itu bersuara seperti memperingatiku. “ Ada apa?” sayap kecilnya menunjuk pada penutup mesin. “ Apa kau mau aku membukanya?” ia hanya bisa menjawab ‘ Kwek-kweek’ aku anggap itu adalah iya. Aku membuka penutup mesinnya. Ia melompat kedalam ruangan mesin. “ Apa yang akan kau lakukan?” ia mengeluarkan listrik. Aku bahkan tidak tahu dia bisa melakukannya. Dalam seketika mesin itu menyala dengan baik. “ Sekarang aku mengerti. Pesawat ini kehabisan daya, terimakasih hmm... bagaimana aku bisa memanggilmu?” lagi-lagi ia hanya menjawab ‘Kwek’
“ Itu dia. Aku akan memanggilmu Mr.Kweek. Ayo, kita harus bergegas untuk menyelamatkan Alvredo sebelum ada hal buruk yang akan menimpanya. Ku harap kita masih belum terlambat.” Aku dan Mr.Kweek masuk kedalam pesawat. Kami berdua duduk di dalam ruang kemudi dan tak lupa memakai sabuk pengaman. Aku memencet tombol yang memiliki variasi warna dan membuatnya melayang diudara. ” Selamat datang MB14587. Silahkan masukan lokasi yang akan dituju.”
“ Lacak dimana keberadaan Alvredo!”
“ Akses ditolak. Data tidak ditemukan.” Data? Aku memilikinya. Semua data tentang Alvredo ada didalam alat yang digunakan kakak untuk menyimpan data dari komputernya. Aku menyambungkan alat itu pada pesawat. “ Data di temukan. Menuju lokasi keberadaan Alvredo.” Dalam hitungan detik kamipun mulai melesat cepat di udara menuju lokasi mereka menculik temanku. “ Tunggulah Alvredo. Aku akan menyelamatkanmu.”
Atap gedung yang bisa dibilang sebagai ‘Markas’ terbuka menyambut kedatangan dua gadis yang menculik Alvredo. Seorang wanita berambut pirang telah menunggu dengan tidak sabar. “ Kalian lama sekali. Apa kalian bodoh? Rencana kita bisa gagal total karena kecerobohan kalian.” Wanita itu memencet sebuah tombol pada alat yang berada digenggamannya. Kedua gadis itu memekik kesakitan karena sebuah listrik menyengat mereka. “ Bawa sampah itu menuju ruang penelitian. Jika kalian melakukan satu kesalahan lagi kalian akan tahu akibatnya.” Tanpa sepatah katapun terucap mereka berdua memindahkan Alvredo ke sebuah ruangan dengan keamanan ketat. Banyak sekali kode keamanan untuk membuka ruangan itu. Mereka berdua meninggalkan Alvredo dengan keadaan tergeletak diruangan itu dan kembali menutup pintu dengan keamanan tingkat tinggi itu.
Pesawat ini membawaku pada sebuah padang pasir yang diatasnya berdiri sebuah bangunan yang cukup besar. Keadaan di sini jauh berbeda dengan Mana Ridge. Angin mempermainkan butiran pasir dan membawa mereka kesana kemari. Panasnya sungguh tidak bisa dihindari. Aku pernah membaca sebuah buku tentang tubuh manusia yang kakak berikan padaku. Manusia akan berkeringat jika suhu lingkungan tinggi. Tetapi hal itu tidak terjadi padaku, padahal aku menggunakan pakaian musim dingin. Meskipun aku telah mengetahuinya tetapi aku masih belum mempercayainya. Ini membuktikan bahwa aku benar-benar manusia buatan. Aku lahir didalam sebuah laboratorium. Tanpa ada seorang ibu dan ayah.  Aku tidak memiliki siapa-siapa. Alvredo adalah satu-satunya di dunia ini yang bisa mengisi kesendirianku. Aku harus menyelamatkannya meskipun nyawaku taruhannya.

 Pintu depan gedung ini terbuka dengan sendirinya. Beberapa anak tangga terpapar didepanku. “ Mereka mengetahui kedatanganku.” Setelah melihat sekeliling ternyata ada sebuah kamera yang sedang mengawasiku. Aku menaiki satu demi satu anak tangga yang menuntunku pada sebuah ruangan yang telah dipenuhi oleh robot petarung dan juga dua orang gadis yang menculik Alvredo. Ternyata ini jebakan.

 Mr Kweek berlari maju menyerang robot-robot itu dengan serangan listriknya. Aku menembaki mereka dengan peluru dari Canonku. Satu persatu robot petarung itu rusak dan terpental ke sudut ruangan. Hanya tersisa dua orang gadis itu. Mereka cukup tangguh. Si rambut pirang menembakkan cairan racun yang akhirnya mengenai tubuhku. Aku tidak bisa bergerak. Sekujur tubuhku terasa kaku. Gadis oriental itu menodongkan senjatanya padaku. Jari telunjuknya sudah siap untuk menekan pelatuknya. Sial! Kumohon bergeraklah walaupun hanya satu langkah. Aku harus bisa menghindari serangannya atau semuanya akan sia-sia.
Mr. Kweek menabrakkan tubuhnya dengan canon gadis oriental itu sehingga tembakannya meleset. Efek racunnya sudah menghilang. Aku berlari mendekat dan menembakan peluruku tepat mengenai tubuhnya. Satu musuh telah kuhabisi. Masih tersisa si rambut pirang. Kali ini aku tidak boleh terkena racunnya. Saat tubuhku sudah siap untuk bergerak refleks jika ia menembakkan racun sebuah tanah berbentuk kepalan tangan muncul dari lantai dan membuatku terpental. Aku sama sekali tidak menduga dia bisa melakukannya. Ia menembakkan sebuah cairan berwarna putih. Aku berlari untuk menghindarinya. Dalam sekejap mata cairan itu telah membeku. Satu keuntungan untukku. Selama ia fokus untuk menyerangku ia tidak menyadari keberadaan Mr. Kweek yang saat ini menyengatnya dengan listrik tegangan tinggi. Ia memekik kesakitan karena tubuhnya tidak bisa menerima listrik bertengangan tinggi seperti itu. ini adalah kesempatanku. Aku menembaknya dengan satu peluru. Ia tergeletak dan tidak bergerak sedikitpun. ”Akhirnya selesai, kita harus mencari keberadaan Alvredo.”
“ Kurasa aku harus menyelesaikannya sendiri. Percuma saja aku memberikan tugas ini pada sebuah mesin tak berguna.” Seseorang melangkahkan kakinya setelah sebuah pintu menuju ruangan ini terbuka. Aku mempersiapkan senjataku setelah aku tahu siapa yang datang. “ Kakak.”
 “ Lama tak jumpa Imelda. Atau harus kusebut MB14587?”
“ Kenapa kau mencariku? Kenapa kau menculik temanku? Apa sebenarnya yang kau inginkan?”
“ Bukan aku yang mencarimu. Tetapi kau yang datang kemari secara suka rela.” Langkah kakinya semakin mendekat menuju tengah ruangan ini. Ia membawa sesuatu yang sangat besar. Setelah beberapa langkah ia ambil baru terlihat ia membawa sebuah alat untuk membuat robot besar. Tidak mungkin ia bisa membawanya hanya dengan satu tangan saja. Dan baru kusadari ada yang salah dengannya. Diwajahnya terdapat sebuah simbol yang menyala. Sebenarnya ada apa ini?
“ Kenapa? Kau terkejut dengan ini?” ia menunjuk tanda yang berada di wajahnya “ Dengan ini aku bisa menjadi dewa. 

Aku bisa kuat seperti seorang Warior, cepat secepat elf, dan aku bisa menguasai berbagai sihir dan racun. Apa ini sama dengan vonis mati bagimu?” apa yang harus aku lakukan? Kesempatanku untuk menang tidak lebih dari sepuluh persen. Bahkan bisa kurang dari itu. Apa sejak awal dia memang berniat untuk membunuhku? “ Bagaimana? Kau ingin mencoba kekuatanku?” ia berlari dengan cepat ke arahku dan memukulku dengan alat yang ia genggam dan membuatku kehilangan keseimbangan. Ia melompat diudara dan memukulku dengan alat itu.

 “ Bagaimana? Apakah itu terasa sakit? Bagaimana dengan ini?” ia membuat tanah yang berbentuk kepalan tangan memukulku hingga terpental. Ia menarikku dengan gelombang dan membuat larutan yang dapat meledak dalam hitungan detik.

 Aku tidak sanggup untuk berdiri. Ia melompat dan menghentakkan kakinya pada tubuhku hingga tanah yang berada di bawahku menjadi retak.

“ Apa kau sudah menyerah?”
“ Apa aku pernah bekata begitu?” ia memegang kakiku dan membanting tubuhku ke sisi yang lain. “ Lebih baik kau menyerah saja. Akan lebih mudah jika begitu. Menyerahlah dan aku akan memprogram ulang dirimu.”
“ Program ulang?”
“ Tidak kusangka manusia buatanku bisa sebodoh dirimu. Untuk apa aku berusaha untuk membawamu kemari? Kau adalah salah satu dari sedikit manusia buatanku yang berhasil dengan sempurna. Lihatlah dua orang yang bisa dibilang saudaramu. Mereka adalah sampah. Lihatlah dirimu, kau jauh lebih baik dari mereka. Kau bisa bicara dan bisa melakukan apapun yang kau mau. Mereka harus menerima perintah dariku untuk bisa bergerak. Merepotkan sekali.”
“ Tidak.”
“ Apa kau bilang?”
“ Aku tidak akan menyerah.”
“ Maka aku yang akan membuatmu menyerah.” Ia memperkeras pijakannya pada tubuhku. Meskipun aku manusia buatan aku bisa merasakan sakit akibat semua serangannya. Aku tidak boleh berhenti disini.
Mr. Kweek menyengatnya dengan listrik bertegangan tinggi dan membuatnya merasa kesakitan. Aku membalikkan tubuhku dan menembakkan peluru padanya. Itu membuatnya terpental cukup jauh dariku. Aku menaruh alat-alat yang Alvredo berikan padaku. Mr. Kweek yang lain dilengkapi dengan senjata keluar dari alat itu. Aku akan berterimakasih pada Alvredo jika aku bertemu dengannya. Meskipun dia tidak bersamaku saat ini tetapi dia masih bisa menyelamatkanku. “ Cepat beri tahu dimana keberadaan Alvredo!”
“ Mana kutahu.”
“ Cepat beri tahu. Aku akan membiarkanmu pergi jika kau memberitahuku.”
“ Ironis sekali. Senjata memakan tuannya. Apa kau lupa siapa yang menciptakanmu? Dan juga siapa yang menciptakan robot yang kau anggap sebagai temanmu? Akulah yang menciptakan kalian!”
“ Aku memberimu kesempatan satu kali lagi. Beri tahu aku atau aku tidak akan mengampunimu.” Ia hanya memenjamkan kedua matanya dan tersenyum. Seperti tidak akan terjadi hal buruk padanya. Ia menggenggam sebuah remot dengan satu tombol merah di atasnya. Hanya ada satu kemungkinan yang terlintas di fikiranku. Dia akan meledakkan tempat ini jika dia tidak berhasil menangkapku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. “ Tembak dia!” semua robotku telah mengepungnya dan menembakinya dengan ratusan peluru. Dia tidak akan bisa lari dari ini. “ Hentikan tembakannya!” setelah tembakan dihentikan sosok kakak sedang tergeletak lemah di atas lantai. Tangannya masih menggenggam remot itu. Kurasa tidak masalah. Kakak sama sekali tidak bergerak.
 “ Mr. Kweek, bisakah kau melacak keberadaan Alvredo?” sebuah lampu berwarna merah keluar dari atas tubuhnya. Ia berkeliling ke seluruh ruangan. Lampunya menyala saat ia berdiri tepat didepan sebuah pintu. Kurasa itu artinya Alvredo berada didalam ruangan itu. Aku melangkahkan kakiku menuju pintu itu. Tetapi ada yang memegang kakiku sehingga menghentikan langkahku. “ Tak akan kubiarkan kau lari.” Ia menekan tombol merah pada remot yang ada digenggamannya. Suara ledakan terdengar dari atas gedung ini. Aku berusaha untuk melepaskan kakiku dari genggamannya. Salah satu Mr. Kweek menembakan satu peluru pada tubuhnya. Itu membuatnya berhenti menggenggam kakiku. Aku berlari menuju pintu itu. Banyak sekali pengaman di pintu ini. “ Tembaklah pintu ini.” Mr. Kweek yang lain memutar dan mengarahkan senjata itu pada pintu dengan keamanan tinggi ini. Peluru yang ditembakkan berhasil membobol pintu itu. Aku melihat Alvredo sedang tergeletak di atas lantai dalam ruangan ini. Dia tidak menyala. “ Mr. Kweek cepat turun dari senjata kalian dan bantu aku mengeluarkan Alvredo dari sini!” mereka semua menuruti perintahku. Aku mengambil remot kontrol dan membuat senjata mereka kembali ke bentuk semula. Aku mengambil kembali alat-alat itu.
Mr. Kweek sedang berusaha mengangkat tubuh Alvredo yang tidak bisa dibilang ringan. Mereka tidak sanggup untuk mengangkatnya. Tidak mungkin kita akan berhasil selamat jika terus begini. ‘Ayolah Imelda fikirkan sesuatu!’ aku berlari menuju ruangan tempat pertempuran terjadi. Melihat sekeliling dan berharap ada sesuatu yang bisa aku gunakan untuk keluar dari sini. “ Itu dia! “ aku berhasil menemukan sebuah cara yang akan mengeluarkan kami dari situasi ini. Manusia buatan berambut pirang selalu menggunakan cairan kimia untuk melumpuhkan musuhnya. Aku berlari padanya dan mencari sesuatu yang dapat melicinkan lantai dan aku bisa mendorong Alvredo keluar dari tempat ini dengan mudah.
Terdapat tiga buah tabung dipunggungnya. Ada yang berwarna hijau, biru dan putih keunguan. Yang berwarna hijau pernah ia gunakan untuk mengeluarkan racun. Cairan berwarna biru dia gunakan untuk melukai musuh. Hanya ada cairan berwarna putih keunguan yang tersisa. Dia tidak pernah menggunakannya selama bertarung denganku. Kurasa ini yang kubutuhkan. Aku harap ini bukan cairan kimia yang dapat melukaiku ataupun Alvredo. Aku melihat ada banyak tombol pada senjatanya, dan juga ada tombol yang dapat diputar. Ada tulisan di atas tombol-tombol itu. P, L, dan F. Kurasa tombol yang dapat diputar itu digunakan untuk mengatur berapa konsentrasi cairan kimia yang akan dikeluarkan. P untuk Poison yang berarti racun, L untuk Liquid yang berarti cairan, dan F untuk Fire artinya tembak. Tidak salah lagi, tombol untuk cairan putih keunguan itu adalah tombol dengan huruf L. Aku menekannya dan mengatur berapa konsentrasinya. Aku mengarahkan senjatanya dan menekan pelatuknya ke sepanjang jalan dari tempat Alvredo berada sampai pintu keluar dari bangunan ini. Cairan itu keluar dengan sangat cepat. Setelah jalan untuk keluar dari sini terlumuri dengan cairan itu aku memeriksa cairan itu. Ternyata cairan itu sangat licin. Tepat seperti yang kubutuhkan.
 Aku berlari menuju ruangan dimana Alvredo berada. Mr. Kweek masih berusaha untuk mengangkatnya. “ Mr. Kweek dorong Alvredo ke cairan berwarna ungu itu.” awalnya mereka tidak mengerti apa yang aku rencanakan. Tetapi mereka masih melakukannya. Aku membantu mereka mendorongnya. “ Kumohon berhasilah! ” dengan cepat Alvredo terdorong meninggalkan ruangan ini. Tetapi ada sebuah batu yang jatuh tepat dijalur penyelamatan kami. “ Aku tidak akan membiarkannya menghalangiku!” aku menembaknya dengan Canonku. Dengan 5 tembakkan reruntuhan itu hancur berkeping-keping. “ Cepat dorong. Kita bisa melewati ini.” Dengan sekuat tenaga aku berusaha mendorongnya. Bertahanlah Alvredo kita akan keluar dari sini.
Sebuah reruntuhan yang sangat besar menutup pintu keluar bangunan itu. disusul dengan reruntuhan lainnya dan membuat bangunan itu rata dengan tanah. Tidak ada yang tersisa. “ Syukurlah kita berhasil. “ aku merobohkan diriku di atas gurun pasir yang mendidih karena selalu terkena sengatan sinar matahari. Aku bisa merasakannya. Rasa panas seperti terbakar didalam api. Tetapi rasa sakit ini tidak ada apa-apanya jika di bandingkan rasa sepi dan sunyi, rasa kesendirian yang selama ini perlahan membunuhku. Aku menutup wajahku dengan tangan kananku karena silaunya matahari. Suara Mr. Kweek kembali menyadarkanku. Aku terlonjak dan memalingkan pandanganku kepada Alvredo. Dia sama sekali tidak bergerak. Cahaya dimatanya redup. Masih jelas terlihat sebuah lubang akibat serangan gadis oriental itu didadanya. “ Oh.. Tidak.”
Apakah kami sudah terlambat? Apa semua usahaku ini sia-sia? Kumohon jangan tiggalkan aku. “ Cepat bawa dia kedalam pesawat. Kita harus segera membawanya kembali ke Mana Ridge. Dorong saja. Ini padang pasir. Tidak akan sesulit tadi.” mereka mendorongnya sampai depan pintu pesawat. Aku berlari kedalam pesawat dan mencari seutas tali. Aku menemukannya di balik kursi kemudi. Aku kembali berlari ke depan pintu pesawat. Aku mengikatkan tali itu pada Alvredo. “ Mr Kweek doronglah Alvredo setelah mendengar aba-abaku.” aku mudur beberapa langkah “ Dorong!” aku menarik Alvredo dengan tali itu dan Mr. Kweek membantuku mendorongnya dari bawah. Kami berhasil memasukkannya kedalam pesawat. “ Kembali ke tempat duduk kalian Mr. Kweek. Jangan lupa pasang sabuk pengaman kalian. Kita akan melakukan perjalanan ini dengan cepat.” Aku kembali duduk di kursi kemudi. Aku menyalakan mesin pesawat ini. Perlahan pesawat ini mulai terngkat ke udara. Aku memasukkan koordinat lokasi Mana Ridge. Pesawat ini mulai berputar dan melaju dengan cepat. Aku mengatur kecepatannya lalu aku memencet tombol Autopilot.
Aku kembali pergi menuju tempat Alvredo tergeletak. Aku membuka penutup mesinnya dan memeriksanya. Mesinnya rusak berat. Tempat penyimpanan dayanya tertembus oleh senjata gadis oriental itu. Ini penyebab Alvredo tidak menyala. Aku harap aku masih bisa memperbaikinya. Aku kembali duduk di bangku kemudi dan mempercepat laju pesawat ini. Kumohon cepatlah sampai. Bertahanlah Alvredo.
Aku menempatkan pesawatku tepat didepan pintu gerbang menuju Mana Ridge. Suara pesawatku menyita perhatian banyak orang. Mereka terlihat cemas. Mungkin mereka kira aku adalah musuh yang datang dan berniat mencelakai mereka. Aku berlari secepat yang aku bisa menuju tempat paman pandai besi itu. “ Paman bolehkah aku membeli besi yang masih belum kau tempa? Aku membutuhkan cukup banyak.”
“ Berapa banyak?” ia tidak telalu memperhatikanku. Ia menjawabku sambil menempa besi yang telah ia panaskan di atas bara api.
“ Lima sampai enam buah besi yang telah kau siapkan untuk membuat pedang.”
“ Kalau begitu aku akan memberimu 10 gold.”
“ Apa? Tapi aku hanya memiliki uang 8 gold. “
“ Pulanglah nak. Aku tidak ada waktu untuk bicara denganmu. Masih banyak pesanan yang harus kupenuhi.”
“ Ku mohon paman. Dia adalah temanku satu-satunya. Aku tidak tahu harus bagaimana jika aku kehilangannya. Aku sudah berusaha keras untuk menyelamatkannya dari orang yang akan menciptakan perang tetapi kini sudah terlambat. Aku harus memperbaikinya.”

“ Aku tidak perduli dengan apa yang kau katakan. Cepat pergi pada ibumu bocah.”
“ Berikan anak ini besi itu. Aku yang akan membayarnya.” Aku terkejut ketika ada seseorang yang berkata begitu tepat dibelakangku. “ Kak Eithan?”
“ Kau jahat sekali orang tua. Jika saja kau adalah musuh aku sudah membakarmu sampai habis.” Ternyata tidak hanya ada kak Eithan yang membantuku. “ Kak Angelina?”
“ Baiklah. Aku akan memberikanmu besinya setelah kau membayarku.” Kak Eithan memberikannya kantung yang berisi uang. Paman itu terkejut setelah melihat isinya. Ia memberiku 8 buah besi. “ Jumlah besinya ada delapan. Bukankah aku hanya membeli enam?”
“ Pakailah perapianku jika kau mau. Lakukan sesukamu.”
“ Terima kasih paman. Terima kasih kak Eithan, kak Angelina. Entah apa yang akan terjadi jika tidak ada kalian.”
“ Dimana teman robotmu itu?” tanya kak Angelina. “ Dia masih ada didalam pesawat. Aku dan Mr. Kweek tidak cukup kuat untuk mengangkatnya turun dari pesawat.”
“ Kurasa aku bisa membantu. Aku bisa mengangkatnya dengan mudah menggunakan pengendalian gravitasi.”
“ Terimakasih kakak.”
“ Anggap saja ini tanda terimakasihku karena kau pernah menyelamatkanku. Antar aku ke tempat robotmu.”
“ Ya.” Aku mengantar kak Angelina ke dalam pesawatku. Ia mengangkat tangan kanannya dan mulai membaca mantra. Perlahan-lahan Alvredo mulai terangkat ke udara. Ia berjalan keluar dari pesawat dan diikuti dengan Alvredo. Ia menaruhnya didekat dengan toko pandai besi milik paman itu.

Aku memanaksan besi-besi itu hingga mencair. Lalu menuangkannya pada sebuah cetakkan yang berbentuk lonjong. Lalu aku mencelupkannya ke dalam air yang hampir membeku karena suhu yang sangat dingin. Aku memanaskannya kembali dan membentuk besi itu menggunakan sebuah palu. Aku memanaskan sisa besi yang tersisa dan  mencetaknya menjadi sebuah tabung. Aku meletakkan bagian dalam penyimpan daya itu kedalam tabung besi itu. Aku memasangkan bagian baru itu kedalam tubuhnya. Aku melepaskan penutup mesin yang lama karena sudah berlubang dan menggantinya dengan besi yang baru saja kubuat. “ Aku butuh aliran listrik yang cukup besar untuk kembali menyalakan Alvredo.”
“ Aku akan memberikannya padamu.” Kak Eithan mengambil tongkat sihirnya dan membacakan sebuah mantra, listrik keluar dari tongkatnya. Ia mengarahkannya pada tubuh Alvredo. Alvredo masih belum mau menyala. Kak Eithan memperkuat listriknya. Setelah beberapa saat mata Alvredo kembali meyala. Kak Eithan menghentikan mantranya. Alvredo berdiri di tempatnya. “ Loading System..”
“ Syukurlah Alvredo, syukurlah... aku kira kau tidak akan pernah bisa kembali.” Aku memeluknya dan tak terasa setetes air mata telah jatuh di pipiku “ berjanjilah tidak akan melakukan hal itu lagi. Aku bisa mengatasinya sendiri. Aku sangat khawatir. Aku tidak ingin kau rusak.”
“ Maafkan aku Imelda.”
“ Tidak apa-apa. “ aku mengusap air mataku dan kembali tersenyum padanya. “ Oh iya. Ngomong-ngomong... bukankah kau tadi mengatakan tentang ada seseorang yang akan menciptakan perang?” tanya kak Eithan. “ Iya, dia adalah kakak... bukan, tapi Jasmine. Dia yang telah menciptakanku.”
“ Menciptakanmu? Apa maksudnya?”
“ Aku tidak sama seperti yang terlihat. Aku bukan manusia. Aku hanya manusia buatan yang lahir didalam sebuah laboratorium. Dia menciptakanku untuk senjata perang. Tidak hanya aku tapi masih banyak lagi manusia buatan sepertiku yang ia ciptakan untuk senjata perang.”
“ Kita harus menghentikannya sebelum ia berhasil menciptakan perang.” Kak Angelina mulai panik setelah mendengar ceritaku. “ Mungkin sebenarnya bukan kakak yang menciptakan perang. Aku pernah menengarnya berbicara pada seseorang dan menanyakan perkembangan pembuatan manusia buatan. Dia dipekerjakan oleh seseorang. Lagi pula ia mungkin tidak selamat.”
“ Tidak selamat?”
“ Ia meledakkan bagunan tempat ia menculik Alvredo karena tidak berhasil menjadikanku dipihaknya. Ia mencoba memprogram ulangku. Dia bilang aku berbeda dari yang lain.”
“ Tetapi ada kemungkinan perang akan tetap terjadi. Eithan, kita harus memperingatkan Xian dan yang lainnya.”
“ Bolehkah aku ikut dengan kalian?”
“ Kurasa tidak. Mereka mengincarmu. Akan sangat berbahaya jika kau ikut. Lebih baik kau bersembunyi ke tempat yang aman.” Kak Eithan menyarankan. “ Dan kembali ke masa menyeramkan itu?”
“ Imelda... maafkan aku. Aku tidak...”
“ Izinkan aku tetap ikut. Ini bukan lagi masalah untuk mempertahankan hidupku. Kita sedang dihantui oleh peperangan. Aku tidak bisa diam saja melihat kalian berjuang sementara aku hanya bersembunyi di balik pintu yang membuatku merasa seperti di penjara.”
“ Baiklah. Kalau begitu ikutlah dengan kami.” Kak Angelina mengatakannya sambil melipat kedua tangannya. “ Angelina apa yang kau fikirkan? Kau akan memasukkannya ke dalam bahaya.”
“ Jika ia ingin membantu menyelamatkan dunia dan dia bisa melakukannya apa yang bisa kita lakukan? Benar kan?”
Kak Eithan memejamkan kedua matanya dan menghela nafas panjang “ Baiklah. Kau boleh ikut dengan kami.”
“ Terimakasih kak Eithan.”
“ Bersiaplah. Kali ini kita akan menjaga perdamaian dunia.”
“ Ya.”


1 komentar:

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<