Kesepian.
Hal yang selalu kurasakan sejak aku ada di dunia ini. Gelapnya ruangan yang ku
tempati. Kesunyian yang membunuhku. Bahkan tak ada satupun yang bersedia untuk
mendengarkan suka dukaku. Hanya benda-benda seperti meja dan kursi yang selalu
setia menemaniku setiap saat. Dan tumpukkan besi yang sudah sangat lama tidak
tersentuh yang berada di ruang gudang. ” Ya tuhan, tolong keluarkan aku dari
kesengsaraan ini.”
“ Selamat
malam Imelda, bagaimana harimu hari ini?” sebenarnya aku tidak benar-benar hidup
sendiri. Aku tinggal bersama kakakku Jasmine. Tetapi ia tidak pernah
benar-benar tinggal dirumah. Dia pulang larut malam dan pergi pagi-pagi sekali.
Dia selalu datang kerumah dengan keadaan lelah. “ Sama seperti biasanya. Tidak
ada yang istimewa.”
“ Syukurlah.”
“ Kak...
Kapan kau bisa tinggal dirumah?”
“ Apa
maksudmu? Bukankah selama ini aku selalu tinggal dirumah ini?”
“ Bukan
begitu. Maksudku kapan kakak bisa mendapat hari libur? Kau selalu pergi
bekerja. Bagaimana jika kita pergi ke taman?”
“ Maaf
aku tidak bisa.”
“ Kalau
begitu, bagaimana jika kita menghabiskan waktu dirumah. Hanya kita berdua.
Mungkin kita bisa melakukan hal yang menyenangkan.”
“ SUDAH
KUBILANG AKU TIDAK BISA!” aku terkejut mendengarnya berkata seperti itu. Baru
pertama kalinya ia bicara dengan nada tinggi seperti itu padaku. aku hanya bisa
menundukkan kepalaku. Ia menghela nafas panjang dan berkata “ Maafkan aku.
Banyak sekali pekerjaan yang masih menumpuk. Aku lelah sekali aku akan pergi
tidur. Mungkin kau bisa lakukan sesuatu dengan barang-barang di gudang.” Ia
beranjak dari kursi tempat ia menyandarkan tubuhnya dan pergi menuju kamar
tidurnya.
Apa yang
akan kulakukan dengan barang rongsokan yang ada di gudang? Jujur saja aku
sangat takut membuka pintu ruangan itu. aku selalu berfikir akan ada sesuatu
yang menakutiku keluar dari ruangan itu. Tapi... sepertinya ide itu tidak
buruk. Aku bisa mengusir kebosananku. Lagi pula aku sudah berumur 8 tahun.
Sudah bukan waktunya lagi untuk takut dengan hal-hal seperti itu. Seperti
biasanya pagi-pagi sekali kakak sudah bersiap untuk pergi bekerja. Ia sangat
tergesa-gesa karena ia sedikit terlambat. Rambutnya masih acak-acakan. Ia
meminum susunya dan menyuapkan sehelai roti dimulutnya tanpa sempat untuk
memakan dan menikmatinya. Ia berlari menuju pintu depan. Karena banyak sekali
barang bawaannya sebuah blueprint
terjatuh dari tangannya. Aku memungutnya dan mengembalikannya pada kakak “ Kak,
ada yang terjatuh.”
“ Itu
hanya sampah. Aku tidak membutuhkannya. Buang saja ke tempat sampah. Aku sudah
terlambat. Jaga dirimu baik-baik. Sampai jumpa.” Suara pintu yang terbanting
terdengar jelas di telingaku. Aku sangat penasaran apa isi blueprint ini. Kakak memberi tahuku untuk membuangnya jadi tidak
ada salahnya aku membukanya. Banyak sekali garis yang terlukis di lembar ini.
Awalnya aku tidak menyadari sama sekali apa yang terlukis di blueprint itu. Ternyata itu adalah “
Rancangan Robot.” Bagaimana mungkin ini bisa dibilang sampah? Menurutku mungkin
kakak salah mengira bahwa ini adalah sampah.
Tapi
mungkin aku bisa membangunnya dan bisa menjadikannya teman untuk menghabiskan
waktu bersama. Mungkin dia bisa aku ajak bicara. Mungkin ini bisa mengisi
hari-hari yang membosankan. Menghilangkan kesunyian yang tiada akhir. Aku
mempelajari isi blueprint itu lagi.
Mungkin aku bisa menggunakan alat-alat kerja kakak yang ia simpan di gudang.
Dan juga rongsokan-rongsokan yang juga ia simpan disana. Sudah kuputuskan. Aku
akan membuat sebuah robot.
Aku
membawa sebuah lilin untuk penerangan di ruang gudang. Mungkin saja disana
tidak ada lampu atau semacamnya. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Perlahan aku
membuka pintu yang membuatku merasa takut berada dirumah ini. Debu-debu halus
langsung menyambutku dan membuatku batuk karenanya. Debu diruangan ini sangat
tebal. Maklum saja karena sudah tahunan ruangan ini tidak dimasuki seorangpun.
Aku mencari sebuah saklar atau semacamnya yang bisa digunakan untuk menyalakan
penerangan diruangan ini. Tetapi tidak satupun aku temui. Aku tidak mungkin
akan membangun sebuah robot hanya dengan penerangan sebuah lilin. Aku hampir
putus asa. Padahal aku sangat berharap aku bisa memiliki seorang teman. Aku
membalikkan badanku dan berniat untuk keluar dari sini.
Saat aku
melangkahkan kakiku, aku menginjak sebuah lantai dan lantai itu tertekan kedalam.
Sebuah suara terdengar dibelakangku. Apa akan ada sesuatu yang akan menakutiku?
Atau ada orang yang akan melukaiku? Bulu kudukku dibuat merinding karenanya.
Tetapi suara itu membuatku penasaran. Dengan jantung yang berdegup kencang aku
memberanikan diriku untuk melihat di asal suara itu. sebuah cahaya terpancar
dari lantai ruangan ini. Aku mendekatinya, dan ternyata ada sebuah pintu
rahasia. Rasa penasaranku selalu menang. Aku memasuki pintu rahasia itu.
Setelah aku memasuki pintu rahasia ini ada sebuah lorong yang tidak terlalu
panjang. Aku bisa melihat di ujung lorong ini terdapat sebuah pintu. Sejak
kapan rumah ini memiliki ruang bawah tanah yang tersembunyi seperti ini?
Aku
membuka pintu itu dan perlahan masuk kedalamnya. Aku sungguh tidak percaya dengan
apa yang kulihat. Ini bukan hanya sebuah ruang bawah tanah yang tersembunyi di
bawah gudang. Tetapi ini sebuah laboratorium. Ruangan putih bersih terpampang
jelas didepan kedua mataku. Tetapi kenapa kaka merahasiakan hal ini? Mungkin
ada sesuatu yang tidak boleh kuketahui. Mungkin besok aku akan menanyakan hal
ini padanya. Semua perlengkapan dan bahan bahan yang tertulis di blueprint ini bisa kutemukan disini.
Seumur hidupku baru kali ini aku bisa melakukan sesuatu yang bisa membuatku
merasa senang. Seakan aku bisa keluar dari rasa kesepianku untuk selamanya.
Semua
alat dan bahan yang kubutuhkan telah tersedia. Aku mulai membangunnya. Perlahan
tapi pasti. Sudah seharian aku berada diruangan ini, robot yang ku bangun sudah
berbentuk seperti pada gambar yang terlukis di blueprint itu. Tak ku sangka
membangun sebuah robot akan secepat ini. Tetapi ada satu hal yang menjadi
masalah. Robot ini tidak mau menyala. Aku mencocokan kembali dengan blueprint itu. Tidak ada yang salah.
Tetapi mengapa robotnya masih tidak bisa menyala? Apa benar yang dikatakan
kakak, bahwa ini hanyalah sebuah sampah? Aku terduduk lemas didepan sebuah
robot yang sudah dengan susah kubangun. Apa semua yang telah aku lakukan
sia-sia? Apa aku akan membuang harapanku untuk tidak merasa kesepian lagi?
Tidak! Ini bukan saatnya untuk menyerah. Aku tidak akan membiarkan hari-hari
menyedihkan itu kembali menghantuiku lagi.
Aku beranjak
dari tempat yang kugunakan untuk menopang tubuhku dan kembali memeriksa robot
itu. Aku memeriksa seluruh bagian robot itu. dan hal yang paling memungkinkan
adalah bagian mesin utama, yaitu tubuh robot ini. Aku membuka penutup tubuh
robot ini. Banyak sekali kabel-kabel yang saling tumpang tindih dan
berwarna-warni. Jika analisisku benar, robot ini kekurangan daya untuk hidup.
Aku mencari kabel yang berukuran lebih besar dan berwarna biru dan merah. Aku
melepaskan sambungannya dan ku sambungkan dengan sumber daya ruangan ini. Aku
tahu ini sangat berbahaya. Mungkin akan memutus aliran listrik, tetapi aku
harus melakukannya. Lampu ruangan ini mulai berkedip dan meredup. Sudah pasti
ini akan terjadi. Meskipun daya yang diserap sudah cukup banyak robot itu masih
belum mau menyala. Semua lampu diruangan ini meledak sehingga memancurkan
kembang api. Ruangan ini menjadi sangat gelap.
Aku telah
gagal. Ditambah lagi aku telah merusak ruangan ini. Apa yang akan kakak lakukan
jika ia tahu aku yang melakukannya. Sudah pasti ia akan marah besar. Didalam
kegelapan cahaya biru terpancar dan mengarah padaku. sebuah suara seperti besi
dan lantai yang bersentuhan terdengar sangat jelas. Cahaya itu semakin tinggi
dan semakin mendekat. “ Loading System” terdengar seperti suara seseorang.
Tetapi tidak ada siapapun selain aku diruangan ini. Aku berlari didalam
kegelapan menuju tempat dimana kau meletakkan lilinku. Dengat terburu-buru aku
menyalakan lilin itu. “ Ro..robot yang kubuat... bisa berdiri?” aku tidak
percaya ini. Aku telah berhasil. Aku berjalan mendekatinya. Robort itu
mengikuti arah pergerakanku. Aku sangat senang ternyata aku benar-benar
berhasil. “ Hai robot siapa namamu?”
“ Ha..i
ro..bot sia..pa nama..mu?”
“ Aku
bukan robot, maksudku siapa namamu? Namaku Imelda. Senang bertemu denganmu.”
“ Imelda?
Alvredo.” Ia menunjukku lalu menunjuk dirinya sendiri. “ Namamu Alvredo?”
“
Alvredo.. Imelda.”
“ Ya,
benar sekali namaku Imelda. Salam kenal Alvredo.” Kesenangan ini tidak
berlangsung lama karena suara ketukan pintu terdengar dari pintu depan. Aku
benar-benar lupa belum menyiapkan makan malam untuk kakak. Aku benar-benar
menghabiskan waktuku di ruangan ini. “ Alvredo tunggulah disini. Nanti aku akan
kembali menemuimu. Jangan pergi kemana-mana ya.”
Aku
berlari keluar dari ruangan ini dan bergegas menuju pintu depan. “ Ya tunggu
sebentar.” Kakak sudah berdiri lunglai didepan pintu, bahkan ia hampir saja
terjatuh. “ Kakak tidak apa-apa?”
“
Diamlah! Cepat ambilkan aku minum!”
“ i..iya”
aku bergegas menuju dapur dan mengambi segelas air untuknya. “ Ini kak” ia
mengambilnya dan meminumnya sampai habis. “ Cepat pergi tidur. Ini sudah
malam.”
“ Tapi,
aku belum menyiapkan makanan.”
“ Aku
bisa menyiapkannya sendiri. Cepat pergi dari hadapanku dan tidur.” Sebenarnya
apa yang terjadi? Akhir-akhir ini kakak sering sekali membentakku. Mungkin ada
masalah dengan pekerjaannya. Aku menurutinya dan segera pergi kekamarku. Aku
merebahkan tubuhku di atas ranjang yang selama ini telah mengantarkanku kedalam
mimpi-mimpiku. Tetapi kali ini aku hanya menggunakannya untuk menopang tubuhku.
Aku tidak bisa tidur. Aku terus
memikirkan Alvredo. Masih ada banyak hal yang ingin aku ketahui tentang
Alvredo. Masih ada banyak hal yang aku ingin lakukan bersamanya. Aku memutuskan
untuk pergi menemuinya lagi.
Saat aku
akan keluar dari kamar aku melihat kakak sedang membuka pintu gudang. Bukankah
seharusnya kakak istirahat karena kondisi kakak sedang tidak baik? Bagaimana
jika kakak menemukan Alvredo di bawah sana? Aku memutuskan untuk mengikutinya.
“ Aku masih berusaha untuk memperbaikinya. ” aku tidak melihat ada seorangpun
yang sedang berbicara dengan kakak. Apa dia berbicara melalui sesuatu? “
Iya-iya. Sabarlah sebentar. Aku sedang memeriksanya.” Ia berjalan memasuki
ruangan rahasia itu dan aku masih mengikutinya. Ia membuka pintunya dan lupa
untuk menutupnya. Aku bergegas masuk ke dalam ruangan itu. “ Alvredo, dimana
kau” bisikku memanggil robot ciptaanku. Aku merasa lega setelah aku
menemukannya tertutup tirai sehingga kakak tidak menyadari keberadaannya. “
Alvredo. Ini aku Imelda. Ayo cepat keluar dari sini.”
“ Apa?
Kau ingin aku menyelesaikannya lebih cepat?” tiba-tiba saja kakak sudah berada
didepanku. Karena kami tertutup tirai kakak tidak mengetahui keberadaanku dan
Alvredo. Itu membuatku cukup lega. Aku memberi isyarat pada Alvredo untuk tidak
keluar dari tempat ini dan tidak menimbukan suara apapun. Kakak seperti sedang
memencet sebuah tombol rahasia yang semula tidak ada disana. Sebenarnya ada
berapa banyak hal yang ia sembunyikan? Ruangan laboratorium ini bergerak dan
dindingya terbuka. hal pertama yang dapat kulihat adalah sebuah pesawat. Apa
gunanya pesawat itu untuk kakak? Kurasa saat ini kakak tidak terlalu
membutuhkannya. Yang ia lakukan hanya pergi bekerja dan kembali pulang ke rumah
untuk beristirahat. Lalu aku bisa melihat beberapa tabung yang berisikan cairan
aneh berwarna hijau. Aku yakin ada sesuatu yang lain ada didalam tabung itu.
aku baru bisa melihat semuanya dengan jelas setelah didnding itu sepenuhnya
terbuka.
“
Percobaan manusia buatanku masih berada didalam proses. Percobaan MB14599 masih
butuh 4 hari lagi untuk bisa hidup seperti orang pada umunya. Dialah yang bisa
kuberika padamu dan waktu menunggunya paling cepat.” Aku tidak percaya ini.
Kakak membuat manusia buatan? Mereka semua terlihat mirip sekali denganku.
Sebenarnya untuk apa kakak melakukan hal ini. “ Apa? Kau ingin mengambil
percobaanku MB14587? Aku membutuhkan Imelda untuk menjadi budakku. Aku
membutuhkannya untuk mengurusi semua pekerjaan rumahku.” Apa? Apa aku juga
manusia buatan? “ Baiklah master aku akan mengirimkan semua data penelitianku untukmu.”
Ia memindahkan data dari komputernya ke sebuah alat yang menurutku cukup aneh. “
Apa maksudnya kakak?” ia tersentak kaget setelah menyadari aku berada diruangan
ini. “ Apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau berada dikamarmu?”
“ Apa kau
hanya menggunakanku sebagai budakmu? Lalu kenapa selama ini kau menganggapku
sebagai adikmu?”
“ Yah..
mau bagaimana lagi? Aku sudah tertangkap basah. Ya, aku hanya menggunakanmu
sebagai budakku. Dan juga saudara-saudaramu. Master akan menggunakan mereka
semua sebagai senjata perang.”
“ Perang?
Apa kakak akan menciptakan perang?”
“
Bukankah kau sudah tahu aku bukan kakakmu? Akan kukirimkan kau pada Master.” Ia
mengeluarkan sebuah remot dari sakunya. Apa ia akan mengendalikanku dengan itu?
Aku memikirkan cara bagaimana aku bisa keluar dari situasi seperti ini. Aku
melihat sebuah Canon yang tergeletak diatas lantai. Aku menembakkannya pada
lantai tempat kakakku berdiri. Remot itu terjatuh dari genggamannya. Aku
menembak remot itu sehingga remot itu hancur berkeping-keping. “ Sial. Kau
tidak akan bisa lari kemanapun.” Alvredo memberikan dorongan gelombang sehingga
kakak terpental dan terbentur salah satu tabung percobaannya. “ Alvredo. Ayo
kita keluar dari sini.”
“ Loading
Completed.” Data dari komputer itu telah selesai dipindahkan. Aku mengambilanya
dan membawanya pergi dari sini. Mungkin aku bisa mengetahui sesuatu dari data
itu. Aku menggunakan pesawat yang ada
diruangan ini. Aku tidak bisa membuka pintunya. “ Loading System. Selamat
datang di Pesawat M3575 gunakan fingerscaner
untuk membuka pintu pesawat ini. Sebuah alat keluar dari pesawat itu. aku
meletakkan jariku di atasnya. Di layar alat itu tertulis Scan Completed. Lalu
alat itu kembali masuk kedalam pesawat itu lalu berbunyi “ Selamat datang
MB14587.” Dan akhirnya pintu itu terbuka.
Aku
bergegas masuk dan duduk di bangku kemudi. Di depanku sudah tersedia puluhan
bahkan ratusan tombol. Tetapi yang mana yang digunakan untuk menerbangkan
pesawat ini? Anehnya aku bisa dengan sendirinya memilih tombol-tombol yang ada
dihadapanku. “ Pesawat akan terbang dalam hitungan mundur.10 .9 .8 .7 .”
“ Cepat
keluar dari pesawat ini.” Kakak memukul pintu pesawat ini. Aku menekan tombol
untuk mengunci pintunya sehinngadia tidak bisa masuk.
“4. 3. 2.
1. Memulai proses pemberangkatan.” Pesawat ini akhirnya bisa lepas landas.
Akhirnya aku bisa berhasil keluar dari penjara yang mengurungku selama ini.
Tetapi kemana aku harus pergi? Tak ada satupun tempat yang kuketahui selain
rumahku. “ Kau tidak akan bisa pergi kemana-mana. Kau adalah manusia buatan,
kau hanya sebuah robot. Dan robot harus memenuhi perintah penciptanya.”
Tiba-tiba sebuah layar yang menampilkan wajah kakak muncul dihadapanku. “ Aku
tidak akan kembali.”
“
Terserah padamu saja.”
“
Peringatan pesawat akan memulai penghancuran. Segera lakukan Evakuasi.
Peringatan...” lampu penerangan pesawat ini berubah menjadi merah. “ Sampai
jumpa. MB14587” ledakan mulai terjadi di ruang mesin. Ketinggian pesawat ini
juga mulai berkurang. Tanpa bisa kuhindari aku akan melakukan pelandasan
darurat.
Asap
tebal memenuhi ruang kemudi dan mebuatku sulit bernafas. Aku mencari tombol
untuk membuka pintu pesawat ini.” Aku tidak bisa menemukan tombol untuk membuka
pintunya.” Apa yang akan kulakukan? Apa aku akan mati karena kehabisan nafas
disini? Alvredo berjalan menuju kaca di ruang kemudi dan menghancurkannya. Dengan
berdesak-desakan asap di ruangan ini mulai keluar. Aku berlari keluar dari
pesawat ini secepat yang aku bisa. Udara segar langsung menyambutku setelah
sebelumnya sama sekali tidak ada udara bersih yang siap untuk kuhirup. Aku
menghirup udara sebanyak yang ku bisa. Dadaku yang terasa sesak setelah
menghirup asap dari mesin yang terbakar mulai terasa lega. “ Terima kasih
Alvredo.” Dia tidak menjawab. Ia hanya melihatku. Mungkin ia mengalami sedikit
kerusakan setelah pelandasan yang sama sekali tidak mulus. Nafasku sekarang
sudah mulai membaik. Aku mulai teringat dengan data yang kakak ingin kirimkan
pada orang yang berbicara dengannya.
Aku
terkejut setelah mengetahui alat itu menghilang. Tapi kemana? Bagimana bisa?
Aku yakin aku menyimpannya didalam jaketku.
” Alvredo, bisa bantu aku mencari
alat yang kakak gunakan untuk memindahkan data dari komputernya? Itu sangat
penting bagiku.” Alvredo menggunakan alat pemindainya untuk mencari alat itu.
aku mencari di sekeliling tempat jatuhnya pesawat ini. Aku tidak menemukannya.
Alvredo mengangkat tangannya dan menunjuk ke suatu arah. Aku mengalihkan
pandanganku pada tempat yang ingin Alvredo tunjukkan padaku. Ternyata ada
mahluk aneh yang sedang menjadikan alat penyimpan data itu. Ini gawat. Jika
alat itu rusak aku tidak akan pernah mengetahui rencana kakak untuk selamanya.
“ Kembalikan alat itu padaku.” aku menodongkan senjataku pada mereka. Tetapi
mereka sama sekali tidak memperhatikanku. Ini benar-benar menyebalkan. Aku
memugut sebuah batu kecil yang ada diatas tanah dan melemparkannya pada mereka.
“ Kubilang kembalikan alat itu padaku!” batu itu mengenai salah satu dari
mereka. Mereka berhenti memainkan alat itu. Mereka semua memperhatikanku dengan
serentak. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau dan mengarahkannya padaku.
“ Tu..turunkan senjatamu. Aku tidak berniat menyakitimu. Berikan alat itu dan
aku akan pergi dari sini.” Mereka melakukan yang sebaliknya. Mahluk itu
melempar pisau itu kearahku. Aku hanya bisa berteriak dan melindungi tubuhku
dengan kedua tanganku.
“ Sebuah
suara besi yang bersentuhan terdengar di telingaku. Aku membuka kedua mataku
dan melihat Alvredo telah melindungiku dari serangan mereka. Alvredo mulai
bergerak kearah mereka dan menghajar mereka. Dia tidak hanya temanku tetapi
pelindungku. Mahkluk-mahkluk itu berhamburan meninggalkan tempat ini karena
takut dengan Alvredo. Ia memungut alat itu dari atas tanah dan memberikannya
padaku. Aku berlari padanya dan menerima alat itu. “ Terimakasih Alvredo. Aku
harap alat ini tidak rusak.”
Saat ini sedang hujan salju. Aku sama sekali tidak
berpakaian yang membuat tubuhku terasa hangat. Aku hanya memakai pakaian yang
biasa aku gunakan saat sedang berada dirumah itu. “ Alvredo ini sudah hampir
malam. Ayo kita pergi dari sini.” Aku mencari tempat penduduk terdekat. Sebuah
pintu masuk menuju pemukiman terlihat diatas bukit. Dan kesanalah aku dan
Alvredo melangkahkan kaki.
“ Perutku
lapar sekali Alvredo. Perjalanan ini membuatku sangat lelah.” Alvredo hanya
memandangku tanpa mengatakan apapun. Aku lupa kontak suaranya rusak karena
kecelakaan tadi. “ Tu..tunggu sebentar Alvredo, aku akan memeriksamu. Duduklah
aku akan memperbaikimu” saat aku membuka penutup mesinnya asap panas keluar dan
membuatku merasa sedikit lebih hangat. Dia rusak parah. Tetapi bagaimana dia
masih bisa hidup? Bahkan bisa melindungiku. “ Alat suaramu terbakar Alvredo.
Aku harus menggantinya. Tetapi aku tidak memilikinya. Bagaimana ini?” Alvredo
melihat sekeliling dan menunjuk ke suatu arah. Di arah yang ia tuju terdapat
seorang pandai besi. Ya. Disanalah aku bisa membuat alat suara untuk Alvredo.
“ Permisi
paman. Apa aku bisa meminta sedikit besi milikmu?”
“ Apa?
Aku tidak akan memberimu secara cuma-cuma. Aku memberikan harga 1 coper untuk
besi ini.”
“ Tapi
aku tidak memiliki uang.”
“ Kalau
begitu pergi saja sana.”
“ Jangan
jahat seperti itu pada anak kecil. Dia hanya meminta sedikit besi milikmu.”
Seorang pria juga menghampiri toko pandai besi milik paman ini. “ Apa untungnya
aku kalau aku memberinya dengan cuma-cuma?”
“ Aku
yang akan membayarnya. Berapa harganya?”
“ Ah
kakak tidak usah. Aku tidak ingin merepotkan kakak.” aku berusaha menolaknya
karena aku tidak ingin menyusahkan orang lain. “ Tenang saja. Ini tidak
seberapa kok” ia memberikan uangnya pada paman itu dan ia memberikanku besi itu. “ Terima kasih
kakak. Aku berhutang padamu.”
“ Tidak
usah kau fikirkan. Omong-omong besi itu untuk apa?”
“ Ah..
aku hampir lupa. Maafkan aku aku harus segera pergi. Terimakasih atas
bantuannya.”
“Tunggu..
kau belum memperkenalkan dirimu.”
“ Ah
maaf. Aku hampir lupa. Aku Imelda, maafkan aku atas ketidak sopananku.”
“ Tidak
usah kaku seperti itu. Aku Eithan, semoga beruntung Imelda.”
“ Sekali
lai terimakasih kakak.” Aku berlari secepat yang ku bisa menuju tempat Alvredo.
“ Maafkan aku sudah pergi terlalu lama. Aku akan memperbaikinya.” Aku lupa
karena aku sama sekali tidak memiliki alat-alat untuk memperbaikinya. Semua
alat itu ada di laboratorium kakak. Bagaimana ini? Meskipun aku sudah mendapat
bahannya tapi aku masih belum bisa memperbaikinya. Di tambah lagi perutku yang
sudah berteriak untuk diberi makan. Suhu diluar sangat dingin. Tubuhku sudah
terasa sangat lelah. Aku sudah sangat putus asa.
Aku meletakkan tubuhku di
sebuah tempat penyimpanan jerami yang beratap “ Maafkan aku Alvredo. Aku masih
belum bisa memperbaikimu. Kurasa malam ini kita akan beristirahat disini.”
Alvredo berdiri dan menarik tanganku “ Ada apa?” ia mengajakku ke seorang
penjual barang.
“ Apa yang kau butuhkan gadis manis?”
“
Bolehkan aku menginap dirumahmu? Hanya untuk malam ini saja.”
“ Kau
tersesat?”
“ Ya,
seperti itulah.”
“ Aku
memiliki sebuah penginapan. Aku bisa rugi jika kau tidak membayarku.”
“ Tapi
aku sama sekali tidak memiliki uang.”
“
Bagaimana jika kau berkerja pada Leonardo? Sepertinya robotmu ini bisa
digunakan untuk melawan Dragon Followers”
“ Dragon
Followers? Makanan apa itu?”
“ Itu
bukan makanan. Tetapi kumpulan orang yang akan menghancurkan kedamaian.”
“ Oh...
seperti apa mereka?”
“ Lebih
baik kau tanyakan saja pada Leonardo. Kau akan dapat uang jika kau berkerja
dengannya.”
“
Bagaimana jika malam ini aku menginap di penginapanmu dulu? Aku akan
membayarnya besok.”
“ Hmm..
bagaimana ya? Baiklah kurasa satu malam tidak masalah.”
“
Bolehkah aku juga meminta makanan dan pakaian hangat?”
“ Kau
ini! Kecil-kecil sudah pandai hutang.”
“ Aku
janji akan membayarnya.”
“
Baiklah. Aku butuh jaminan untuk semua itu.”
“ Aku
tidak punya apa-apa.”
“
Bagaimana jika robotmu itu jadi jaminannya?”
“
Alvredo? Tapi dia sangat berharga bagiku.”
“ Kalau
begitu aku tidak akan memberikanmu apapun.”
“
Tapi...” Alvredo menyenggolku, entah bagaimana aku bisa tahu apa yang akan ia
katakan. ‘ Aku akan baik-baik saja. Lakukan saja. Kau bisa mati kedinginan.’
“
Baiklah. Akan kujadikan Alvredo sebagai jaminannya.”
“ Baiklah
kalau begitu. Kita sudah sepakat. Mari aku akan mengantarkamu ke kamarmu.”
Sebuah
ruangan kecil yang hanya terdiri oleh sebuah ranjang, meja dan kursi yang
hangat dan cukup nyaman akan menjadi tempatku untuk bermalam. Aku meletakkan Canonku
di atas meja itu. aku membersihkan diriku di sebuah kamar mandi di penginapan
itu. air hangat yang kugunakan membuatku merasa lebih baik. Alvredo hanya
berada di sudut ruangan dan melihatku melakukan rutinitasku sebelum tidur. Tapi
untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa aku tidak sendirian. Meskipun ia
saat ini masih belum bisa bicara tetapi aku senang dia bisa menemaniku. “
Alvredo. Tunggulah sebentar, aku akan segera memperbaikimu.” Ia menganggukkan
kepalanya.
Aku
teringat dengan alat yang berisikan data penting dari komputer kakak yang kuletakkan
di atas meja berdampingan dengan canonku. Aku mengambilnya lalu kembali duduk
di atas kasur. Alvredo juga terlihat penasaran dengannya. Ia melangkah
mendekatiku. “ Kau juga ingin tahu? Tapi rasa ingin tahumu tidak akan bisa
menandingi rasa ingin tahuku.” Hanya ada tiga buah tombol yang ada di alat itu.
Dan sudah pasti tombol yang berada di tengah adalah tombol yang digunakan untuk
menghidupkan alat ini. Dan tombol itulah yang aku tekan. Sebuah cahaya terang
terpancar dari alat itu. Cahaya itu membentuk wajah kakak dan juga terdapat
kode kunci. Tidak ada tombol lain untuk mengetikkan kode kunci itu. Tidak
mungkin hanya dengan tiga tombol ini aku bisa memasukkan kode kuncinya. “
Bagaimana ini? Tidak ada tombol untuk memasukkan kode kuncinya.”
“ Kode salah.”
Ternyata begitu cara kerjanya. Alat ini menggunakan sensor suara. Aku mencoba
memasukkan nama kakak. “ Jasmine”
“ Kode
salah.” Ternyata bukan itu kode yang benar. Kalau di pikir-pikir selama aku
hidup dengan kakak aku belum pernah tahu pada siapa kakak bekerja. Ia pernah
bilang ia menciptakan manusia buatan untuk senjata perang. Sedangkan kakak
pemilik penginapan ini bicara tentang Draco Flower atau semacamnya yang akan
merusak kedamaian. Aku tidak ingat sama sekali apa nama mereka sebenarnya.
Kalau tidak salah mereka seperti pengikut, Ah itu dia “ Dragon Followers”
“ Kode
diterima. Selamat datang Jasmine.” Akirnya. Tampak banyak sekali data yang di
tunjukkan alat itu. tapi ada satu data yang mencuri perhatianku. Persiapan
perang. Di dalamnya terdapat banyak percobaan. Dan salah satunya adalah manusia
buatan. Tetapi kenapa kakak membuat anak-anak sebagai senjata perang? Ada
banyak sekali senjata ciptaannya yang ia siapkan hanya untuk perang ini. Ada
satu hal lain yang membuatku curiga. Yaitu file bernama Alvredo. Aku tidak
menyangka ia menciptakan Alvredo sebagai senjata perang. Tetapi kakak belum
sempat menyempurnakannya. Bahkan ia beranggapan bahwa percobaannya gagal.
Sebenarnya kapan perang yang ia bicarakan akan terjadi? Pada siapa ia
mengabdikan diri? Apa tujuannya? Aku mencari-cari data itu, tetapi aku tidak
menemukan apapun. “ Apa yang ingin anda cari?”
“ Kapan
perang akan dimulai?”
“ Mencari
data..... Data tidak ditemukan.” Kakak benar-benar sangat berhati-hati. Ia
tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kapan perang itu akan terjadi. Tapi
kurasa semua itu tidak sia-sia. Setidaknya aku bisa mengetahui apa aku ini. Aku
meletakkan alat itu kembali ke atas meja. Aku merebahkan diriku di atas
ranjang. Alvredo menyelimutiku dan mengusap kepalaku. Apa ini yang dinamakan
kasih sayang? Hatiku terasa seperti sebuah ladang yang penuh dengan bunga yang
bermekaran. Aku sangat bahagia “ Selamat malam Alvredo. Semoga mimpi indah.”
Itulah kata perpisahanku dengan Alvredo untuk hari yang melelahkan ini. Alvredo
melangkahkan kakinya menuju sudut ruangan dan duduk disana sementara aku mulai
memejamkan kedua mataku dan mulai untuk meninggalkan dunia nyata menuju dunia
yang penuh dengan khayalan dan keindahan.
Suara
tetesan air jelas terdengar. Bau debu yang sudah puluhan tahun menyelimuti
ruangan ini membuatku sulit bernafas. Tak ada sedikitpun cahaya yang bisa
menerangi pengelihatanku. Hanya aku sendiri. Tubuhku lemas. Aku sama sekali
tidak bisa bergerak. Tidak. Aku tidak ingin berada disini lagi. Kesunyian dan
kehampaan tiada akhir. “ Aku hanya menggunakanmu sebagai budakku M14587. Kau
sama seklai tidak berguna bagiku.”
“AAAAAAaaaaaaaaaaa.”
Sekujur tubuhku basah karena berkeringat. Saat aku melihat jendela ternyata
hari ini sudah pagi. Syukurlah itu hanya mimpi buruk. “ Selamat pagi Alvredo.
Hari ini adalah hari yang besar. Kita akan mencari uang untuk memperbaikimu.
Kau akan bisa bicara lagi.” Ia mengacungkan kedua jempolnya. Aku anggap ia juga
antusias. Aku beranjak dari tempat tidurku dan merapihkannya. Kamar mandi
adalah tujuanku selanjutnya. Aku membersihkan diriku. Aku melihat diriku di
cermin. Yup aku sudah siap. “ Ayo Alvredo. Kita berangkat.”
Aku pergi
meninggalkan penginapan ini menuju rumah orang yang bernama Leonardo. Ternyata
dia adalah orang tua yang seluruh rambutnya berwarna putih. Menurutku ia mirip
Santa Clause. “ Selamat pagi paman.”
“ Selamat
pagi. Ada yang bisa ku bantu ?” Karena ia sedang sibuk ia terkejut setelah ia
melihat sebuah robot besar berdiri di sampingku. “ Aku Imelda. Kakak pemilik
penginapan memberi tahuku kau butuh seseorang untuk membasmi Dragon Follower.”
“ Ya.
Tapi kau masih anak-anak.”
“
Anak-anak? Kau tidak lihat Alvredo? Apa seorang anak kecil biasa bisa
menciptakan robot seperti Alvredo?”
“ Aku
tahu tapi ini sangat berbahaya.”
“
Kumohon. Aku membutuhkan uang. Aku tidak punya siapapun. Aku butuh tempat
tinggal. Kumohon pekerjakan aku.”
“ Wah...
bagaimana ya? Baiklah. Aku menerimamu.”
“
Terimakasih paman.”
“ Susul
Angelina dan Eithan di Catacomb. Mereka mungkin akan membutuhkan bantuanmu.”
“
Baiklah. Sekali lagi terima kasih paman.”
Kami
berjalan menuju perbatasan desa. Seperti biasanya udara di luar sangat dingin.
Aku tidak pernah menyangka hujan salju akan seindah ini.
Selama ini aku hanya
melihatnya dari jendela. Sensasi ini sangat baru bagiku. Tetapi aku tetap
merasa kedinginan karena tubuhku hanya dibalut dengan pakaian biasa. Bukan
pakaian musim dingin. Tetapi aku harus tetap bertahan. “ Alvredo, bisakah kau
mencari letak Catacomb?” Alvredo melakukan pemindaian dan ia menuntunku ke
jalan menuju Catacomb. Jarak kami dengan pintu masuk Catacomb jika
dihitung-hitung masih bisa dibilang cukup jauh. Tetapi suara pertempuran disana
bisa terdengar jelas. “ Alvredo kita harus bergegas. Mungkin mereka dalam
bahaya.” Aku berlari memasuki tempat itu. Aku melihat kakak yang membelikanku
sebuah besi untuk meperbaiki Alvredo tergeletak di atas tanah. Dan ada dua
orang wanita yang sedang bertarung. Salah satunya tertusuk pedang berwarna
putih. Tetapi tidak terlihat seperti terbuat dari besi. Setelah aku mengamati
pedang itu terbuat dari es. Wanita yang tertusuk es itu melayang dan men-sumon
batu-batu besar. Wanita yang lain tertindih batu-batu itu. sebenarnya aku sama
sekali tidak tahu yang mana yang bernama Angelina tetapi aku harus
menyelamatkan wanita yang sedang tertindih batu itu.” Alvredo selamatkkan
wanita yang tertindih batu itu.” ia berlari melindungi wanita itu.
“ Cepat
keluar dari sana! Sebelum Alvredo rusak.” Alvredo menariknya dan membawanya
keluar dari kekacauan ini. “ Kau tidak apa-apa kan?”
“ Siapa
kau?”
“
Sekarang tidak penting. Kita harus segera pergi dari sini.”
“ Kau
melupakan sesuatu?” kakak yang menolongku itu di tarik dengan gelombang dan
menginjak lukanya dengan hak tinggi sehingga menusuk lukanya. “ Hentikan!”
“ Temui
aku tengah malam nanti di mana pertarungan ini dimulai jika kau ingin
menyelamatkannya. Ini semua belum berakhir.” Wanita itu mendorong kami dan
menutup pintu itu dengan tumpukan batu. “ Eithaaan”
“ Maafkan
aku, seandainya aku datang lebih cepat.” Aku benar-benar merasa bersalah hanya
melihatnya dari jauh saat wanita itu menyerangnya. “ Siapa kau? Kenapa anak
kecil sepertimu bisa ada disini?”
“ Aku
Imelda, Tinkerer. Aku dikirim oleh penjaga sebagai bala bantuan. Ayo kita
kembali.”.
“ Tidak! Kita
harus menyelamatkan Eithan.”
“ Tapi
kau sudah tidak bisa bergerak. Kau terluka parah. Alvredo akan membawamu
kembali ke Mana Ridge. “
“ Tidak.
Tunggulah aku disini.” Wanita itu melumuri tubuhnya dengan cairan yang ia
keluarkan dari tasnya. “ Cairan apa itu?”
“ Ini
ramuan penyembuh. Aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Angelina.”
“
Syukurlah aku tidak salah orang. Aku dikirim untuk menyelamatkan orang yang
bernama Angelina dan Eithan tetapi tidak diberi tahu foto mereka.” Ia hanya
diam saja. Kurasa ia sangat frustasi melihat kak Eithan terluka dan ditambah
lagi menjadi sandra wanita itu. setelah beberapa saat ia mulai berdiri. Mungkin
ramuannya sudah mulai bekerja. Alvredo membantunya berdiri. Kami melangkahkan
kaki kami kembali menuju Mana Ridge.
Aku
mengantarkan kak Angelina ke rumah masternya sementara aku harus memberikan
laporan pada paman Leonardo. Entah aku harus bagaimana aku mengatakannya. Aku
gagal dalam misi pertamaku. Mungkin dia akan memberhentikanku. “ Bagaimana
Imelda? Apa yang terjadi?” Leonardo menatapku dengan bingung karena aku
menunjukkan ekspresi yang sama sekali tidak menunjukkan aku membawa berita
baik. “ Aku berhasil menyelamatkan kak Angelina. Tetapi kak Eithan...”
“ Apa
yang terjadi dengan anakku?”
“ Kakak
penyihir itu menyandranya. Maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkannya.” Paman
Leonardo menghela nafas panjang lalu berkata “ Apa yang kau bicarakan? Kau
sudah berhasil menyelamatkan Angelina. Aku akan memberimu uang hasil misimu.”
“ Tapi...
Aku tidak berhasil menjalankan misinya. Kau bilang aku harus menyelamatkan
Angelina dan Eithan.”
“ Tidak.
Kau sudah berhasil menyelamatkan Angelina. Itu sudah cukup.” Ia memberiku
kantung yang berisikan uang yang cukup banyak. Aku benar-benar merasa sungkan.
“ Terima kasih paman. Lain kali aku tidak akan melakukan kesalahan lagi.”
Aku
bergegas menuju kakak pemilik penginapan itu. “ Oh.. kau anak kecil yang hutang
kemarin kan? Bagaimana? Sudah dapat uang untuk membayar tagihannya?”
“ Sudah.
Ini kakak.”
“ Wow.
Kau mendapat banyak uang.”
“ Aku
ingin membeli alat-alat seperti palu, obeng dan lain-lain untuk memperbaiki
Alvredo. Dan juga pakaian hangat. Dan aku juga akan menginap di penginapan
kakak lagi.”
“ Ya.
Boleh saja. Aku punya semuanya. Jadi totalnya 8 gold.” Aku membayarnya dengan
uang hasil misiku. Uangku hanya tersisa separuh setelah aku membeli semua itu.
Aku harus lebih giat menjalani misi supaya aku bisa bertahan hidup. Aku kembali
ke kamar yang sebelumnya aku tempati di penginapan ini. Kali ini aku akan
memperbaiki Alvredo. Aku mengeluarkan semua alat-alat yang kubeli dari kakak
pemilik penginapan ini. Tak lupa besi yang dibelikan oleh kak Eithan. Aku mulai
membentuk besi itu menjadi sebuah alat yang bisa digunakan untuk pemancar suara
Alvredo. Untung saja kamar ini dilengkapi dengan perapian kecil. Jadi akan
mudah untuk membentuk besinya.
“ Ya,
sudah jadi. Kemarilah Alvredo aku akan memasangkannya padamu.” Ia mendekatiku
dan duduk disampingku. Aku mulai membuka penutup mesinnya. Aku tidak menyangka
ternyata ia rusak berat. Mungkin karena ia berusaha untuk menahan hujan batu
untuk melindungi kak Angelina. Tak perduli seberat apapun kerusakannya aku akan
memperbaikinya.
Waktu
semalam suntuk berlalu sangat lambat. Bunyi dentuman palu terdengar jelas
ditelingaku. Keringatku bercucuran. Mataku sudah tidak sabar untuk menutup
kelopak mataku. Tubuhku terasa sangat lelah. Sedikit lagi. Hanya perlu
menyambungkan satu buah kabel dan semuanya akan selesai. ” Sudah selesai
Alvredo. Bagaimana? Apa kau sudah merasa lebih baik?”
“ Ya.”
“
Akhirnya kau bisa bicara lagi. Syukurlah. Alvredo aku sangat lelah. Bolehkah
aku duduk di pangkuanmu? Selamat malam Alvredo.” Perlahan-lahan kesadaranku
mulai menghilang. Meskipun tubuhku merasakan dinginnya malam bersalju ini,
tetapi aku tetap merasa nyaman berada didekat Alvredo.
Tak
terasa pagi telah tiba. Saat aku membuka kedua mataku hal yang pertama kali
kuketahui adalah aku terbaring di atas tempat tidur. Tubuhku juga terasa hangat
karena selimut hangat yang menyelimutiku. Sudah pasti Alvredo yang
memindahkanku ke tempat tidur. Saat aku masih belum sadar sepenuhnya. Ada
sesuatu yang melompat keatas tempat tidur dan menginjak tubuhku. “ Aaaaa ada
apa ini?”
“ Kweek”
aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. “ Ada bebek diatas tempat tidurku?
Bagaimana mungkin bisa ada seekor bebek didalam ruangan ini?”
“ Aku
yang membuatnya.” Alvredo sedang membawa salah satu bebek yang terlihat sama
persis dengan yang sedang berada di atas tempat tidur. “ Jadi ini.. robot? Kau
yang membuatnya?”
“
Bagaimana kau suka?”
“ Tapi
bagaimana mungkin? Bagaimana bisa kau membuat robot? Dan ini hampir seperti
aslinya.”
“ Itu
tidak hanya robot biasa. Itu juga bisa membantumu untuk bertarung. Kita akan
dapatkan banyak uang.“
“
Terimakasih Alvredo. Ayo kita buat lebih banyak robot lagi. Aku juga akan
memiliki lebih banyak teman.” Suasana itu berubah seketika setelah terdengar
sebuah dentuan keras dari luar penginapan ini. Aku dan alvredo segera keluar
penginapan untuk memeriksanya. Ada dua orang anak kecil yang menembakkan peluru
dan juga racun yang keluar dari senjata yang mereka genggam. Gadis yang
menggunakan peluru memiliki wajah oriental, sedangkan yang menggunakan racun
memiliki rambut panjang dan berwarna pirang. Yang paling mengejutkan mereka
berdua mirip sekali denganku. Tetapi wajah mereka dingin tanpa ekspresi dan
juga tatapan mereka kosong. “ Alvredo tunggulah saja disini, aku akan memeriksa
siapa mereka sebenarnya.” Ia menuruti apa yang ku katakan. Aku mempersiapkan
senjataku, aku berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
“
Memindai keberadaan MB14587.” Mata kedua gadis itu bersinar dan memindai ke
seluruh desa. “ Apa yang kalian inginkan? Kenapa kalian berusaha menghancurkan
desa ini?” Master Sorceress berusaha menghadang dua orang tamu tak diundang
itu. “ Pengganggu terdeteksi. Hancurkan sasaran.” Gadis berambut pirang itu mengarahkan
senjatanya pada master Sorceress. Salah satu robot yang dibuat oleh Alvredo
melindungi Master Sorceress itu dari racun yang ia tembakkan. “ MB14587 telah
ditemukan. Mengirim data.”
“ Jadi
tujuan kalian datang kesini untuk mencariku?”
“ Ya.
Melawan tidak ada gunanya.”
“ Untuk
apa kalian mencariku? Apa ini semua perintah ka... Jasime?”
“ Ya.
Segera ikut dengan kami atau kami akan menghancurkan desa ini.”
“
Silahkan coba tangkap aku.” Gadis berwajah oriental itu melempariku sebuah alat
yang berukuran segenggam tangannya. “ Apa kau kira aku akan tertangkap dengan
alat murahan ini?” aku menembkanya dengan canonku dan alat itu meledak
karenanya. Tanpa kusadari gadis oriental itu menembakkan peluru yang terikat dengan
tali dan pada ujung pelurunya terdapat pengait. Karena ledakkan itu aku tidak
bisa menghindari serangannya. Aku menggunakan kedua tanganku untuk melindungi
diri dari serangan itu meskipun sejak awal aku tahu itu tidak cukup untuk
melindungiku dari serangan mereka. Alvredo berlari secepat mungkin dan
melindungiku dari serangannya. Pengait itu menembus tubuhnya. Gadis oriental
itu menarik Alvredo dengan mudahnya.
Kedua gadis itu diam sejenak seperti sedang mendengarkan sesuatu. Lalu
mereka berdua berkata, “ Perintah diterima.” Mereka menggunakan alat yang
mereka gunakan di punggung mereka dan membuat mereka berdua terbang diudara.
Mereka juga membawa Avredo bersama mereka.
“
Lepaskan Alvredo!” mereka sama sekali tidak mendengarkanku. Mereka tebang
semakin tinggi dan semakin jauh meninggalkan desa ini. “ Alvredooo..” Tidak!
Aku tidak akan membiarkan mereka mengambil Alvredo dariku. Tidak akan pernah.
Aku berlari menuju penginapan dan mengambil seluruh peralatan yang telah kubeli
untuk memperbaiki Alvredo. Aku berlari secepat yang aku bisa menuju pesawat
yang kugunakan untuk kabur dari rumah yang digunakan untuk memenjarakanku. Aku
membuka penutup mesin pesawat itu. warna hitam akibat kebakaran itu mendominasi
seluruh mesin pesawat ini. Didalam hatiku sudah tidak mungkin pesawat ini
diperbaiki. Kerusakannya sudah sangat parah. Tapi aku sudah tidak memiliki
apa-apa lagi. Hanya ini yang bisa membantuku untuk menyelamatkan Alvredo. Aku
harus menyelamatkannya atau aku akan kembali hidup menderita karena kesepian yang
tiada akhir.
Aku
berusaha memperbaikinya tetapi mesinnya masih belum menyala. Apa masih ada
bagian yang belum ku perbaiki? Aku memeriksa kabel di berwarna hitam, kabel itu
terlihat aneh. Aku memotongnya dan mendapati bagian dalam kabel itu telah
putus. Pantas saja mesinnya tidak bisa menyala. Aku menyambungkan timah pada
kabel itu dan merekatkannya. Aku masuk ke ruang kemudi dan merusaha untuk
menyalakan mesinnya. Meskipun sudah mau menyala tetapi tetap saja tidak
berjalan mulus. Baru beberapa detik mesin itu menyala, tetapi sudah kembali
mati. “ Sial. Kumohon menyalalah.” Salah satu robot berbentuk bebek itu
bersuara seperti memperingatiku. “ Ada apa?” sayap kecilnya menunjuk pada
penutup mesin. “ Apa kau mau aku membukanya?” ia hanya bisa menjawab ‘ Kwek-kweek’
aku anggap itu adalah iya. Aku membuka penutup mesinnya. Ia melompat kedalam
ruangan mesin. “ Apa yang akan kau lakukan?” ia mengeluarkan listrik. Aku
bahkan tidak tahu dia bisa melakukannya. Dalam seketika mesin itu menyala
dengan baik. “ Sekarang aku mengerti. Pesawat ini kehabisan daya, terimakasih
hmm... bagaimana aku bisa memanggilmu?” lagi-lagi ia hanya menjawab ‘Kwek’
“ Itu
dia. Aku akan memanggilmu Mr.Kweek. Ayo, kita harus bergegas untuk
menyelamatkan Alvredo sebelum ada hal buruk yang akan menimpanya. Ku harap kita
masih belum terlambat.” Aku dan Mr.Kweek masuk kedalam pesawat. Kami berdua
duduk di dalam ruang kemudi dan tak lupa memakai sabuk pengaman. Aku memencet
tombol yang memiliki variasi warna dan membuatnya melayang diudara. ” Selamat
datang MB14587. Silahkan masukan lokasi yang akan dituju.”
“ Lacak
dimana keberadaan Alvredo!”
“ Akses
ditolak. Data tidak ditemukan.” Data? Aku memilikinya. Semua data tentang
Alvredo ada didalam alat yang digunakan kakak untuk menyimpan data dari komputernya.
Aku menyambungkan alat itu pada pesawat. “ Data di temukan. Menuju lokasi
keberadaan Alvredo.” Dalam hitungan detik kamipun mulai melesat cepat di udara
menuju lokasi mereka menculik temanku. “ Tunggulah Alvredo. Aku akan
menyelamatkanmu.”
Atap gedung
yang bisa dibilang sebagai ‘Markas’ terbuka menyambut kedatangan dua gadis yang
menculik Alvredo. Seorang wanita berambut pirang telah menunggu dengan tidak
sabar. “ Kalian lama sekali. Apa kalian bodoh? Rencana kita bisa gagal total
karena kecerobohan kalian.” Wanita itu memencet sebuah tombol pada alat yang
berada digenggamannya. Kedua gadis itu memekik kesakitan karena sebuah listrik
menyengat mereka. “ Bawa sampah itu menuju ruang penelitian. Jika kalian
melakukan satu kesalahan lagi kalian akan tahu akibatnya.” Tanpa sepatah
katapun terucap mereka berdua memindahkan Alvredo ke sebuah ruangan dengan
keamanan ketat. Banyak sekali kode keamanan untuk membuka ruangan itu. Mereka
berdua meninggalkan Alvredo dengan keadaan tergeletak diruangan itu dan kembali
menutup pintu dengan keamanan tingkat tinggi itu.
Pesawat
ini membawaku pada sebuah padang pasir yang diatasnya berdiri sebuah bangunan
yang cukup besar. Keadaan di sini jauh berbeda dengan Mana Ridge. Angin
mempermainkan butiran pasir dan membawa mereka kesana kemari. Panasnya sungguh
tidak bisa dihindari. Aku pernah membaca sebuah buku tentang tubuh manusia yang
kakak berikan padaku. Manusia akan berkeringat jika suhu lingkungan tinggi.
Tetapi hal itu tidak terjadi padaku, padahal aku menggunakan pakaian musim
dingin. Meskipun aku telah mengetahuinya tetapi aku masih belum mempercayainya.
Ini membuktikan bahwa aku benar-benar manusia buatan. Aku lahir didalam sebuah
laboratorium. Tanpa ada seorang ibu dan ayah.
Aku tidak memiliki siapa-siapa. Alvredo adalah satu-satunya di dunia ini
yang bisa mengisi kesendirianku. Aku harus menyelamatkannya meskipun nyawaku
taruhannya.
Pintu
depan gedung ini terbuka dengan sendirinya. Beberapa anak tangga terpapar
didepanku. “ Mereka mengetahui kedatanganku.” Setelah melihat sekeliling
ternyata ada sebuah kamera yang sedang mengawasiku. Aku menaiki satu demi satu
anak tangga yang menuntunku pada sebuah ruangan yang telah dipenuhi oleh robot
petarung dan juga dua orang gadis yang menculik Alvredo. Ternyata ini jebakan.
Mr Kweek berlari maju menyerang robot-robot itu dengan serangan listriknya. Aku
menembaki mereka dengan peluru dari Canonku. Satu persatu robot petarung itu
rusak dan terpental ke sudut ruangan. Hanya tersisa dua orang gadis itu. Mereka
cukup tangguh. Si rambut pirang menembakkan cairan racun yang akhirnya mengenai
tubuhku. Aku tidak bisa bergerak. Sekujur tubuhku terasa kaku. Gadis oriental
itu menodongkan senjatanya padaku. Jari telunjuknya sudah siap untuk menekan
pelatuknya. Sial! Kumohon bergeraklah walaupun hanya satu langkah. Aku harus
bisa menghindari serangannya atau semuanya akan sia-sia.
Mr. Kweek
menabrakkan tubuhnya dengan canon gadis oriental itu sehingga tembakannya
meleset. Efek racunnya sudah menghilang. Aku berlari mendekat dan menembakan
peluruku tepat mengenai tubuhnya. Satu musuh telah kuhabisi. Masih tersisa si
rambut pirang. Kali ini aku tidak boleh terkena racunnya. Saat tubuhku sudah
siap untuk bergerak refleks jika ia menembakkan racun sebuah tanah berbentuk
kepalan tangan muncul dari lantai dan membuatku terpental. Aku sama sekali
tidak menduga dia bisa melakukannya. Ia menembakkan sebuah cairan berwarna
putih. Aku berlari untuk menghindarinya. Dalam sekejap mata cairan itu telah
membeku. Satu keuntungan untukku. Selama ia fokus untuk menyerangku ia tidak
menyadari keberadaan Mr. Kweek yang saat ini menyengatnya dengan listrik
tegangan tinggi. Ia memekik kesakitan karena tubuhnya tidak bisa menerima
listrik bertengangan tinggi seperti itu. ini adalah kesempatanku. Aku
menembaknya dengan satu peluru. Ia tergeletak dan tidak bergerak sedikitpun.
”Akhirnya selesai, kita harus mencari keberadaan Alvredo.”
“ Kurasa
aku harus menyelesaikannya sendiri. Percuma saja aku memberikan tugas ini pada
sebuah mesin tak berguna.” Seseorang melangkahkan kakinya setelah sebuah pintu
menuju ruangan ini terbuka. Aku mempersiapkan senjataku setelah aku tahu siapa
yang datang. “ Kakak.”
“ Lama tak jumpa Imelda. Atau harus kusebut
MB14587?”
“ Kenapa
kau mencariku? Kenapa kau menculik temanku? Apa sebenarnya yang kau inginkan?”
“ Bukan
aku yang mencarimu. Tetapi kau yang datang kemari secara suka rela.” Langkah kakinya
semakin mendekat menuju tengah ruangan ini. Ia membawa sesuatu yang sangat
besar. Setelah beberapa langkah ia ambil baru terlihat ia membawa sebuah alat
untuk membuat robot besar. Tidak mungkin ia bisa membawanya hanya dengan satu
tangan saja. Dan baru kusadari ada yang salah dengannya. Diwajahnya terdapat
sebuah simbol yang menyala. Sebenarnya ada apa ini?
“ Kenapa?
Kau terkejut dengan ini?” ia menunjuk tanda yang berada di wajahnya “ Dengan
ini aku bisa menjadi dewa.
Aku bisa kuat seperti seorang Warior, cepat secepat
elf, dan aku bisa menguasai berbagai sihir dan racun. Apa ini sama dengan vonis
mati bagimu?” apa yang harus aku lakukan? Kesempatanku untuk menang tidak lebih
dari sepuluh persen. Bahkan bisa kurang dari itu. Apa sejak awal dia memang
berniat untuk membunuhku? “ Bagaimana? Kau ingin mencoba kekuatanku?” ia
berlari dengan cepat ke arahku dan memukulku dengan alat yang ia genggam dan
membuatku kehilangan keseimbangan. Ia melompat diudara dan memukulku dengan
alat itu.
“ Bagaimana? Apakah itu terasa sakit? Bagaimana dengan ini?” ia
membuat tanah yang berbentuk kepalan tangan memukulku hingga terpental. Ia
menarikku dengan gelombang dan membuat larutan yang dapat meledak dalam
hitungan detik.
Aku tidak sanggup untuk berdiri. Ia melompat dan menghentakkan
kakinya pada tubuhku hingga tanah yang berada di bawahku menjadi retak.
“ Apa kau
sudah menyerah?”
“ Apa aku
pernah bekata begitu?” ia memegang kakiku dan membanting tubuhku ke sisi yang
lain. “ Lebih baik kau menyerah saja. Akan lebih mudah jika begitu. Menyerahlah
dan aku akan memprogram ulang dirimu.”
“ Program
ulang?”
“ Tidak
kusangka manusia buatanku bisa sebodoh dirimu. Untuk apa aku berusaha untuk
membawamu kemari? Kau adalah salah satu dari sedikit manusia buatanku yang
berhasil dengan sempurna. Lihatlah dua orang yang bisa dibilang saudaramu.
Mereka adalah sampah. Lihatlah dirimu, kau jauh lebih baik dari mereka. Kau
bisa bicara dan bisa melakukan apapun yang kau mau. Mereka harus menerima
perintah dariku untuk bisa bergerak. Merepotkan sekali.”
“ Tidak.”
“ Apa kau
bilang?”
“ Aku
tidak akan menyerah.”
“ Maka
aku yang akan membuatmu menyerah.” Ia memperkeras pijakannya pada tubuhku.
Meskipun aku manusia buatan aku bisa merasakan sakit akibat semua serangannya.
Aku tidak boleh berhenti disini.
Mr. Kweek
menyengatnya dengan listrik bertegangan tinggi dan membuatnya merasa kesakitan.
Aku membalikkan tubuhku dan menembakkan peluru padanya. Itu membuatnya
terpental cukup jauh dariku. Aku menaruh alat-alat yang Alvredo berikan padaku.
Mr. Kweek yang lain dilengkapi dengan senjata keluar dari alat itu. Aku akan
berterimakasih pada Alvredo jika aku bertemu dengannya. Meskipun dia tidak
bersamaku saat ini tetapi dia masih bisa menyelamatkanku. “ Cepat beri tahu
dimana keberadaan Alvredo!”
“ Mana kutahu.”
“ Cepat
beri tahu. Aku akan membiarkanmu pergi jika kau memberitahuku.”
“ Ironis
sekali. Senjata memakan tuannya. Apa kau lupa siapa yang menciptakanmu? Dan
juga siapa yang menciptakan robot yang kau anggap sebagai temanmu? Akulah yang
menciptakan kalian!”
“ Aku
memberimu kesempatan satu kali lagi. Beri tahu aku atau aku tidak akan
mengampunimu.” Ia hanya memenjamkan kedua matanya dan tersenyum. Seperti tidak
akan terjadi hal buruk padanya. Ia menggenggam sebuah remot dengan satu tombol
merah di atasnya. Hanya ada satu kemungkinan yang terlintas di fikiranku. Dia
akan meledakkan tempat ini jika dia tidak berhasil menangkapku. Aku tidak bisa
berbuat apa-apa. “ Tembak dia!” semua robotku telah mengepungnya dan
menembakinya dengan ratusan peluru. Dia tidak akan bisa lari dari ini. “
Hentikan tembakannya!” setelah tembakan dihentikan sosok kakak sedang
tergeletak lemah di atas lantai. Tangannya masih menggenggam remot itu. Kurasa
tidak masalah. Kakak sama sekali tidak bergerak.
“ Mr. Kweek, bisakah kau melacak keberadaan
Alvredo?” sebuah lampu berwarna merah keluar dari atas tubuhnya. Ia berkeliling
ke seluruh ruangan. Lampunya menyala saat ia berdiri tepat didepan sebuah
pintu. Kurasa itu artinya Alvredo berada didalam ruangan itu. Aku melangkahkan
kakiku menuju pintu itu. Tetapi ada yang memegang kakiku sehingga menghentikan
langkahku. “ Tak akan kubiarkan kau lari.” Ia menekan tombol merah pada remot
yang ada digenggamannya. Suara ledakan terdengar dari atas gedung ini. Aku
berusaha untuk melepaskan kakiku dari genggamannya. Salah satu Mr. Kweek
menembakan satu peluru pada tubuhnya. Itu membuatnya berhenti menggenggam
kakiku. Aku berlari menuju pintu itu. Banyak sekali pengaman di pintu ini. “
Tembaklah pintu ini.” Mr. Kweek yang lain memutar dan mengarahkan senjata itu
pada pintu dengan keamanan tinggi ini. Peluru yang ditembakkan berhasil
membobol pintu itu. Aku melihat Alvredo sedang tergeletak di atas lantai dalam
ruangan ini. Dia tidak menyala. “ Mr. Kweek cepat turun dari senjata kalian dan
bantu aku mengeluarkan Alvredo dari sini!” mereka semua menuruti perintahku.
Aku mengambil remot kontrol dan membuat senjata mereka kembali ke bentuk
semula. Aku mengambil kembali alat-alat itu.
Mr. Kweek
sedang berusaha mengangkat tubuh Alvredo yang tidak bisa dibilang ringan.
Mereka tidak sanggup untuk mengangkatnya. Tidak mungkin kita akan berhasil
selamat jika terus begini. ‘Ayolah Imelda fikirkan sesuatu!’ aku berlari menuju
ruangan tempat pertempuran terjadi. Melihat sekeliling dan berharap ada sesuatu
yang bisa aku gunakan untuk keluar dari sini. “ Itu dia! “ aku berhasil
menemukan sebuah cara yang akan mengeluarkan kami dari situasi ini. Manusia
buatan berambut pirang selalu menggunakan cairan kimia untuk melumpuhkan
musuhnya. Aku berlari padanya dan mencari sesuatu yang dapat melicinkan lantai
dan aku bisa mendorong Alvredo keluar dari tempat ini dengan mudah.
Terdapat
tiga buah tabung dipunggungnya. Ada yang berwarna hijau, biru dan putih
keunguan. Yang berwarna hijau pernah ia gunakan untuk mengeluarkan racun.
Cairan berwarna biru dia gunakan untuk melukai musuh. Hanya ada cairan berwarna
putih keunguan yang tersisa. Dia tidak pernah menggunakannya selama bertarung
denganku. Kurasa ini yang kubutuhkan. Aku harap ini bukan cairan kimia yang
dapat melukaiku ataupun Alvredo. Aku melihat ada banyak tombol pada senjatanya,
dan juga ada tombol yang dapat diputar. Ada tulisan di atas tombol-tombol itu.
P, L, dan F. Kurasa tombol yang dapat diputar itu digunakan untuk mengatur
berapa konsentrasi cairan kimia yang akan dikeluarkan. P untuk Poison yang
berarti racun, L untuk Liquid yang berarti cairan, dan F untuk Fire artinya
tembak. Tidak salah lagi, tombol untuk cairan putih keunguan itu adalah tombol
dengan huruf L. Aku menekannya dan mengatur berapa konsentrasinya. Aku
mengarahkan senjatanya dan menekan pelatuknya ke sepanjang jalan dari tempat
Alvredo berada sampai pintu keluar dari bangunan ini. Cairan itu keluar dengan
sangat cepat. Setelah jalan untuk keluar dari sini terlumuri dengan cairan itu
aku memeriksa cairan itu. Ternyata cairan itu sangat licin. Tepat seperti yang
kubutuhkan.
Aku berlari menuju ruangan dimana Alvredo
berada. Mr. Kweek masih berusaha untuk mengangkatnya. “ Mr. Kweek dorong
Alvredo ke cairan berwarna ungu itu.” awalnya mereka tidak mengerti apa yang
aku rencanakan. Tetapi mereka masih melakukannya. Aku membantu mereka
mendorongnya. “ Kumohon berhasilah! ” dengan cepat Alvredo terdorong
meninggalkan ruangan ini. Tetapi ada sebuah batu yang jatuh tepat dijalur
penyelamatan kami. “ Aku tidak akan membiarkannya menghalangiku!” aku
menembaknya dengan Canonku. Dengan 5 tembakkan reruntuhan itu hancur
berkeping-keping. “ Cepat dorong. Kita bisa melewati ini.” Dengan sekuat tenaga
aku berusaha mendorongnya. Bertahanlah Alvredo kita akan keluar dari sini.
Sebuah
reruntuhan yang sangat besar menutup pintu keluar bangunan itu. disusul dengan
reruntuhan lainnya dan membuat bangunan itu rata dengan tanah. Tidak ada yang
tersisa. “ Syukurlah kita berhasil. “ aku merobohkan diriku di atas gurun pasir
yang mendidih karena selalu terkena sengatan sinar matahari. Aku bisa
merasakannya. Rasa panas seperti terbakar didalam api. Tetapi rasa sakit ini
tidak ada apa-apanya jika di bandingkan rasa sepi dan sunyi, rasa kesendirian
yang selama ini perlahan membunuhku. Aku menutup wajahku dengan tangan kananku
karena silaunya matahari. Suara Mr. Kweek kembali menyadarkanku. Aku terlonjak
dan memalingkan pandanganku kepada Alvredo. Dia sama sekali tidak bergerak.
Cahaya dimatanya redup. Masih jelas terlihat sebuah lubang akibat serangan
gadis oriental itu didadanya. “ Oh.. Tidak.”
Apakah
kami sudah terlambat? Apa semua usahaku ini sia-sia? Kumohon jangan tiggalkan
aku. “ Cepat bawa dia kedalam pesawat. Kita harus segera membawanya kembali ke
Mana Ridge. Dorong saja. Ini padang pasir. Tidak akan sesulit tadi.” mereka
mendorongnya sampai depan pintu pesawat. Aku berlari kedalam pesawat dan
mencari seutas tali. Aku menemukannya di balik kursi kemudi. Aku kembali
berlari ke depan pintu pesawat. Aku mengikatkan tali itu pada Alvredo. “ Mr
Kweek doronglah Alvredo setelah mendengar aba-abaku.” aku mudur beberapa
langkah “ Dorong!” aku menarik Alvredo dengan tali itu dan Mr. Kweek membantuku
mendorongnya dari bawah. Kami berhasil memasukkannya kedalam pesawat. “ Kembali
ke tempat duduk kalian Mr. Kweek. Jangan lupa pasang sabuk pengaman kalian.
Kita akan melakukan perjalanan ini dengan cepat.” Aku kembali duduk di kursi
kemudi. Aku menyalakan mesin pesawat ini. Perlahan pesawat ini mulai terngkat
ke udara. Aku memasukkan koordinat lokasi Mana Ridge. Pesawat ini mulai
berputar dan melaju dengan cepat. Aku mengatur kecepatannya lalu aku memencet
tombol Autopilot.
Aku
kembali pergi menuju tempat Alvredo tergeletak. Aku membuka penutup mesinnya
dan memeriksanya. Mesinnya rusak berat. Tempat penyimpanan dayanya tertembus
oleh senjata gadis oriental itu. Ini penyebab Alvredo tidak menyala. Aku harap
aku masih bisa memperbaikinya. Aku kembali duduk di bangku kemudi dan
mempercepat laju pesawat ini. Kumohon cepatlah sampai. Bertahanlah Alvredo.
Aku
menempatkan pesawatku tepat didepan pintu gerbang menuju Mana Ridge. Suara
pesawatku menyita perhatian banyak orang. Mereka terlihat cemas. Mungkin mereka
kira aku adalah musuh yang datang dan berniat mencelakai mereka. Aku berlari
secepat yang aku bisa menuju tempat paman pandai besi itu. “ Paman bolehkah aku
membeli besi yang masih belum kau tempa? Aku membutuhkan cukup banyak.”
“ Berapa
banyak?” ia tidak telalu memperhatikanku. Ia menjawabku sambil menempa besi
yang telah ia panaskan di atas bara api.
“ Lima
sampai enam buah besi yang telah kau siapkan untuk membuat pedang.”
“ Kalau
begitu aku akan memberimu 10 gold.”
“ Apa?
Tapi aku hanya memiliki uang 8 gold. “
“
Pulanglah nak. Aku tidak ada waktu untuk bicara denganmu. Masih banyak pesanan
yang harus kupenuhi.”
“ Ku
mohon paman. Dia adalah temanku satu-satunya. Aku tidak tahu harus bagaimana
jika aku kehilangannya. Aku sudah berusaha keras untuk menyelamatkannya dari
orang yang akan menciptakan perang tetapi kini sudah terlambat. Aku harus
memperbaikinya.”
“ Aku
tidak perduli dengan apa yang kau katakan. Cepat pergi pada ibumu bocah.”
“ Berikan
anak ini besi itu. Aku yang akan membayarnya.” Aku terkejut ketika ada
seseorang yang berkata begitu tepat dibelakangku. “ Kak Eithan?”
“ Kau jahat
sekali orang tua. Jika saja kau adalah musuh aku sudah membakarmu sampai
habis.” Ternyata tidak hanya ada kak Eithan yang membantuku. “ Kak Angelina?”
“
Baiklah. Aku akan memberikanmu besinya setelah kau membayarku.” Kak Eithan
memberikannya kantung yang berisi uang. Paman itu terkejut setelah melihat
isinya. Ia memberiku 8 buah besi. “ Jumlah besinya ada delapan. Bukankah aku
hanya membeli enam?”
“
Pakailah perapianku jika kau mau. Lakukan sesukamu.”
“ Terima
kasih paman. Terima kasih kak Eithan, kak Angelina. Entah apa yang akan terjadi
jika tidak ada kalian.”
“ Dimana
teman robotmu itu?” tanya kak Angelina. “ Dia masih ada didalam pesawat. Aku
dan Mr. Kweek tidak cukup kuat untuk mengangkatnya turun dari pesawat.”
“ Kurasa
aku bisa membantu. Aku bisa mengangkatnya dengan mudah menggunakan pengendalian
gravitasi.”
“
Terimakasih kakak.”
“ Anggap
saja ini tanda terimakasihku karena kau pernah menyelamatkanku. Antar aku ke
tempat robotmu.”
“ Ya.”
Aku mengantar kak Angelina ke dalam pesawatku. Ia mengangkat tangan kanannya
dan mulai membaca mantra. Perlahan-lahan Alvredo mulai terangkat ke udara. Ia
berjalan keluar dari pesawat dan diikuti dengan Alvredo. Ia menaruhnya didekat
dengan toko pandai besi milik paman itu.
Aku
memanaksan besi-besi itu hingga mencair. Lalu menuangkannya pada sebuah
cetakkan yang berbentuk lonjong. Lalu aku mencelupkannya ke dalam air yang
hampir membeku karena suhu yang sangat dingin. Aku memanaskannya kembali dan
membentuk besi itu menggunakan sebuah palu. Aku memanaskan sisa besi yang
tersisa dan mencetaknya menjadi sebuah
tabung. Aku meletakkan bagian dalam penyimpan daya itu kedalam tabung besi itu.
Aku memasangkan bagian baru itu kedalam tubuhnya. Aku melepaskan penutup mesin
yang lama karena sudah berlubang dan menggantinya dengan besi yang baru saja
kubuat. “ Aku butuh aliran listrik yang cukup besar untuk kembali menyalakan
Alvredo.”
“ Aku
akan memberikannya padamu.” Kak Eithan mengambil tongkat sihirnya dan
membacakan sebuah mantra, listrik keluar dari tongkatnya. Ia mengarahkannya
pada tubuh Alvredo. Alvredo masih belum mau menyala. Kak Eithan memperkuat
listriknya. Setelah beberapa saat mata Alvredo kembali meyala. Kak Eithan
menghentikan mantranya. Alvredo berdiri di tempatnya. “ Loading System..”
“
Syukurlah Alvredo, syukurlah... aku kira kau tidak akan pernah bisa kembali.”
Aku memeluknya dan tak terasa setetes air mata telah jatuh di pipiku “
berjanjilah tidak akan melakukan hal itu lagi. Aku bisa mengatasinya sendiri.
Aku sangat khawatir. Aku tidak ingin kau rusak.”
“ Maafkan
aku Imelda.”
“ Tidak
apa-apa. “ aku mengusap air mataku dan kembali tersenyum padanya. “ Oh iya.
Ngomong-ngomong... bukankah kau tadi mengatakan tentang ada seseorang yang akan
menciptakan perang?” tanya kak Eithan. “ Iya, dia adalah kakak... bukan, tapi
Jasmine. Dia yang telah menciptakanku.”
“
Menciptakanmu? Apa maksudnya?”
“ Aku
tidak sama seperti yang terlihat. Aku bukan manusia. Aku hanya manusia buatan
yang lahir didalam sebuah laboratorium. Dia menciptakanku untuk senjata perang.
Tidak hanya aku tapi masih banyak lagi manusia buatan sepertiku yang ia
ciptakan untuk senjata perang.”
“ Kita
harus menghentikannya sebelum ia berhasil menciptakan perang.” Kak Angelina
mulai panik setelah mendengar ceritaku. “ Mungkin sebenarnya bukan kakak yang
menciptakan perang. Aku pernah menengarnya berbicara pada seseorang dan
menanyakan perkembangan pembuatan manusia buatan. Dia dipekerjakan oleh
seseorang. Lagi pula ia mungkin tidak selamat.”
“ Tidak
selamat?”
“ Ia
meledakkan bagunan tempat ia menculik Alvredo karena tidak berhasil
menjadikanku dipihaknya. Ia mencoba memprogram ulangku. Dia bilang aku berbeda
dari yang lain.”
“ Tetapi
ada kemungkinan perang akan tetap terjadi. Eithan, kita harus memperingatkan
Xian dan yang lainnya.”
“
Bolehkah aku ikut dengan kalian?”
“ Kurasa
tidak. Mereka mengincarmu. Akan sangat berbahaya jika kau ikut. Lebih baik kau
bersembunyi ke tempat yang aman.” Kak Eithan menyarankan. “ Dan kembali ke masa
menyeramkan itu?”
“
Imelda... maafkan aku. Aku tidak...”
“ Izinkan
aku tetap ikut. Ini bukan lagi masalah untuk mempertahankan hidupku. Kita
sedang dihantui oleh peperangan. Aku tidak bisa diam saja melihat kalian
berjuang sementara aku hanya bersembunyi di balik pintu yang membuatku merasa
seperti di penjara.”
“
Baiklah. Kalau begitu ikutlah dengan kami.” Kak Angelina mengatakannya sambil
melipat kedua tangannya. “ Angelina apa yang kau fikirkan? Kau akan
memasukkannya ke dalam bahaya.”
“ Jika ia
ingin membantu menyelamatkan dunia dan dia bisa melakukannya apa yang bisa kita
lakukan? Benar kan?”
Kak Eithan
memejamkan kedua matanya dan menghela nafas panjang “ Baiklah. Kau boleh ikut
dengan kami.”
“
Terimakasih kak Eithan.”
“
Bersiaplah. Kali ini kita akan menjaga perdamaian dunia.”
“ Ya.”
















Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus