Senin, 27 Oktober 2014

Archer's Path Part II

      


     Aku menghadapkan wajahku pada luasnya langit yang sedang menumpahkan tangisan kesedihannya. Membiarkan air hujan menerpa wajahku. Memejamkan kedua mataku dan membiarkan semua mengalir apa adanya seperti air hujan yang perlahan mengalir dari ujung rambutku hingga ujung kakiku. Mempertimbangkan penawaran mereka. Mempertimbangkan jalan mana yang terbaik. Bertanya pada langit yang bersedih. Bertanya pada Talejia. “Jalan mana yang harus aku pilih?”

            “ Asiiik aku menang. Berarti kali ini kau akan mentraktirku makan malam. Lagi.” aku melompat kegirangan saat aku menang balap lari dari Desa Peri Daun menuju Desa Calderock melawan Xian. Aku memenangkan taruhan itu. Xian terlihat memegang kedua lututnya dan mengatur nafas setelah berlari sejauh itu. Sebenarnya hanya Elf yang bisa melakukan perjalanan sejauh itu dalam waktu sehari. “ Aku... kau ini...sudah pasti...” ia mengatakannya dengan nafas yang masih belum berhasil ia kendalikan. “ Sudah pasti mengakui kalau aku lebih hebat darimu.”
            Ia berdiri tegak setelah beberapa saat. “ Baiklah aku mengaku...” ia terjatuh ketanah sebelum menyelesaikan perkataannya. “ Xian? Apa yang aku lakukan? Maafkan aku Xian. Kumohon bertahanlah Xian.” alat pengukur kepanikanku sudah mencapai puncak. Aku berlari ke arahnya dan meletakkan kepalanya di pangkuanku. Memang dia bisa berlari sejauh itu tetapi lukanya masih belum sembuh. Seharusnya aku tidak menantangnya untuk berlari. Aku ini benar-benar bodoh. Aku meletakkan kedua tanganku diatas luka yang ada ditubuhnya “ Kembalikan yang terluka seperti semula” Cukup lama waktu berlalu tetapi dia tidak segera sadar. “ Xian kumohon sadarlah...” aku sudah mulai putus asa. Sudah cukup kemarin jantungku berniat keluar dari dadaku saat dia mati suri. Dia sudah berjanji tidak akan pergi meninggalkanku. Ia melanggar janjinya “ Xian, kumohon sadarlah.. kau sudah berjanji kau tidak akan pernah meninggalkanku. Ku mohon Xian bangunlah.” Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam dan mulai meneteskan air mata. “ Maafkan aku Xian. Tidak seharusnya aku menyiksamu seperti ini. Aku benar-benar bodoh. Ku mohon Xian jangan tinggalkan aku.”
            “ Aku tidak keberatan jika aku harus makan malam denganmu.” Ia menghapus air mataku. Aku tersentak kaget karenanya. Ia tersenyum seakan tidak terjadi apapun. Aku mengangkat kepalanya, memindahkan kakiku dan membiarkan kepalanya yang penuh dengan lelucon yang sangat menyebalkan dan tidak lucu itu terbentur tanah. “ Aw. Kau ini tega sekali Triana. Aku ini sedang terluka.” Ia mengusap kepalanya karena rasa sakit yang ia rasakan akibat benturan itu. “ Aku tidak perduli.” aku berdiri dan pergi meninggalkannya. Dia tidak tahu seberapa paniknya aku saat dia melakukan sandiwara itu. Aku sangat takut kehilangannya untuk kedua kalinya. Ia memanggil namaku berulang kali. Aku sudah tidak perduli. Aku terus melangkahkan kakiku menuju rumah Master Adeline. Langkahku terhenti ketika aku melihat dua orang orang gadis Elf berpakaian lengkap seperti Guardian Of Pledge, penjaga Tree Of Life sedang mengintrogasi Master Adeline atau semacamnya. Atau mungkin mereka memang Guardian Of Pledge. Mereka terlihat sedang melakukan percakapan yang serius. Hanya ada satu cara untuk memastikannya yaitu bertanya langsung pada mereka.

            “Selamat sore master. Ada apa ini?” itu adalah hal pertama yang kutanyakan saat menemui master yang sedang berdebat dengan dua orang tak dikenal itu. “ Apakah kau yang bernama Triana?” tanya salah seorang dari Elf berpakaian lengkap itu. “ Ya, ada apa ini?”
            “Kau adalah salah satu kandidat Guardian Of Pledge yang baru. Maukah kau bergabung dengan kami?” ternyata benar, mereka Guardian Of Pledge. “ Apa yang terjadi dengan anggota yang lama?”
            “ Cecilia telah gugur dalam tugas. Ia mengorbankan nyawanya demi menjaga Tree Of Life. Menjaga bisikan takdir bagi semua Elf. Menjaga Talejia.”
            “ Woa.. tunggu dulu. Bisakah kau jelaskan terlebih dahulu? Aku sama sekali tidak mengerti. Apa tugas Guardian Of Pladge, dan siapa mereka. Bahkan aku belum mengerti apa itu Talejia. Bagaimana mungkin aku menjadi Guardian Of Pledge? Dan kenapa aku bisa menjadi salah satu kandidatnya?”
            “ Kau tak tahu apa itu Talejia? Bagaimana mungkin Elf tidak tahu hal penting seperti itu?” gadis itu mendekat. Sangat dekat. Ia sangat terkejut dengan apa yang barusan ku katakan. Aku hanya bisa mundur beberapa langkah, menjaga jarak dengannya. Ia menghela nafas panjang “ Kurasa umurmu belum genap 100 tahun. Aku memaklumi kalau kau tidak tahu arti semua itu. Seiring berjalannya waktu kau akan mengerti semua itu. Yang terpenting adalah kau bergabung dengan kami. Sebenarnya kau bukan salah satu kandidat, tetapi satu-satunya kandidat. Jika kau tidak bergabung dengan kami aku bertaruh kau tahu. Ini bukanlah hal yang baik bagi bangsa kita.”
            Sial, mereka memojokkanku “ Bagaimana dengan apa yang aku inginkan? Masih banyak Elf diluar sana yang jauh lebih hebat dariku. Tapi kenapa harus aku?”
            “ Elf tidak pernah hidup atas keinginan mereka. Elf selalu mengikuti Talejia. Itu adalah tujuan hidup kami. Itu adalah tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang Elf”
            Semua yang kukatakan hanya semakin memojokkanku. Aku harus menemukan cara supaya aku bisa pergi dari hadapan mereka. Xian datang pada saat aku membutuhkannya, ia selalu begitu. Seperti halnya saat ini “ Hai Triana. Wah.. kurasa kau sedang sibuk. Aku akan kembali nanti. Sampai jumpa.” Ini kesempatan yang sangat langka. Aku harus memanfaatkannya. “ Tunggu aku sayang.” Aku menggandeng tangannya dan mencium pipinya “ Tolong aku. Bawa aku pergi dari sini.” bisikku saat aku masih mencium pipinya. Awalnya ia tersentak kaget saat aku melakukan hal aneh itu tetapi ia mengerti keadaanku. Ia juga menggandeng tanganku seolah-olah aku kekasihnya. “ Baiklah, bagaimana jika kita pergi makan siang? Hanya kau dan aku.” Xian memainkan perannya dengan baik. “ Kau tahu aku tidak akan menolak kan?” kami berdua pergi meninggalkan kekacauan ini. “ Tunggu Triana. Kau tahu ini adalah tanggung jawabmu sebagai bangsa Elf.” Ia memegang pergelangan tanganku untuk menghentikanku. “ Kalau begitu beri aku waktu. Aku tahu ini tanggung jawabku tetapi setidaknya beri aku waktu untuk berfikir.”
            “ Baiklah... tapi fikirkan baik-baik. Ini bukan demi kami Guardian Of Pledge. Tetapi demi seluruh bangsa Elf” mereka pergi meninggalkan kami semua. Sandiwara tetap harus berlanjut karena aku tidak hanya mengelabuhi Elf pemaksa itu tetapi juga Master Adeline. Xian mengajakku pergi keluar dari desa. Aku yakin mereka sudah jauh meninggalkan desa ini. “ Akhirnya semua sudah berakhir. Aku tidak tahu bagaimana nasibku jika kau tidak datang pada saat yang tepat. Kau ini penyelamat Xian.”
            “ Ini bukan apa-apa. Sebenarnya apa yang terjadi?” kenapa Xian harus menanyakan sesuatu yang sangat kuhindari. Karena ia telah menolongku kurasa ini adalah bayarannya. “ Mereka memintaku menjadi Guardian Of Pledge.”
            “ Guardian Of Pledge? Kurasa aku pernah dengar dari sebuah dongeng. Bukankah mereka menjaga Tree Of Life. Itu adalah tanggung jawab yang besar. Mereka terdiri dari empat Elf yang terpilih dan salah satu diantara mereka akan jadi Ratu para Elf. Kenapa kau menolak? Kau kan bisa jadi Ratu.”
            “ Aku... tidak tahu.”
            “ Apa? Kau menolak kesempatan yang sangat langka seperti itu padahal belum tentu kesempatan itu akan datang untuk kedua kalinya.” Ia jadi seperti ibuku yang marah karena anaknya menolak menjadi juara satu disekolah.
            “ Ini bukan berarti aku tidak beralasan sama sekali menolak permintaan itu. Hanya saja masih banyak hal yang ingin ku lakukan. Jika aku menerimanya aku harus mengemban tanggung jawab itu untuk seumur hidupku. Kau tahu kan Elf hidup sampai ratusan tahun.”
            “ Baiklah aku tidak bisa banyak komentar tentang itu. Aku ini hanya orang biasa. Bukan seorang Elf.”
            “ Maafkan aku Xian, seharusnya aku tidak melampiaskan emosiku padamu. Bagaimana jika aku yang mentraktirmu kali ini. Anggap saja ini adalah permintaan maafku telah memaksamu berlari secepat Elf dan tanda terima kasih telah menyelamatkanku kali ini.”
            Ia hanya tersenyum, aku sama sekali tidak tahu apa maksudnya “ Tidak. Jika kau ingin meminta maaf dan berterima kasih padaku... tutuplah kedua matamu”
            Sial, aku dibuat tersipu malu dengan tingkahnya. Apa yang ia fikirkan? “ Sebenarnya ada apa ini?” ia masih memperlihatkan senyuman manisnya itu. Pipiku memerah karena tingkahnya itu. Aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku yang memerah karenanya. “ Tutuplah kedua matamu jika kau penasaran. Kau akan segera mengetahuinya.” Aku hanya bisa menuruti permohonannya. Aku menutup kedua mataku. “ Pelan-pelan saja. Jangan sampai terjatuh.” Ia memegang kedua lenganku dan membawaku ke suatu tempat. “ Sebenarnya kau ingin membawaku kemana?” dadaku terasa berdebar-debar sampai-sampai aku takut ia bisa mendengar detak jantungku. “ Bersabarlah sedikit. Sebentar lagi kita sampai di tempat yang kita tuju. Sekarang sudah sampai. Bukalah kedua matamu” aku membuka kedua mataku. Pepohonan yang menjulang tinggi, itulah yang pertama kali aku lihat saat membuka mata. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dan menarik perhatianku. Sebuah tanda hati beserta namaku dan Xian terukir di sebuah pohon. Kenangan ini masih sangat membekas di fikiranku saat pertama kali aku bertemu dengannya. Aku melarikan diri dari kejarannya saat aku mencuri barang belanjaannya “ I...ini. Ini sangat indah.“ aku menutup mulutku dengan kedua tanganku karena tak percaya ternyata ini yang Xian ingin tunjukan padaku.
            “ Kau ingat saat pertama kali kita bertemu? Kau naik ke atas pohon ini saat aku mengejarmu. Saat kau mencuri barang belanjaanku”
            “ Jangan ingatkan aku pada hal itu. itu sangat memalukan” ia tertawa saat aku mengatakannya. Aku hanya mempermalukan diriku didepan orang yang kucintai. Aku memang benar-benar bodoh. Aku dibuat salah tingkah olehnya. “ Kau tahu kau tidak hanya mencuri persediaan makananku? Kau juga mencuri hatiku. Jadi...”
            “ Ya.” Tanpa fikir panjang aku menjawabnya. Ia tersenyum mendengar jawabanku itu. Senyumannya membuatku merasa nyaman, membuatku merasa bahagia. “ Kau tidak bercanda kan? Kau benar-benar menerimaku?”
            “ Ya.” Jawabku dengan nada yang lebih meyakinkan. “ Terima kasih Triana” ia mendekapku dalam pelukannya. Aku terkejut ia melakukannya. Meskipun dadaku berdebar kencang tetapi aku sangat bahagia. “Kalau begitu aku akan mentraktirmu makan malam. Kali ini aku akan mengajakmu ke tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Jangan sampai terlambat ya.” Ia sangat bersemangat. “ Apakah aku pernah terlambat saat kau mengajakku makan malam?”
            Dalam perjalanan pulang kenangan indah itu masih terbayang dalam benakku. Setelah melewati pengalaman menyedihkan, melihatnya hampir mati dan terluka kini akhirnya aku bisa melihatnya bahagia. Aku seperti orang gila yang sedang berkeliaran karena aku tersenyum sendiri di sepanjang jalan. Aku kembali menjadi normal saat melihat Master Adeline gelisah didepan rumahnya. Ternata ia menunggu kedatanganku. “ Triana. Kemana saja kau? Apa kau tahu da hal penting yang karus kita bicarakan?” bahkan sebelum aku sampai ia telah berteriak memanggil namaku. Mungkin ada hal yang sangat penting dah harus dibicarakan.
            

       Kami berdua memasuki rumah Master Adeline dan duduk di ruang tamu. Kami berdua bicara empat mata. Hanya aku dan Master Adeline. Suasana terasa mencekam, seolah waktu siap memakanku karena kesunyian sesaat. “ Aku akan langsung menuju topik utama. Sebenarnya kenapa kau menolak menjadi Guardian Of Pledge?” Master Adeline memulai pembicaraan yang mengakhiri keheningan itu. “ Aku hanya merasa tidak pantas. Kau tahu kan? Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang Talejia. Dan aku harus menjaga hal yang sama sekali tidak aku ketahui. Ini terasa seperti menjaga seuatu yang tidak terlihat. Ini akan sangat sulit.”
            “ Kau tahu alasan Cecilia, salah satu Guardian Of Pledge terbunuh?” ia menunjukan ekspresi serius. Meskipun begitu tapi ia tetap terlihat anggun. Jujur sejak awal aku sedikit meragukan kekuatan master karena sikapnya yang lembut dan sangat anggun. Tetapi kemampuan bertarungnya yang mematahkan keraguanku. “ Apa yang terjadi?”
            “ Mereka membangkitkan mahluk pembunuh yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Mereka menciptakan mahluk ini untuk menghancurkan kerajaan Elf. Bukan. Tetapi untuk menghancurkan kedamaian. Kerajaan Elf hanya awalnya saja”
            “ Yang kau maksud dengan mereka adalah...”
            “ Tidak salah lagi. Dragon Followers. Para penyihir telah berhasil menciptakan mantra untuk membangkitkan mahluk ini. Mahluk itu sangat cepat dan kuat. Bahkan bisa mengalahkan Cecilina, salah satu Elf yang melegenda. Kita harus segera menghentikan mahluk itu sebelum ia sempat menghancurkan kerajaan Elf. Dan lebih parahnya lagi, seluruh umat manusia.”
            “ Dan yang harus mengalahkan mahluk itu adalah aku? Pernahkah kau berfikir bahwa aku ini seorang Elf muda yang masih belum mengerti apa-apa? Jangankan aku harus mengalahkannya, apa nama mahluk itu dan seperti apa rupanya saja aku tidak tahu. Dan yang menjadi pertanyaan adalah mengapa harus aku?” aku beranjak dari kursi yang semula telah menopang tubuhku. Ini benar-benar kelewatan. “ Maafkan aku Triana, ini semua adalah takdirmu, bisikan Talejia. Elf harus mengabdikan diri mereka pada Talejia dan tidak akan pernah bisa lari darinya. Fikirkan ini baik-baik. Ini bukan hanya untuk bangsa Elf. Tetapi untuk seluruh umat manusia. Kau tahu bagaimana rasanya kehilangan orang-orang yang kau sayangi. “ kata-kata itu membuatku merenung. Apa benar ini takdirku? Apa aku bisa menerima takdir itu? Apakah aku siap melihat orang yang kusayangi satu persatu pergi meninggalkanku? Melihat Xian meninggalkanku? Apakah aku akan memaafkan diriku sendiri jika kenyataannya aku bertingkah tidak perduli dan hanya sebagai orang yang menyaksikan semua kehancuran itu terjadi?  “ Baiklah. Aku akan melakukannya. Tetapi bukan berarti aku menerima sebagai Guardian Of Pledge.”
            “ Apa maksudmu?” sudah kuduga Master Adeline akan sangat terkejut mendengar jawabanku. “ Aku tetap akan mengalahkan mahluk aneh yang kau katakan, tetapi bukan berarti aku menerima tawaran itu. Aku tidak bisa menjadi penjaga sesuatu yang sama sekali tidak kuketahui.”
            “ Jika kau mengetahui apa itu Talejia, kau akan bersedia menjadi Guardian Of Pledge?” aku hanya bisa terdiam. Aku takut salah mengambil keputusan. Karena ini akan mempengaruhi kehidupanku untuk ratusan tahun kedepan. “Sudah kuduga. Tetapi tidak ada salahnya kau mencari jawaban tentang pertanyaanmu, tentang Talejia. Meskipun kau tidak menjadi Guardian Of Pledge kau tetap harus mengetahuinya. Tetapi maafkan aku. Aku tidak memiliki jawaban yang tepat untuk pertanyaanmu.”
            “ Lalu, kemana aku harus mencari jawaban itu? Apa yang harus kulakukan?” tanyaku kebingungan dengan pernyataannya barusan. “ Kurasa ini saatnya untuk kau mencari master yang baru. Masih ada banyak guru diluar sana yang bisa mengajarimu tentang apa itu Talejia. Tugasku menjadi mastermu sudah selesai. Kau telah menjadi murid yang baik.”
            “ Dimana aku dapat menemukan guru yang kau maksud? Apakah mereka akan dapat memberitahuku tentang Talejia?”
            “ Angin akan membawamu ke tempat yang kau tuju” ya, itulah yang kuharapkan. Semoga apa yang dikatakan Master bukan hanya omong kosong belaka. “ Bisakah aku memintamu melakukan sesuatu? Anggap saja ini adalah permintaan terakhirku sebagai muridmu.” Jika kau mendengarnya pasti akan terdengar seperti lelucon. Tetapi seperti itulah kenyataannya. “ Katakan saja. Aku pasti akan membantumu “.
************************************************
            Malam ini malam yang sangat dinanti dan sangat berharga bagi Xian. Mungkin sudah kesekian kalinya ia makan malam bersamaku. Tetapi malam ini berbeda. Ini makan malam kami yang pertama setelah aku menjadi kekasihnya. Ia telah sampai dirumah Master Adeline untuk menjemputku. Saat ia sampai, Master Adeline sedang berdiri menunggu kedatangan Xian seraya menatap langit yang telah penuh dengan awan hitam. “ Selamat malam, kedatanganku kesini untuk menjemput Triana.”
            “ Maafkan aku, tetapi Triana sudah tidak tinggal dirumah ini lagi.”
            “ Apa? Dia tidak tinggal disini lagi? Kemana ia pergi? Mengapa ia tidak memberitahuku sebelumnya? Bisakah kau memberiku alamat rumahnya yang baru?”
“Ia memintaku untuk memberikanmu surat ini sebelum ia pergi.” Master Adeline memberikan Xian sepucuk surat yang ingin kuberikan pada Xian. Dengan jantung yang berdegup kencang dan ribuan pertanyaan dalam hatinya, ia membuka surat itu.
‘Hai Xian. Aku tahu kepergianku ini sangat mendadak. Maafkan aku belum sempat memberitahumu apapun tentang kepergianku ini. Aku pergi untuk menyelamatkan kerajaan Elf. Aku tidak ingin kehilangan hal yang sangat berharga bagiku untuk kedua kalinya. Kuharap kau bersabar. Kumohon jangan mencoba untuk mencariku. Saat semua telah berakhir aku akan kembali. Maafkan aku kali ini aku tidak bisa menepati janjiku. Aku mencintaimu.’
“ Bagaimana mungkin? Kau membiarkannya pergi menyelamatkan kerajaan Elf seorang diri? Apa kau gila?” amarahnya memuncak setelah mengetahui aku terjun kesebuah masalah besar seorang diri. “ Ini adalah takdirnya sebagai seorang Elf dan ia tidak akan bisa lari dari itu.” jawab Master Adeline dengan tegas.
“ Aku tidak perduli dengan semua omong kosong itu. Ini menyangkut kehidupannya? Apa kau tidak pernah berfikir tentang kebahagiaannya? Jangan bercanda!” Xian pergi meninggalkan Master Adeline. Ia menuju rumahnya dan mengambil semua perlengkapannya. Dengan sebuah pedang yang berada di genggamannya ia berlari untuk mengejarku.
***************************************************

Aku hanya seorang diri. Ditemani dengan seekor kuda yang baru saja ku beli dari Lindsay, si Cowgirl. Langit gelap melengkapi kesunyian di depan gerbang perbatasan desa. Air hujan turun disertai rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Aku menatap ke wajah langit yang sedang bersedih  itu yang seakan merefleksikan suasana hatiku. Perasaan ingin berlari dari semua ini. Berharap sejak awal hal ini tidak pernah menimpaku. Aku memejamkan kedua mataku dan membiarkan air hujan mengalir ke seluruh tubuhku. Angin kencangpun berhembus, memberitahu ke arah mana aku harus pergi. Dengan sebuah tas ransel yang berisi semua peralatan yang aku butuhkan dan ditemani seekor kuda coklat itu aku pun mengikuti petunjuk yang dikatakan Talejia.
Waktu semalam telah berlalu. Kini aku tiba di sebuah tempat yang terlihat sangat mengerikan. Sebuah desa yang dikelilingi dengan tumbuhan merambat dan tanah yang dulunya bekas rawa. Berbagai jenis serangga dan hewan liar hidup didaerah ini banyak sekali tumbuhan yang tumbuh menghalangi sinar matahari. Sangat gelap. Aroma tanah yang terkena air hujan bukanlah hal yang langka dan jarang dijumpai. Dengan hati-hati aku mengarahkan kudaku masuk ke desa itu. Didalam desa itu tidak terlalu banyak terdapat orang. Hanya orang-orang yang dilengkapi senjata yang berkeliaran disekitar sini.  Tetapi ada sebuah tempat yang dikerumuni oleh banyak gadis. Banyak diantara mereka yang berteriak kegirangan seperti sedang merasakan hal yang paling membahagiakan semasa hidupnya. Bukan hanya manusia, Elf pun tidak kalah heboh. Daripada aku harus mengunjungi banyak orang mengerikan yang tidak kukenal lebih baik aku menuju ke kerumunan gadis-gadis itu. Saat aku berada dekat dengan kerumunan itu, kata-kata seperti “ Dengan siapa aku berjodoh?” dan, “ Dimana dan kapan aku bisa bertemu dengan pujaan hatiku?” di tambah lagi “ Dimana tempat yang tepat untuk berkencan?” sering sekali terdengar. Setelah mengetahui topik pembicaraan mereka membuatku mengurungkan niatku untuk ikut bergabung dengan mereka. Sudah jelas orang yang mereka tanyai bukan orang yang bisa menjawab pertanyaanku. Aku berjalan menjauhi kerumunan itu. “ Tunggu dulu anak muda.” suara seseorang yang berasal dari kerumunan gadis-gadis pencari cinta sejati membuatku menghentikan langkahku. “ Kau datang padaku tidak merupakan sebuah kebetulan bukan? Katakan apa yang ingin kau ketahui. Dimana kau bisa menemukan cinta sejatimu? Tempat yang paling bagus untuk berkencan? Tanyakan saja padaku.” Ternyata suara itu dalah milik seorang Elf yang wajahnya terlukis sebuak huruf Z. Ia bertingkah seperti ia mengetahui apapun tentang cinta. Tentu saja aku bersedia menanyakannya banyak hal yang belum ku ketahui tentang cinta. Tapi bukan sekarang. “ Itu benar, aku memiliki sebuah pertanyaan. Apa itu Talejia?” wanita dengan wajah yang terlukis huruf Z itu tersentak kaget dengan perntanyaanku. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Entahlah, sikapnya berubah drastis “ Maafkan aku tetapi bisakah kalian meninggalkanku dengan gadis muda itu sendirian? Lain kali aku akan menjawab pertanyaan kalian semua.” itulah yang ia katakan pada kerumunan gadis itu.




“ Maafkan atas kelancanganku, namaku Zegna. Master Archer yang telah ditakdirkan untuk membantu Elf muda yang sedang kesulitan didaerah ini. Walaupun sebenarnya tidak hanya Elf yang kubantu. Bukankah kau Triana? Aku telah mendengar kedatanganmu. Hembusan angin telah memberitahuku kau akan datang padaku.”
“ Ya, namaku Triana. Aku memiliki sebuah pertanyaan yang sangat penting. Aku tahu aku ini seorang Elf tetapi sampai saat ini aku belum mengetahui apa itu Talejia. Aku harap kau bisa membantuku.”
“ Aku sempat terkejut dengan pertanyaanmu. Biasanya gadis-gadis disekitar sini selalu bertanya tentang percintaan mereka. Baru kali ini ada seseorang yang menanyakan hal serius seperti ini. Sebenarnya aku dapat dengan mudah mengatakannya. Talejia adalah takdir.”
“ Ku mohon berilah aku petunjuk. Aku sama sekali tidak mengerti. Dan akan terjadi hal buruk jika dalam waktu dekat ini aku tidak segera mengerti apa itu Talejia.”
“ Apa ini semua tentang kau direkomandasikan penjadi pengganti Cecilia? Tentang Guardian Of Pledge? Tetang serangan mahluk yang diciptakan Dragon Followers yang akan mengancam Kerajaan Elf?” aku hanya mengangguk sebagai jawabannya. “ Kalau begitu aku akan memberikanmu sebuh latihan untuk merasakan Talejia. Carilah sebuah permata yang hilang di luar desa ini. Untuk pemula, pejamkan saja kedua matamu dan coba untuk berkonsentrasi. Aku tidak akan memberitahumu dimana tepatnya kalung itu hilang dan seperti apa bentuknya. Talejia akan menuntunmu kesana.” seperti yang ia katakan, aku menitipkan kudaku ke sebuah penitipan kuda. Aku bergegas menuju ke perbatasan desa ini.
Banyak sekali jalan yang berbelok-belok entah akan mengantarkanku kemana. Satu hal yang sama, semua jalan itu sangat gelap dan mengerikan. Aku memejamkan kedua mataku dan memfokuskan fikiranku. Sebuah kalung dengan permata merah terlintas di benak fikiranku. Pandanganku terhadap kalung itu semakin menjauh dan memperlihatkan jalan yang dapat kutempuh untuk mendapatkan kalung itu. Aku membuka kedua mataku dan mencari jalan yang sudah jelas tergambar dalam memori ingatanku. Aku berjalan melalui jalan lurus yang berada tepat dihadapanku. Setelah beberapa saat, sebuah gerbang yang sangat mirip dengan gambaran dikepalaku terlihat tepat didepanku. Bukan hanya mirip, inilah gerbang menuju tempat kalung yang hilang itu. Gerbang itu ditumbuhi tanaman menjalar dan seperti sudah tidak terurus, sangat lama tidak dijamah. Dengan mengumpulkan segenap keberanian, kulangkahkan kakiku memasuki gerbang itu.
Ini sangat aneh. Tidak ada seorangpun di daerah ini tetapi jalanan yang kulalui sangat terarah. Seperti sudah diatur untuk memandu seseorang yang masuk kesini meskipun tanapa ada pemandu disana. Sama sekali tidak terlihat seperti hutan yang tak dihuni oleh seorangpun. Bukan berarti tempat ini sangat bersih. Tanah yang kuinjak penuh dengan lumpur. Banyak semak-semak yang tumbuh disepanjang jalan. Mungkin ini hanya perasaanku. Aku seperti melihat sesuatu dibalik semak-semak itu. Semak-semak itu bergerak meskipun jelas-jelas tidak ada angin yang berhembus sedikitpun. Sebuah bambu keluar dari semak-semak itu dan melontarkan sebuah jarum yang akhirnya mengenai lenganku. Jarum itu beracun. Tubuhku tidak bisa bergerak sebelum aku sempat memegang busur dan panahku karena menyadari ada seseorang yang kan menyerangku muncul dari balik semak-semak itu. Apa mereka penghuni daerah ini? Yang jelas mereka bukan tipe orang yang menyambut tamu mereka dengan ramah. Mereka berkulit hitam dn sekujur tubuh mereka dipenuhi dengan lukisan berwarna putih, merah dan hitam. Rambut mereka dikuncir tiga dan sangat panjang. Pandangan mereka mencerminkan bahwa mereka akan melakukan hal yang buruk padaku. Sayang sekali racun itu menyebar dengan cepat dan aku tidak bisa melindungi diriku sendiri. Mereka sudah siap menyayatku dengan pisau besar yang ada ditangan mereka. Tamatlah riwayatku.
Sebuah dentuman keras terdengar disertai retaknya tanah yang tepat berada didepanku telah menyelamatkanku dari serangan yang akan membuatku terbunuh. Orang-orang suku itu pergi meninggalkanku karenanya. Aku tidak bisa melihat siapa yang melakukannya. Dengan serangannya yang telah menyelamatkanku bukan berati ia tidak mengincarku. Bisa jadi serangannya hanya meleset. Pundakku terasa disentuh oleh seseorang. Sial, apa yang akan dia lakukan? Sudah cukup aku dibuat hampir mati untuk hari ini. Orang itu meluruskan kedua tanganku dan merebahkan tubuhku. Jika aku bisa bicara aku pasti akan berteriak jika aku melihat siapa yang telah menyelamatkanku. Dia adalah Xian. Tetapi... aku tidak terlalu yakin dia adalah Xian. Memang wajahnya mirip sekali dengan Xian, tetapi rambutnya berwarna pirang dan menggunakan ikat kepala. Sedangkan Xian berambut coklat dan tidak menggunakan ikat kepala. Aku melihatnya meletakkan senjata yang ia gunakan. Bukan sebuah pedang, melainkan sebuah kapak besar. Sebenarnya siapa dia? Apa ada orang yang sangat mirip didunia ini? “ Jangan banyak bergerak. Tunggulah sampai obat ini bereaksi nona.” Ia mengatakannya sambil mencabut jarum beracum di tanganku dan menutupinya dengan daun tanaman herbal. Dia tidak mengenalku? Ini memperkuat dugaan. Dia bukan Xian.
Racun yang membuat tubuhku kaku perlahan mulai menghilang. Aku menggerakan kedua tanganku. Aku berusaha untuk bangun, tetapi racun itu masih belum sepenuhnya ternetralisir. Orang yang wajahnya mirip dengan Xian membantuku untuk duduk dan menyenderkanku pada sebuah pohon. “ Maafkan aku. Sebenarnya siapa kau? Kau mirip sekali dengan seseorang.” Ia tidak terkejut dengan pertanyaanku. Dengan mudah ia mengatakan “ Apakah aku mirip Dengan Xian?” bagaimana mungkin? Ia mengenal Xian? Sebenarnya ada apa ini? Siapa dia?

“ Aku sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Mudah saja, karena kami ini saudara kembar.” Andai saja aku bisa berteriak sudah pasti aku akan berteriak sekencang mungkin karena mendengar pernyataan konyolnya itu. Sayang sekali saat ini aku masih terpengaruh dengan racun yang membuat tubuhku kaku. Xian memiliki saudara kembar? Kenapa dia tidak pernah becerita tentang itu? Suatu saat nanti jika aku bertemu dengan Xian aku akan mempertanyakan kenapa ia menyembunyikan hal ini. “ Maaf, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Sean. Namamu?”
 “ Triana, terima kasih telah menolongku. Entah apa yang akan terjadi jika kau tidak menolongku.”
“ Itu bukan masalah. Lagi pula ini suatu kebetulan kita bertemu. Aku sedang mencari sebuah kalung peninggalan ibuku dan salah satu petunjuk dimana aku bisa menemukan ayah.”
“ Aku juga sedang mencari kalung itu. Tetapi hanya untuk latihan. Bagaimana bentuk kalung itu?”
“ Kalung itu memiliki permata berbentuk hati dan berwarna merah. Kalung itu sangat indah.”
“Aku juga sedang mencari kalung itu. Siapa yang memberitahumu kalau kalung itu berada di sini?”
“ Hmm.. aku lupa siapa namanya, yang jelas dia adalah Elf sepertimu. Kulitnya lebih cokelat. Rambutnya hitam dan ada sesuatu yang sangat khas. Wajahnya terlukis huruf Z.”
“ Master Archer Zegna. Dia yang memberi tahumu?”
“ Ya. Itu dia, Zegna. Dia memang sedikit ngelantur membicarakan soal cinta. Sebelum ia memberitahuku tentang keberadaan kalung itu ia berkata aku akan bertemu seorang gadis yang akan menjadi jodohku. Aku tidak menyangka jika aku bisa bertemu denganmu disini.”
“ Apa? Bagaimana mungkin? Jodoh? Itu tidak mungkin. Aku sudah...” ia tertawa karena mendengar elakanku yang terbata-bata. “ Tentu saja aku tidak pernah berfikir itu adalah sesuatu yang benar.” Master Zegna benar-benar keterlaluan. Ia sudah membuatku malu dihadapan saudara kembar orang yang aku cintai. Ini tidak bisa dimaafkan. “ Kau tunggu saja disini. Kau masih belum benar-benar sembuh. Jika aku sudah menemukan kalung itu aku akan kembali kesini.”
“ Aku sudah bisa bergerak, aku juga harus mencari kalung itu dan memperlihatkan hasil latihanku.”
“ Hahaha... jangan memaksakan diri. Aku akan memperlihatkan kalung itu pada Zegna.” Dia meremehkanku? Aku tidak bisa membiarkan orang yang baru saja kutemui meremehkan kemampuanku. “ Tunggu, aku masih bisa bertarung” jawabku membela diri. “ Sudah ini sama sekali tidak membebankanku kok. Tenang saja.”
“ Kau ingin bukti?” aku menunjukan kemampuanku padanya gerakan seorang Acrobat yang telah diajarkan oleh Master Adeline. Ia terkejut melihatku dapat melakukan gerakan seperti itu. “ Baiklah. Kau bisa ikut denganku. Tetapi kau harus lebih berhati-hati. Jangan sampai lengah dan membiarkan dirimu terluka seperti tadi.” Anggukan kepalaku menjadi jawabannya.
Perjalanan ini menjadi semakin tidak nyaman karena banyak sekali serangga yang mengerumuni kami karena kami adalah santapan lezat bagi mereka. Perjalanan panjang dan sangat tidak nyaman. Tetapi setidaknya tidak ada orang-orang aneh seperti tadi yang menyerang kami. Tempat ini sama persis dengan dimana Talejia memberitahuku dimana keberadaan kalung itu. lebih tepatnya didalam peti kayu yang berada di pojok ruangan itu. “ Kalung yang kau cari ada didalam peti itu” aku menunjukan peti yang kumaksud pada Sean. “ Apa kau yakin?” mengapa dia selalu meremehkanku? “ Kenapa kau tidak pergi untuk melihatnya?” jawabku kesal. “ Tunggu apa lagi? Ayo kita ambil kalung itu dan keluar dri tempat ini.” Dia berbeda sekali dengan Xian. Dia sangat menyebalkan, keras kepala, sering sekali meremehkan orang dan tidak serius sama sekali dalam situasi bertarung seperti ini. Belum saja kami sempat melanjutkan langkah kami sebuah mahluk besar jatuh dihadapan kami dan entah dari mana datangnya. Ia membawa senjata yang sangat besar, mirip seperti gabungan kapak dan tombak. Sepertinya ia adalah penjaga peti itu. sebenarnya seberapa berharganya kalung itu sampai-sampai mahluk sebesar ini harus menjaganya supaya tidak ada orang lain yang dapat mengambilnya. Yang penting adalah kita dapat mengambil kalung itu dan keluar dari tempat ini.
Sean membuat hentakan dengan kapaknya sehingga tanah tempat mahluk itu berdiri retak dan akhirnya mahluk itu terjatuh kedalam lubang. Aku melompat dan menendangannya dengan hentakan kakiku. Tendanganku mengenai tubuhnya sehingga ia berhenti bergerak. Ternyata mengalahkan mahluk itu tidak sesulit kelihatannya. Aku kira ini akan jadi pertarungan sengit demi memperebutkan sebuah kalung yang akan menumpahkan darah. Penjaga telah kami kalahkan, selanjutnya kami membuka peti itu dan membawa pulang kalung berpermata merah itu.
Kami telah berada diluar gerbang tempat yang mengerikan itu. Sean mengeluarkan kalung yang baru saja ia dapatkan. Ternyata ia benar, kalung itu sangat indah, seakan memancarkan cahaya berwarna merah. Saat kau melihat itu perasaan ingin memilikinya muncul dengan sendirinya. Pantas saja banyak sekali orang yang memperebutkannya. Tetapi sepertinya tidak hanya karena keindahannya kalung itu menjadi rebutan. “ Sebenarnya kenapa kalung itu...”
“ Triana...” sebuah teriakan yang memanggil namaku terdengar dari kejauhan. Ternyata dia adalah Xian. Dan kali ini aku yakin aku tidak salah. Rambut coklatnya dan sebuah pedang telah membuktikannya. Orang disebelahku ini terlihat sangat tidak senang melihat saudara kembarnya. Ia memegang senjatanya dan berlari kerahnya. Xian juga bereaksi seperti itu setelah mengetahui bahwa orang yang bersamaku adalah saudara kembarnya. Senjata yang mereka gunakan telah bertemu dan membuat hentakan yang sangat keras. Tanah dibawah kaki mereka retak karenanya. Sebenarnya ada apa ini?
“ Lama tak jumpa Xian” Xian hanya tersenyum sengit mendengar sapaan saudara kembarnya itu. Xian melihat sebuah kalung yang memiliki permata berbentuk hati dan berwarna merah tergantung di tangan kanan Sean. “ Kau sama sekali tidak pantas untuk memiliki kalung milik ibu.” Aku menghentikan mereka dengan hentakan kakiku sebelum pertarungan mereka yang tak beralasan menjadi lebih memanas lagi. Mereka berdua terpental jauh ke arah yang berlawanan. “ Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Ini benar-benar konyol. Kalian saudara kembar kan? Apa itu yang dilakukan kepada saudaranya sendiri? Berhentilah jadi anak kecil!” Xian berjalan kearahku dengan tangannya yang memegangi perutnya yang terasa sakit karena seranganku untuk meleraikan mereka. “ Ini semua tidak seperti yang kau fikirkan Triana dia...” tiba-tiba seseorang merangkulku dan mencium pipiku. “ O... jadi ini kekasihmu? Sayang sekali. Kenapa kau mau berpacaran dengan anak bodoh ini? Kau akan jauh lebih bahagia jika kau menjadi kekasihku.” Sean benar keterlaluan. Sudah jelas-jelas dia melakukan ini hanya untuk memancing emosi Xian. Sebenarnya ada apa dengan kedua orang aneh ini? “ Sudah cukup Sean. Aku tidak perduli dengan semua perkataanmu dan apapun yang kau lakukan. Dan Xian, bukankah aku sudah katakan padamu jangan coba-coba mencariku. Ini adalah misi penyelamatan yang berbahaya. Aku tidak ingin melihatmu terluka lagi.”
“ Kau meninggalkanku sendiri di desa Calderock sementara kau bersama orang bodoh ini?”
“ Ini tidak seperti yang kau fikirkan. Aku hanya kebetulan bertemu dengannya. Aku hanya sedang mencari tahu apa itu Talejia. Aku sedang mencari jati diriku dan akhirnya memilih jalan mana yang harus ku pilih. Kuharap kau mengerti itu. Ini semua bukan hanya demi aku ataupun kerajaan Elf. Tetapi untuk kedamaian seluruh umat manusia.” Xian hanya menghela nafas dan memasukan pedangnya. Aku rasa aku terlalu berlebihan, mengatakan banyak hal yang seharusnya tidak kukatakan.” Maafkan aku Xian. Aku tidak bermaksud untuk...”
“ Ya, aku mengerti. Ini adalah tugas yang berat” meskipun ia berkata begitu tetapi wajahnya menunjukan sebaliknya. Maafkan aku Xian ini semua demi kedamaian. “ Sean. Berikan kalung itu padaku. Kau sudah berjanji untuk membantuku kan?” Tanganku mengatung menunggu Sean memberikaan kalung itu. “ Aku tidak bilang aku akan memberikan kalung ini padamu.”
“ Kau sama sekali tidak pantas memiliki kalung itu.” kemarahan Xian kembali muncul. “ Kalau begitu berikan kalung itu padaku. Aku tidak akan menjadikannya milikku. Hanya untuk memberi bukti pada Master Zegna dan menjaga agar kalian berdua tidak bertengkar seperti anak kecil lagi.” Dengan berat hati Sean memberikanku kalung milik ibunya itu. Meskipun kalung itu sudah berada ditanganku tetapi ia masih belum melepaskannya “ Berjanjilah kau tidak akan menghilangkan kalung ini ataupun membiarkan kalung ini jatuh ketangan orang bodoh yang ada disampingmu”
“ Sudah cukup Sean. Kau hanya memperkeruh suasana. Aku janji tidak akan menghilangkannya.” Ini terasa sangat aneh. Aku seperti ibu mereka yang sedang berusaha supaya kedua anaknya tidak saling melukai. Akhirnya Sean melepaskan kalung itu. “ Baiklah kalau begitu. Ayo kita kembali ke desa. Jangan bertengkar!” aku membuat isyarat bahwa aku mengawasi mereka berdua.
Sama seperti saat pertama datang ke desa ini tempat Master Zegna selalu menjadi sasaran para gadis. “ Master Zegna, aku telah menemukan kalungnya.” Teriakku supaya suaraku tidak kalah dengan suara gadis-gadis itu. Suaraku ini membuat semua gadis yang sedang mengkonsultasi masalah cintanya memusatkan perhatiannya padaku. “ A..ada apa ini?” aku sangat kebingungan saat mereka semua diam tanpa kata melihatku dengan seksama. Setelah beberapa saat mereka berteriak histeris dan berlari melewatiku. Ternyata mereka semua berteriak melihat ketampanan si kembar Sean dan Xian. “ Hei... ada apa ini?” Sean kebingungan saat gadis-gadis itu mengerumuninya dan mengajaknya untuk berkencan. “ Triana tolonglah aku.” Begitulah reaksi Xian sambil melambaikan tangannya. “ Tahanlah mereka selagi aku bicara dengan Master Zegna” jawabku jahil. Aku tertawa terbahak-bahak didalam hati melihat mereka berdua menghadapi gadis-gadis yang haus akan cinta.
“ Bagaimana? Kau menemukan sesuatu yang menarik?” tanya Master Zegna. “ Maksudmu kalung ini?”
“ Bukan. Kalung ini tidak menarik. Bukankah kau bertemu dengan seseorang disana?”
“ Sudah kuduga kau melakukannya. Bisakah kau sedikit serius menghadapi musuh yang hampir menghancurkan kerajaan kita?”
“ Aku tidak pernah lebih serius dari ini. Aku akan mebuatmu menjadi lebih kuat.”
“ Menjadi lebih kuat?” wajahnya sangat dekat dengan wajahku dan sangat serius. Aku mundur beberapa langkah menjauh darinya. “ Ini tentang mendalami keahlianmu sebagai Acrobat.”
“ Jelaskan lebih detail lagi.” Aku mengikuti caranya memberitahuku, yaitu berbisik.
“ Keahlian itu dibagi menjadi dua, yaitu Wind Walker dan Tempest.”
“ Apa perbedaan dari Wind Walker dan Tempest?”
“ Lebih mudah jika kau bertanya pada mereka yang memiliki keahlian tersebut. Temuilah Master Eithain dan Master Liana. Mereka akan memberitahumu apa yang kau tanyakan.”
“ Kenapa kau tidak memberitahuku secara langsung?”
“ Karena aku bukan Acrobat. Aku adalah Sniper. Ahli pemanah jarak jauh. Sangat berbeda dengan Acrobat.”
“ Dimana aku bisa menemui mereka?”
“ Gunakan Talejiamu untuk menemukan dimana mereka. Sedikit bocoran, Talejia setiap orang memiliki keunikan sendiri. Itu alasannya mengapa tidak ada yang bisa mengajarimu tentang Talejia. Kau hanya bisa menemukan jawabanmu sendiri.”
“ Sebagai contohnya Talejiamu yang selalu mencarikan jodoh para gadis gila itu?”
“ Itu tidak penting. Cepat cari mereka semua. Naiklah Albatros supaya kau cepat sampai tujuan. Jika kau sudah memutuskannya kembalilah padaku. Aku yang akan melakukannya.” Dia berkata begitu karena ia tidak mau mengakuinya. Lucu sekali.
“ Terimakasih atas bantuannya Master. Aku akan kembali dengan jawabannya” aku memberinya salam penghormatanku karena ia telah banyak membantuku. Walaupun ia juga banyak menyusahkanku. Aku menghampiri si kembar Sean dan Xian yang sampai saat ini masih dikerumuni gadis-gadis gila itu “ Sean, Xian ayo kita pergi dari sini. Maaf nona-nona kami masih ada urusan penting.” Aku menggandeng tangan mereka dan mengeluarkan mereka keluar dari lubang hitam itu. dan sudah pasti yang ku maksud adalah kerumunan gadis itu. “ Triana, sebenarnya kita mau kemana?” tanya Xian yang kebingungan karena aku mengajak mereka berdua ke tempat yang agak sepi. Aku membutuhkan tempat seperti itu karena aku masih tahap pembelajaran melihat Talejia. Aku membuat isyarat supaya mereka berdua tidak mengeluarkan suara yang nantinya akan mengganggu konsentrasiku. Aku mulai menutup kedua mataku dan mulai memusatkan fikiran untuk menemukan dimana Master Liana. Dia sedang berada ditempat latihan beberapa orang prajurit. Pandangan itu mulai menjauh dan akhirnya aku bisa melihat seluruh isi desa itu. Desa Praire. “ Ayo kita pergi!” aku mengajak mereka untuk membeli tiket Albatros menuju desa Praire. “ Tu..tunggu Triana, sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Sean yang akhirnya membuka mulut karena sebelumnya semenjak ia dikerumuni gadis pencari cinta. “ Desa Praire.”
“ Untuk apa kita pergi kesana?” tanya mereka berbarengan. Mereka terlihat sangat seperti anak kembar jika begini. “ Kau akan mengerti jika kita sudah sampai disana.”
Setelah perjalanan panjang berlalu dan disinilah kami. Desa Praire. Desa kecil yang semua penduduknya terlihat sangat damai. Meskipun mereka hidup sederhana. Sepertinya ini tidak akan jadi pencarian panjang melihat luas desa ini tidak terlalu besar. Dari tempat kami berdiri saat ini saja sudah terlihat ada sekumpulan prajurit yang sedang berlatih. Sudah pasti Master Liana ada di sana. Aku berlari kearah tempat pelatihan prajurit itu sementara Sean dan Xian sedang sibuk dengan pertengkaran mereka. Aku sengaja tidak melerai mereka karena aku takut mereka mengganggu latihanku. Master Liana sangat terlihat sibuk melatih prajurit itu “ Permisi apa kau yang  bernama...”

“ Kenapa kau terlambat? Cepat kembali kebarisan dan segera berlatih” bentak Master Liana.
“ Maaf, tapi aku bukan prajurit. Aku Triana, aku memiliki sebuah pertanyaan untukmu.”
“ Simpan pertanyaanmu prajurit. Cepat kembali ke barisan. Kita akan kedatangan tamu tak diundang.”
“ Mungkin tamu tak diundng itu adalah aku. Aku Triana, salah satu kandidat Guardian Of Pledge. Aku memiliki sebuah pertanyaan untukmu Master Liana. Bisakah kau membantuku? Ini demi Kerajaan Elf.”
“ Maafkan aku atas kelancanganku. Sebenarnya tamu tak diundang itu bukan kau. Tetapi mahluk yang saat ini mengancam kedamaian. Mahluk ciptaan Dragon Followers. Silahkan tanyakan apa yang ingin kau tanyakan padaku. Dengan senang hati aku menjawabnya.” Ia membungkukan tubuhnya dan memberi hormat padaku setelah mengetahui siapa aku. Sebenarnya tidak seperti itu reaksi yang kuharapkan. “ Apa itu Talejia?”
“ Talejia? Bisa dikatakan itu adalah alat bantu untuk menemukan barang-barang yang kita butuhkan. Membuat musuh terlihat seperti melambat. Memberitahu kita diamana kita dapat menemukan keberadaan musuh. Talejia adalah takdir kita. Begitulah menurutku. Tetapi Talejia setiap orang berbeda. Jadi bisa dikatakan hal yang tidak pasti.”
“ Aku masih punya satu pertanyaan. Aku ingin berntanya tentang Wind Walker dan Tempest.”
“ Kebetulan sekali aku adalah seorang Tempest. Akan kutunjukkan padamu. Panahlah sasaran itu. aku akan memberimu hadiah jika panahmu bisa mengenainya.” Yang benar saja? Aku adalah Archer, seorang pemanah. Mana mungkin aku tidak bisa memanah? Apa lagi pada sasaran yang sudah dilukis warna merah ditengahnya. Aku terima tantangannya, lagi pula ini sangat mudah. Dia akan memberiku hadiah jika aku mengenainya. Aku memegang busur dan panahku. Membidik sasaran panah itu.

 Aku melepaskan panahnya dan membiarkannya terlontar menuju sasaran itu. Panahku tidak sampai ke sasaran. Tapi bagaimana mungkin? Panahku tidak meleset. Aku tidak bisa menemukan panahku dimanapun. “ Kau mencari ini?” Master Liana berdiri diatas dahan pohon sambil memegang anak panah yang seharusnya menancap tepat disasaran. “ Ba..bagaimana mungkin?”
“ Itulah yang dinamakan Tempest, bergerak cepat. Lebih cepat dari angin. Bahkan musuhpun tidak akan bisa melihat pergerakanmu.” Ia mengembalikan anak panahku “ Apa masih ada yang ingin kau tanyakan?”
“ Tidak, kurasa sudah cukup. Terimakasih atas bantuannya.”
“ Dengan senang hati.”
Sikembar Sean dan Xian masih saja bertengkar setelah aku selesai dengan urusanku. Sebenarnya apa yang mereka permasalahkan? Sungguh aneh melihat mereka berdua seperti kucing dan tikus. Tidak pernah bisa akur. “ Triana.. kau sudah bertemu dengan Master Liana?” Xian berlari kearahku setelah mengetahui aku berada dekat dengan mereka. Ia meninggalkan saudara kembarnya yang masih sibuk mengoloknya. “ Ya, aku telah mengetahui jawban atas semua pertanyaanku.”
“ Bagaimana jika kita makan siang. Hanya kau dan aku”
“ Bagaimana dengan Sean?”
“ Iya bagaimana denganku. Mau bagaiamanapun aku tetap adikmu. Kita saudara kembar. Kaka selalu mentraktir adiknya.” Sean meranggkul pundak Xian seolah sudah tidak ada masalah diantara mereka berdua. Tetapi Xian menunjukan ekspresi sebaliknya, ia melepaskan tangan Sean dari pundaknya. “ Se..sepertinya akan seru jika kita makan bertiga.” Aku berusaha membuat suasana ini menjadi membaik. “ Yang jadi masalah aku tidak tahu dimana tempat makan yang enak di desa ini” Xian melihat sekeliling, mencari tempat yang tepat untuk makan siang. “ Beruntung ada aku disini. Ini adalah desa kelahiran ayah. Aku tahu dimana kita dapat memanjakan lidah kita. Ayo ikut denganku” Sean memimpin perjalanan menuju rumah makan lezat yang ia bicarakan. “ Karena itulah aku membencimu” bisik Xian. “ Kau bilang sesuatu?” aku berpura-pura tidak mendengar perkataannya. Aku memang bukan siapa-siapa tetapi aku sangat penasran dengan hubungan saudara kembar yang tidak akur ini. “ Tidak apa-apa. Ayo kita berangkat, perutku sudah lapar.” Ya, begitulah jawaban yang kudapat.
Desa ini sangat kecil, belum lama kami berjalan kami sudah sampai didepan rumah makan yang direkomendasikan oleh Sean. Pengunjung yang kelihaannya dari luar daerah ini sudah memenuhi bagian dalam rumah makan ini. Jadi kami bertiga duduk di meja yang sudah disediakan diluar rumah makan. “ Tunggulah disini, aku akan memesankan makana terbaik dirumah makan ini. Kalian pasti akan suka.” Kata Sean. “ Aku tidak menyangka ternyata kalian berdua punya hobi yang sama” kataku sambil tertawa saat Sean sudah menghilang dari hadapan kami. “ Kurasa tidak.” Jawab Xian singkat dengan nada tidak perduli. “ Sebenarnya ada apa dengan Sean. Maaf aku bukan siapa-siapa tetapi ini sangat tidak wajar. Kalian ini saudara kembar, kalian seharusnya saling menyayangi. Tidak terus-terusan bertengkar seperti ini.”
“ Ya, itu memang benar. Tetapi ayah selalu bersikap tidak adil. Sejak kecil hanya dia yang selalu menjadi pusat perhatiannya. Dia selalu menjadi anak emas dimata ayah. Ayah mengajarinya berbagai macam teknik bela diri. Yang ada difikirannya hanyalah menjadi lebih kuat. Saat ibu sedang sakit keras dia malah pergi karena ambisinya dengan kekuatan baru yang ia dapatkan. Mungkin sampai saat ini dia tidak tahu kalau ibu sudah meninggal.”
“ Maafkan aku”
Xian menghela nafas panjang “ Tidak, seharusnya aku yang minta maaf. Tidak seharusnya aku melimpahkan emosiku padamu. Tolong jangan katakan ini pada siapapun.” Aku hanya mengangguk. Aku benar-benar menyesal mengatakan hal-hal yang mengingatkannya pada ibunya. “ Ini dia, makanan lezat yang akan memanjakan lidah yang memakannya.” Sean datang dengan tiga buah piring berisikan makanan hangat yang baru saja dimasak. “ Wah akhirnya datang juga. Aku sudah tidak sabar untuk mencicipinya. Iya kan Xian.” Aku menyenggol tangannya, memberi isyarat untuk setuju dengan pendapatku. Ia hanya memberikan sebuah senyuman kecil. Lalu ekspresinya kembali seperti semula. Aku tersenyum untuk menjaga perasaan Sean. “ Ayo kita makan.” Kata Sean dengan semangat. “ Wow, makanan ini enak sekali. Tidak kalah dengan makanan yang dipilihkan oleh Xian. Ternyata selera kalian berdua itu tidak jau berbeda. Mungkin sama.” Aku melihat Xian yang dengan memakan makanan yang dipesankan adiknya itu. Ekspresinya sangat mudah dibaca. Ia suka dengan makanan itu tetapi ia menahan untuk tidak tersenyum dan tidak terlihat menyukai makanan itu. Lain dengan Sean. Sean memperhatikan Xian. Mungkin ia memikirkan bagaimana cara untuk merubah dirinya dimata kakaknya itu. Kalau dipikir-pikir mereka berdua sangat menggemaskan. “ Setelah ini kita mau kemana?” tanya Sean mengisi kekosongan. “ Aku harus bertemu dengan Master Eithain.”
“ Dimana kita bisa menemuinya?” Xian ikut serta dalam pembicaraan kami. “ Entahlah aku masih belum mengetahuinya. Tunggu sebentar.” Aku memejamkan kedua mataku dan kembali menggunakan Talejia untuk menemukan dimana keberadaan Master Eithain. Dia sedang berada didepan sebuah rumah. Ia sedang membaca sebuah buku. Pandangan ku semakin menjauh dan membuatku mengerti dimana keberadaannya. “ Saint Heaven.”
“ Saint Heaven? Maksudmu kerajaan Saint Heaven?” Sean terkejut dengan tempat yang baru saja kukatakan “ Kau tidak bercanda kan? Master yang kau cari ada di Sain Heaven?” lagi-lagi Xian menunjukan reaksi yang sama dengan Sean. Itulah yang ku harapkan. “ Tetapi yang Jadi masalah adalah aku seorang Elf. Aku tidak bisa seenaknya masuk ke kerajaan manusia.”
“ Bagaimana jika kau menyamar?” ide konyol itu keluar dri mulut Sean. “ Apa? Menyemar? Apa kau gila? Mereka tidak akan bisa dibodohi semudah itu.” jawabku. “ Akan lebih baik jika kita menyusup saja. Tidak akan ada yang tahu jika kita pernah memasuki Saint Heaven.” Dan ide konyol lain juga datang dari Xian. “ Kurasa lebih baik jika aku menyamar saja. Itu lebih mudah dilakukan dan tidak beresiko.”
“ Terserah kau saja.” Jawab Xian singkat. “ Lalu bagaimana kau akan menyamar?” tanya Sean. “ Kurasa dengan memakai jubah sudah cukup.”
“ Tidak semudah itu. Orang-orang pasti akan curiga melihat orang memakai jubah berkeliaran di Saint Heaven. Penjaga pasti akan menangkapmu.” Kalau di fikir-fikir yang dikatakan Xian benar juga. “ Aku tahu!” Teriak Sean sambil menepukkan kedua tangannya dan ia berkata “ Jangan bergerak ya, aku akan melakukan sesuatu padamu.” Ia melepas ikat rambutku dan mengikat kedua telingaku yang lebih panjang dari telinga manusia dibalik rambutku. Ia menutupi telingaku yang terikat dengan rambutku. “ Ini dia. Manusia Elf” Ia memberiku sebuah cermin. Dalam sekejap penampilanku berubah seperti manusia pada umumnya. “ Ini mengagumkan Sean. Tetapi ini terasa sangat tidak nyaman. Telingaku terasa sakit.”
“ Bertahanlah Triana, ini hanya untuk sementara. Setelah kita keluar dari Saint Heaven kau akan kembali seperti dirimu yang dulu.” Sean mencoba untuk membuatku bertahan dengan kondisi seperti ini. “ Aku benci mengakui ide konyolmu itu berhasil. Tetapi kau terlihat cantik.” Tambah Xian. Dua banding satu, sudah jelas aku kalah. Baiklah, lagi pula aku ingin rasanya membaur dengan manusia. Kami melanjutkan perjalanan menuju Saint Heaven menggunakan Albatros. Sesuai dengan rencana tidak ada yang mencurigaiku. Tanpa basa-basi kami langsung menuju tempat dimana Master Eithain berada. Sesuai yang dikatakan Talejia, seorang Elf yang sedang membaca buku berada didepan sebuah rumah di Saint Heaven.

“ Permisi, perkenalkan aku adalah Triana. Aku datang kesini untuk menanyakan sesuatu padamu Master Eithain.”
“ Apakah aku mengenalmu?” Ia kebingungan saat melihatku. Sebenarnya dia sudah tahu aku akan datang menemuinya tetapi karena ciri khas Elf milikku sedang disembunyikan jadi ia tidak mengenaliku. “ Oh.. ternyata kau. Aku tidak tahu kau seorang Elf. Aku sudah menunggu kedatanganmu. Dan aku juga sudah tahu maksud kedatanganmu kesini. Bukankah kau ingin menanyakan tentang Talejia dan juga tentang Wind Walker?” aku terkejut ia bisa tahu semuanya. Memang Talejia tidak ada yang sama. Ia hanya tersenyum melihat reaksiku “ Dan juga kau menolak untuk menjadi Guardian Of Pledge bukan?”
“ Bagaimana kau bisa...”
“ Aku sudah menyiapkan sebuah cerita untukmu. Dengarkan baik-baik. Ini akan menjadi jawaban atas semua pertanyaanmu. Sebelum itu mari masuklah kedalam rumahku. Ini akan menjadi cerita yang panjang.” Aku sedikit heran. Bagaimana Elf bisa memiliki rumah di Saint Heaven. Meskipun manusia dan Elf tidak berperang tetapi kedua bangsa ini tidak bisa dibilang bersahabat. Ya begitulah. “ Kalian ingin minum apa?”
“ Aku ingin teh hangat dan...” mulut Sean itu dibungkam oleh Xian sehingga ia tidak melanjutkan perkataan bodohnya lagi. “ Tidak usah repot-repot master.” Sanggahku. “Baiklah kalau begitu. Aku akan langsung menceritakannya. Kisah ini tentang ratu kita Queen Narsilia dan seseorang yang bernama Yuvenciel. Cerita ini berawal 500 tahun lalu, saat Serensial masih menjadi ratu sebelum Narsilia. Sebelum ia menjadi ratu namanya masih Nerwin. Nerwin salah satu Guardian Of Pledge dan Yuvenciel selalu berkerja sama sebagai tim terkuat untuk melindungi Tree Of Life. Perasaan itu pun akhirnya tumbuh diantara mereka. Mereka jatuh Cinta. Tetapi takdir berkata lain. Serensiel tewas karena peperangan yang terjadi dengan bangsa manusia. Hanya salah satu Guardian Of Plege yang bisa menggantikan kedudukan ratu, dan orang itu adalah Nerwin. Yuvenciel tidak dapat menerima takdir itu. Dia menolak bisikan Talejia.”
“ Di...dia menolaknya? Apa yang terjadi padanya?” sepertinya kisah ini sama denganku. Ini semakin membuatku merasa penasaran.
“ Ia membawa Nerwin ke suatu tempat tepat sebelum penobatan Nerwin sebagai Ratu yang baru. Ia menyatakan cintanya pada Nerwin. Tetapi Nerwin tidak sama seperti Yuvenciel. Nerwin memilih untuk mengemban tugas beratnya sebagai Ratu sesuai dengan apa yang dikatakan Talejia. Ia mengorbankan perasaannya demi seluruh bangsa Elf. Sedangkan Yuvenciel, ia pergi meninggalkan kerajaan Elf dan hingga saat ini tidak ada yang mengerti dimana keberadaannya.”
“ Jadi begitu..” aku jadi merasa bersalah karena semua yang telah kuperbuat. Aku lebih mementingkan diriku sendiri daripada keselamatan seluruh bangsa Elf.
“ Masih belum terlambat jika kau ingin merubah keputusanmu. Fikirkan baik-baik mana jalan yang akan kau pilih.” Aku hanya bisa merenungkan kata-kata Master Eithain. “ Masih ada satu pertanyaan bukan? Tentang Wind Walker. Sama seperti namanya kita dapat melayang diudara dan melancarkan serangan dengan hentakan kaki yang kuat.”
“ Aku sangat berterima kasih atas semua pertolonganmu. Ini sangat membantu.”
“ Ini bukan sebuah masalah. Sudah menjadi tugasku untuk menolong para Elf muda yang kehilangan arah.”
Saat kami pergi dari rumah Master Eithain tak ada satupun dari kami yang mengeluarkan sepatah kata. Aku hanya bisa merenungkan cerita tentang Queen Narsilia. Aku harus memilih takdir daripada kehidupanku sendiri. Tapi apakah dengan memilih mengikuti Talejia sudah merupakan hal yang benar? “ Triana kau tidak apa-apa?” Xian menepuk pundakku dan membuatku tersadar dari renungan berat ini. “ Iya aku tidak apa-apa.”
“ Sean bisakah kau memberi kami waktu untuk sendiri?” tanpa ada tanda-tanda permusuhan Xian mengatakan itu pada Sean. “ Ok, baiklah. Aku akan menempa senjataku. Kapakku ini sudah sedikit tumpul. Jika kalian sudah selesai dengan urusan kalian temui aku di sana.”
“ Triana, apa kau baik-baik saja?” Xian menanyakan hal yang sama untuk kedua kalinya. Aku kembali menjawab “ Aku tidak apa-a...”
“ Jangan bohongi dirimu sendiri. Meskipun kau bilang kau tidak apa-apa kau terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sudah cukup kau menyembunyikan rasa sakitmu.”
“Xian, aku benar-benar tidak apa-apa.” Tanpa kusadari dia telah mendekapku dalam pelukannya. Ini terasa ia telah mengangkat seluruh beban yang ku pikul selama ini, dan akhirnya membuat air mataku mengalir. “ Tidak apa-apa. Aku tahu ini beban yang berat, lebih baik kau menangis. Ceritakan padaku, apa yang sedang mengganggu fikiranmu.”
“ Aku takut. Aku takut jika aku salah memilih. Aku seorang Elf. Tetapi sampai saat ini aku masih belum mengerti apa arti Talejia sebenarnya. Mereka semua bilang Talejia akan menuntun kita ke jalan yang seharusnya kita jalani. Sampai saat ini aku tak pernah sekalipun mendengar bisikan Talejia. Aku diharuskan menjadi Guardian Of Pledge. Menjadi penjaga Tree Of Life. Menjaga Talejia. Itu berarti aku harus mengorbankan kehidupanku demi seluruh bangsaku. Itu berarti aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi. Aku takut kalau...” ia mempererat pelukannya. “ Seharusnya kau katakan hal itu padaku sejak awal. Aku dengan senang hati akan membantumu.”
“ Tetapi manusia tidak diperbolehkan untuk masuk ke kerajaan Elf. Tempat itu adalah tempat suci bagi para Elf.”
“ Kau masih belum mendengarkan penjelasanku. Dengarkan aku, ikuti saja kata hatimu. Jujur saja mungkin akan terasa sangat berat jika aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi. Tetapi kau juga harus memikirkan seluruh bangsa Elf. Kurasa kau bisa dipilih sebagai Guardian Of Pledge adalah sesuatu yang sangat keren. Tidak semua orang dipercayai untuk mengemban tugas itu kan? Kurasa kau pantas dengan pekerjaan itu. lagi pula ini juga demi keseimbangan di kerajaan Elf. Kau juga bisa berkesempatan menjadi Ratu. Jika kau menjadi Ratu saat kau melewatiku pasti aku akan menunduk padamu.” Bukan Xian namanya jika tidak bisa membuatku tertawa. Dia selalu ada disaat aku membutuhkannya dan selalu mengeluarkanku dari kegelapan dalam diriku. “ Terimakasih Xian. Berkat bantuanmu aku bisa menemukan jawabannya.” Senyuman yang menghangatkan suasana terlukis diwajahnya “ Syukurlah.”
Keadaan menjadi berubah drastis setelah aku melihat senyumannya. Aku seperti sudah dipindahkan ke tempat yang sangat jauh dari tempat sebelumnya aku berada. Aku berada disebuah hutan yang gelap. Hanya ada aku seorang diri. “ Xian. Dimana kau?” aku meneriakkan namanya keras-keras dan berusaha untuk menemukannya. Sepertinya usaha itu sia-sia. Meski hanya melihat secuil dari keseluruhan sudah pasti ini adalah hutan yang sangat luas. Suraku mungkin tidak akan didengar olehnya. Sebuah cahaya terpancar dari tanah tempatku berpijak. Aku dan rasa penasaranku membuatku melihatnya lebih dekat. “ Akhirnya aku bisa bertemu denganmu Triana.” suara itu terdengar dari arah depan. Aku mempersiapkan senjatku karena didalam hutan sangat sedikit persentasenya jika dia adalah teman. Ternyata dugaanku salah. Ternyata seorang Elf yang sedang berdiri dihadapanku saat ini. Bukan Elf biasa, dia adalah Narsilia. Ratu kerajaan Elf. Aku menunduk saat aku mengetahui dia adalah Queen Narsilia “ Maafkan atas kelancanganku tuan putri.” Ia memegang pundakku “ Tidak perlu seperti itu. aku datang kesini untuk bicara denganmu”
“ Sebelum itu bisakah aku menanyakan sesuatu padamu?” Ia menjawabnya dengan anggukan anggun. “ Sebenarnya dimana aku?”
“ Kurasa ini pertama kalinya kau mendengar bisikan Talejia sepenuhnya. Bisa dibilang kau sedang berada didalam dirimu.”
“ I..ini yang namanya Talejia?” kali ini ia menjawabnya dengan senyuman yang akan membuat siapapun yang melihatnya menjadi terpesona. Tak dapat diragukan lagi aura yang ia pancarkan adalah aura Ratu yang bijaksana, anggun dan baik hati.”
“ Aku tidak dapat percaya hal ini.”
“ Haha, ternyata kau sama persis denganku saat aku pertama kali mendengar bisikan Talejia. Aku bertemu dengan Queen Serensiel. Aku sampai bingung harus bagaimana saat ia berada tepat didepanku.”
“ Benarkah?”
“ Jangan katakan ini pada siapapun. Hal ini sangat memalukan.”
“ Aku ingin menanyakan banyak hal padamu. Aku sampai bingung mana dulu yang harus kutanyakan.”
“ Tanyakan apa saja yang ingin kau tanyakan. Aku akan menjawabnya.”
“ Mengapa kau lebih memilih menjadi Ratu dan meninggalkan Yuvenciel. Bukankah kalian saling mencintai?”
“ Aku lebih memilih menjadi Ratu karena Talejia memberitahuku bahwa suatu saat nanti kekacauan akan terjadi dalam kerajaan ini dan akulah yang akan mengemban tugas berat menjadi seorang Ratu.”
“ Apakah kau pernah merasa ragu ataupun ingin lari dari takdir yang telah dibisikkan Talejia?”
“ Sebenarnya hal itu sempat terlintas difikiranku. Bahkan aku pernah berencana untuk lari meninggalkan kerajaan bersama Yuvenciel. Padahal pada saat itu aku masih menjadi Guardian of Pledge. Tetapi suatu hari aku tersadar, semua yang ada didunia ini berkaitan. Sama seperti halnya aku bertemu denganmu saat ini. Saat aku bertemu Serensiel. Saat aku ditakdirkan menjadi Ratu. Aku selalu berharap menjadi Guardian Of Pledge, bahkan sejak guruku pertama kali menceritakan betapa hebatnya Guardian Of Pledge. Aku ingin menjaga kedamaian didunia ini. Dengan aku melarikan diri dari takdirku sama saja dengan aku merusak kedamaian didunia ini. Merusak Impianku sendiri.”
“ Jadi, apa arti Talejia bagimu?”
“ Sesuatu yang membuat kita semua terhubung. Talejia adalah takdir dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang Elf. Seberat apapun itu kau harus tetap menerimanya karena meskipun hanya ada satu Elf yang lari darinya akan menyebabkan kehancuran.”
“ Bagaimana aku bisa mengetahui jika Talejia memberitahuku jika aku adalah Guardian Of Pledge? Ini pertama kalinya aku bisa mendengar bisikan Talejia.”
“ Aku hampir saja lupa. Sebenarnya aku akan memberitahumu hal itu. Pergilah ke New Moon Forest. Datanglah ke Istanaku. Kau akan mengetahui apa yang akan terjadi.”
“ Terimakasih. Pembicaraan ini membuatku mengerti apa yang harus kulakukan.”
“ Dengan senang hati. Cepatlah kembali, sepertinya seseorang sedang mengkhawatirkan keadaanmu.
“ Tunggu dulu. Bagaimana caranya keluar dari sini.”
“ Pejamkan saja kedua matamu. Kau akan kembali seperti semula.”
“ Terimakasih.” Ia tersenyum. Seorang Sorceress muncul disampingnya dan mengajaknya untuk meninggalkan tempat ini. Dia adalah Karakule. Sorceress yang dulu pernah berjuang bersama Queen Narsilia saat kehancuran terjadi 50 tahun silam. Aku memejamkan kedua mataku dan kembali ke tempat dimana aku seharusnya berada.

New Moon Forest, adalah hutan dimana kerajan Elf berada. Tempat dimana Tree Of Life berada. Dimana Talejia semua Elf bermula. “ Tuan Putri, apa anda baik-baik saja?” tanya Alicia, salah seorang Guardian Of Pledge yang khawatir karena Queen Narsilia telah memejamkan kedua matanya terlalu lama. “ Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku sedang mendapatkan Talejia. Persiapkan tiga buah kamar. Kita akan kedatangan tamu.”
“ Siapa yang anda maksud.”
“ Kedatangan Guardian Of Pledge yang baru.”
“ Apakah yang anda maksud adalah Triana? Apakah dia telah menerima tawarannya.”
“ Kita akan mengetahui jawabannya saat dia telah tiba disini.”
“ Mengapa kita harus menyiapkan 3 ruang kamar.”
“ Kita juga akan kedatangan tamu istimewa.” Tanpa berfikir panjang Alicia menerima perintah dari Queen Narsilia.
“ Triana. Kau tidak apa-apa? Kumohon sadarlah. Seaan.. dimana kau saat aku membutuhkan bantuanmu?” Xian sangat panik melihat wanita yang menjadi kekasihnya tiba-tiba jatuh tergeletak tak sadarkan diri. Dengan santainya Sean berjalan ketempat terakhir kali mereka bertemu dengan tangan penuh makanan yang ia beli untuk kami semua. “ Sean. Ceptlah kemari. Aku butuh bantuanmu.” Wajah Sean yang semula penuh dengan rasa bahagia berubah menjadi ekspresi terkejut dan panik setelah melihat keadaannya. “ Apa yang terjadi?” kata Sean dengan tergesa-gesa sambil menaruh semua makanannya didekat mereka. “ Dia tiba-tiba saja jadi begini.”
“ Bagaimana jika kita kembali ke rumah Master Eithain?”
“ Apa tidak apa-apa?”
“ Sudah ikuti saja apa kataku. Itu lebih baik dari pada kita membiarkannya disini.”
“ Sudahlah. Terserah apa katamu.” Xian membawaku kembali ke rumah Master Eithain.
Rasa pening adalah hal pertama yang menyambutku saat aku membuka kedua mataku setelah akhirnya aku bisa mendengar bisikan Talejia yang sebenarnya. Wajah Xian yang panik adalah satu-satunya yang dapat kulihat saat ini. Dan ada satu hal yang membuatku terkejut. Ia sedang menggendongku. Aku berteriak karena terkejut. “ Xian apa yang kau lakukan”
“ Triana? Syukurlah kau sudah sadar.”
“ Turunkan aku! Sebenarnya apa yang kau fikirkan?”
“ Ha? Apa maksudmu? Aku hanya...”
“ Jangan berfikir macam-macam. Meskipun aku kekasihmu aku tidak akan melakukan itu.” ia terdiam sejenak setelah mendengar kata-kataku. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. Hanya ada suaranya yang terdengar ditelingaku. Ternyata bukan hanya suaranya, tetapi juga suara Sean. Aku lupa mereka berdua kembar. Sudah pasti dari suarapun hampir sama. “ Apa yang lucu?” tanyaku dengan lugunya. “ Mana mungkin aku akan melakukan hal seperti itu padamu? Aku hanya menolongmu. Tiba-tiba kau pingsan, jadi aku akan membawamu ke rumah Master Eithain.”
“ Pingsan? Tidak mungkin. Aku baru saja bertemu Queen Narsilia.”
“ Queen Narsilia? Maksudmu Ratu Elf? Yang benar saja? Sejak tadi hanya ada aku dan kau.”
“ Oh iya.. mungkin kau lapar. Aku membelikan kalian makanan.” Sean memberikan makanan yang baru saja dibelinya. “ Tapi... aku benar-benar bertemu dengannya.”
“ Mungkin saat pingsan kau bermimpi.” Jawab Sean.
“ Tidak! Aku yakin itu bukan mimpi. Kita harus pergi ke New Moon Forest sekarang juga.”
“ Aku tidak pernah mendengar ada sebuah hutan yang bernama New Moon Forest.” Akhirnya Xian mulai menganggap ini serius. “ Ikutlah denganku. Akan kuantar kalian ke kerajaan Elf.”
Satu hal yang akan membuatmu heran akan tempat ini. Yaitu warna pepohonan yang tidak seperti biasanya. Warna batang yang biasanya berwarna cokelat, tetapi berbeda dengan pohon yang berada di sekitar sini. Batang pohon disini berwarna coklat keputihan. Dan tak kalah anehnya adalah warna daun dan ukuran pohonnya. Warna daunnya berwarna emas dan ukurannya sangat besar. Pohon-pohon disini bisa dijadikan isatana karena ukurannya sangat besar. Sangat menakjubkan. 

Saat kami tiba disana kami telah disambut dengan ramah oleh para penjaga. Sangat berbeda sekali dengan yang aku fikirkan. Aku kira mereka akan menangkap Xian dan Sean. Mereka menuntun kami untuk menemui Queen Narsilia. Ternyata di dalam sebuah pohon yang besar memiliki desain interior yang sangat indah. Mungkin orang tidak akan mengira kalau mereka sedang berada didalam pohon. Queen Narsilia sedang duduk di tahtanya dengan dua orang penjaga yang dulu pernah datang ke rumah Master Adeline dan memaksaku untuk bergabung dengan mereka. Aku menunduk memberi hormatku padanya “ Queen Narsilia, saya disini telah bersedia memenuhi panggilanmu.”
“ Ya, terimakasih. Sebelum kita memperdalam pembicaraan kita bagaimana jika kita makan malam terlebih dahulu. Aku telah menyiapkan hidangan untuk kita makan malam.”
Tanpa basa basi kami pergi menuju ruang makan. Queen Narsilia pergi lebih dulu. Dia sungguh anggun dan auranya memang tidak bisa dipungkiri. Sangatlah berbeda bertemu dengannya secara langsung dengan bertemu dengnnya lewat Talejia. Dia sangat cantik.
Sebuah meja makan yang sangat besar dan sudah dipenuhi dengan berbagai hidangan yang hanya melihatnya saja sudah sangat menggugah selera. Queen Narsilia duduk di ujung dan aku duduk tepat di sampingnya. Meskipun sudah banyak makanan yang dihidangkan tetapi kami masih diantarkan makanan oleh para pelayan. Aku melihat wajah salah satu pelayan yang aneh. Saat aku melihat wajahnya tiba-tiba Talejia memberitahuku sesuatu. Dia akan melakukan sesuatu yang buruk.
“ Silahkan Nikmati hidangan yang telah disajikan” Queen Narsilia telah mengeluarkan aku dari rasa paranoidku. “ Ah.. iya. Terimakasih” tanpa dipersilahkan Xian dan Sean sudah memakannya dengan lahap. Mungkin mereka sudah sangat lelah mengikutiku berkelana sejauh ini. “ Aku ingin menanyakan jawban untuk pertanyaanku. Kau belum sempat menjawabnya saat itu.”
“ Tentang  menjadi Guardian Of Pledge adalah pilihan yang sudah tepat atau bukan?”
“ Ya”
“ Kau masih bingung mempertimbangkannya? Kau tahu kan jika kita ini sedang didalam keadaan darurat. Kenapa kau sangat sulit untuk bergabung dengan kami?” salah satu Guadian Of Pledge kurang setuju dengan arah pembicaran kami. “ Sudahlah Alicia, jangan memaksanya seperti itu. Kita bahkan belum memperkenalkan diri kita padanya. Maafkan atas ketidak sopananku. Aku Resilia. Dan temanku ini adalah Alicia. Seperti yang sudah kau ketahui kami berdua dalah Guardian Of Pledge. Kau juga tahu jika salah satu rekan kami Cecilia telah gugur dalam tugas. Saat sedang menjaga Tree Of Life. Kami belum menceritakan detailnya bukan? Dia adalah satu-satunya penyerang jarak dekat di antara kami. Seorang Tempest. Dia sangat gesit dan pandai dalam mengalihkan perhatian sementara kami menyerang musuh dari jarak jauh. Entah mengapa saat banyak musuh yang sedang menyerbu Tree Of Life ia sama sekali tidak bergerak. Ia seperti tidak bisa bernafas. Ia hanya memegangi dadanya dan berlutut. Monster menusuknya sehingga ia tidak bisa diselamatkan. Jarak kami terlalu jauh dan jumlah mereka terlalu banyak. Sehingga kami tidak bisa menolongnya.”
“ Dan karena Cecilia dalah satu-satunya penyerang jarak dekat, kalian membutuhkanku yang memiliki kemampuan yang sama dengannya dalam Guardian Of Pledge? Tetapi kenapa harus aku?”
“ Alasan pertama adalah tak banyak orang yang bisa melakukan serangan jarak dekat. Banyak yang lebih memilih untuk meningkatkan keahlian memanah mereka dari pada melatih kemampuan bertarung jarak dekat dan juga jauh lebih aman. Meskipun begitu Talejia juga membisikanku tentang ada seorang Elf muda yang menjadi murid Adeline akan menjadi pengganti Cecilia dan akan jauh lebih hebat darinya.”
Saat percakapan penting ini berlangsung dua orang kembar disebelahku tiba-tiba saja menimbulkan suara yang sangat mengganggu. Sebenarnya apa yang mereka berdua lakukan? “ Hei kalian berdua, apakah kalian tidak tahu kami sedang membicarakan sesuatu yang serius?” mereka tidak menjawab. Dari kelihatannya nafas mereka seperti tidak teratur. Aku baru menyadari sesuatu yang aneh setelah mereka berdua jatuh ke lantai. “ Mereka berdua tidak bisa bernafas ”
“ Pelayan ambilkan obat penawarnya sekarang!” perintah Queen Narsilia pada para pelayan yang sedang membawa makanan. Orang aneh yang tadi sudah hilang? Aku tidak akan memaafkannya jika dia yang menyebabkan semua ini. “ Tidak salah lagi, ini sama persis dengan yang terjadi pada Cecilia.” Resilia duduk di samping Xian dan memperhatikan gejala yang terjadi pada mereka berdua. “ Apa mereka berdua akan mati?”
“ Aku tidak bisa mengatakan apapun. Cecilia mati karena dia diserang saat ia tidak bisa bernafas.”
“ Maafkan aku Tuan Putri, ruang penyimpanan obat-obatan telah di acak-acak oleh seseorang. Banyak obat yang berceceran di atas lantai. Hanya ini yang tersisa.” Dia adalah pelayan tadi. Mungkin ruangan itu bukan diacak-acak oleh seseorang. Tetapi olehnya.
“ Berikan padaku.” Aku mengambilnya dari pelayan itu. Kenapa ia hanya menyisakan satu obat? Kenapa ia tidak melenyapkan semuanya? Tetapi ini bukan hal terpenting untuk difikirkan sekarang. Siapa yang harus aku selamatkan? Xian adalah kekasihku tetapi Sean juga orang yang sangat penting bagi Xian. Kenapa harus jadi begini? Aku sangat panik sampai-sampai tubuhku gemetaran. Tangan Sean menyentuh tanganku yang sedang gemetaran memegangi obat itu. Ia berusaha keras untuk memberi tahuku sesuatu tetapi ia tidak bisa bicara. Ia mengarahkan tanganku pada Xian. “ Tapi bagaimana denganmu?” Ia menggelengan kepalanya dan tersenyum seakan mengatakan ‘ Aku baik-baik saja’
Aku menuruti permintaannya. Aku mengambil segelas air minum dari atas meja dan meminumkan obat itu pada Xian. Berangsur-angsur nafas Xian mulai kembali normal. “ Xian kau tidak apa-apa? Katakan sesuatu jika kau tidak apa-apa.”
“ Ya.” Jawabnya singkat sambil mencoba untuk mengatur nafasnya. Syukurlah Xian sudah membaik, tetapi Sean sebaliknya. Tubuhnya bercucuran keringat dan ia terlihat sangat lemah. Dadanya kembang kempis berusaha untuk tetap bertahan. Apa yang kulakukan sudah benar? Yang kulakukan sama saja dengan mengorban nyawanya demi menyelamatkan Xian. Xian masih belum mengetahui keadaan Sean. Apa yang akan ia lakukan padaku setelah mengetahui apa yang telah kulakukan? Ia melihat sekeliling “ Dimana Sean? Apa dia baik-baik saja?” aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. “ Di..dia”
“ Dia kenapa?” ia langsung terbangun dari pangkuanku dan mendapati saudra kembarnya yang sedang tergeletak lemah di sampingnya “ Astaga Sean bertahanlah. Kenapa kalian hanya diam saja? Tolong selamatkan adikku.”
“ Dia telah memberikan obat penawarnya padamu. Ruang penyimpanan obat telah di acak-acak oleh seseorang dan hanya ada satu obat yang tersisa.” Aku merasa sangat bersalah. “ Apa yang kau lakukan bodoh? Kenapa kau memberikannya padaku?”
“ Ka..rena aku... I..ngin menebus ke...salahan..ku” dengan terbata-bata Sean berusaha untuk mengucapkannya. Setelah ia berhasil mengucapkannya ia menutup kedua matanya. “ Sean? Ku mohon sadarlah Sean. Jangan tinggalkan aku. Aku belum sempat meminta maaf padamu.”
“ Tenanglah dia belum mati. Dia hanya pingsan karena kehabisan nafas” Queen Narsilia menggunakan sihir peri daun pada Sean. Ini sudah melebihi batasku. Aku sudah tidak tahan melihat semua ini. “ Cepat katakan apa yang kau rencanakan! Apa tujuanmu memberi racun pada makanan kami dan menghancurkan ruang penyimpanan obat?” aku membidikkan panahku pada pelayan yang dikatakan oleh Talejia adalah dalang dibalik semua ini. “ Jangan arahkan senjatamu pada bangsamu sendiri.” Alicia mencoba menghentikanku. “ Sebenarnya apa yang kau fikirkan? Kau mengira dia adalah pelaku dibalik semua ini?” kata Resilia. “ Talejia memberi tahuku dia akan melakuan sesuatu yang buruk. Kalau di fikir-fikir bukankah ini aneh? Dia yang menyiapkan makanan untuk kita semua bukan? Tiba-tiba saja ia menghilang dan pada saat Xian dan Sean terkena semacam racun. Lalu ialah yang membawa penawar itu dan mengatakan ruangan penyimpanan obat telah diacak-acak oleh seseorang. Bukankah itu aneh? Semua menjadi masuk akal jika dia yang menaruh racun itu di makanan itu dan mengacak-ngacak ruang penyimpanan obat itu.”
“ Elena, apa benar yang dikatakan oleh Triana? Kau mencoba untuk membunuh kami?” Queen Narsilia mulai merasa curiga pada pelayannya itu. Elena tidak terlihat merasa bersalah sama sekali. Suara tertawa yang sangat puas terdengar dari pelayan itu “ Ya, semuanya benar. Kau saja yang terlalu bodoh membiarkan penghianat sepertiku masuk ke dalam istanamu.”
“ Tapi kenapa? Kenapa kau berusaha untuk membunuh kaummu sendiri?”
“ Kau tidak perlu mengetahuinya. Ini bukan sesuatu hal yang penting untuk kau ketahui. Karena ini saat bagimu untuk mati.” Banyak mahkluk aneh berterbangan masuk kedalam istana. Mereka mengeluarkan racun, api, es dan dapat Men-summon batu. Apakah ini mahluk yang diciptakan Dragon Followers untuk menghancurkan Kerajaan Elf? “ Ini tidak sesuai rencana. Tetapi itu sama sekali tidak masalah. Aku masih bisa membunuhmu Nerwin.”
“ Tidak akan kubiarkan tangan kotormu melukainya.” Alicia menembakkan panah sihirnya pada Elena yang sedang menunggangi salah satu mahluk aneh itu. Tetapi panah itu tidak mengenainya karena semburan api mahluk itu telah menghancurkan anak panahnya. “ Triana, bantulah kami. Lakukanlah tugas yang telah dilakukan oleh Cecilia.” Ini bukan saatnya untuk mempermasalahkan penolakan menjadi anggota Guardian Of Pledge. Yang terpenting untuk saat ini adalah melindungi Kerajaan Elf dari kehancuran. Aku berlari secepat yang kubisa untuk menghindari serangan mahluk itu, aku melompatinya sehingga aku bisa membidik Elena yang sedang menunggangi mahluk itu. Sebuah portal yang berada diatasku sudah siap menghujaniku dengan batu-batu besar. Aku menembakkan panahku yang sudah kuikatkan dengan tali pada mahluk itu sehingga aku bisa lolos dari hujan batu itu. Aku menarik talinya sehingga aku bisa berada di atasnya. Aku menendang Elena sekuat tenaga sehingga dia terlempar dari atas mahluk itu. “ Sekarang!” Resilia dan Alicia membidiknya dengan panah mereka. Panah sihir milik Alicia dan panah Resilia yang selalu tepat sasaran di tembakan pada Elena. Ia terjatuh dengan luka akibat serangan beruntun itu. Sepertinya mahluk itu dikendalikan oleh Elena. Mahluk itu berhenti menghancurkan istana setelah Elena terluka. Ini adalah kesempatan “ Hancurkan mahluk-mahluk itu!” Seru Queen Narsilia. Para prajurit memanah semua mahluk itu dengan ratusan panah yang tidak bisa dihindari oleh mahluk itu.
Aku bersama Alicia dan Resilia mengepung Elena yang tergeletak lemah karena serangan beruntun kami. Alisia dan Resilia suah siap menembakkan panah mereka kapanpun Elena melakukan gerakan yang mencurigakan. Aku juga melakukan hal yang sama. “ Kau tidak akan membunuhku. Kau masih membutuhkan obat penawar untuk menyembuhkannya bukan?” kata Elena. “ Kau tidak akan bisa menipu kami. Cepat menyerahlah!” paksaku. “ Apa ini yang kau sebut menipu?” Dia menunjukkan sebutir obat yang ia simpan di dalam saku seragam pelayannya. “ Cepat berikan itu padaku.”
“ Aku akan memberikannya padamu jika kau membantuku menghancurkan kerajaan ini.”
“ Triana, jangan dengarkan dia. Dia hanya ingin memanfatkanmu.” Resilia mencoba meyakinkanku. “ Sudah menyerahlah. Semua mahluk yang kau gunakan untuk menghancurkan kerajaan ini sudah kami habisi. Kau sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.” Alicia mulai kehabisan kesabarannya. “ Bagaimana Triana? Kau tertarik dengan penawaranku?” aku hanya bisa diam. Dia memiliki obat yang bisa menyembuhkan Sean. Apa aku bisa menghancurkan sesuatu yang sehrusnya aku lindungi? Tetapi bagaimana dengan Sean? Dia akan mati jika aku tidak mendapatkan obat itu. “ Jangan katakan kau  berniat untuk ikut di pihaknya demi mendapatkan obat itu.” Alicia mencurigaiku. “ Baiklah aku anggap kau menjawab tidak.” Elena menyebarkan serbuk halus berwarna hitam sehingga kami tidak bisa melihat apapun. “ Bukankah ini Racun Dark Elf?” Resilia menutup hidungnya setelah menyadari serbuk yang Elena sebarkan adalah Racun Dark Elf. “ Tapi bagaimana mungkin? Dia tidak terlihat seperti Dark Elf.” Sanggahku. Sebuah tendangan yang sangat keras mengenai perutku dan membuatku terpental dari kabut yang terbuat dari racun itu. Resilia dan Alisia juga mengalami hal yang sama. Perlahan kabut beracun itu mulai menipis dan menghilang. Kini Elena yang semula terlihat seperti Peri Daun berubah menjadi Dark Elf yang memakai pakian merah dan mengenakan tudung.
“ Bagaimana kau bisa berubah menjadi peri daun?” aku tidak pernah mengetahui ada Elf yang bisa melakukan hal itu. “ Mudah saja, aku hanya menggunakan ramuan untuk merubah penampilanku. Aku perlu berterima kasih pada rekanmu yang telah kubunuh dengan racun itu.”
“ Kau menggunakan Cecilia untuk bahan ramuanmu?”
“ Kurasa kau tidak sebodoh yang kukira.”
Resilia menembakkan panahnya pada kaki Elena. Ini adalah kesempatanku untuk menyerangnya. Aku menyerangnya dengan serangan beruntun. Aku menendangnya sehingga ia melayang di udara, Resilia menghujaninya dengan ratusan panah dan Alicia menembakan panah sihir terkuatnya. Semua serangan itu mengenai Elena. Aku melompat dan menendangnya hingga ia membentur tanah dan tanah yang berada di bawahnya retak. Aku membidiknya dengan panahku “ Ya. Bunuh saja aku. Lampiaskan seluruh kemarahanmu padaku, Pembunuh.”
“ Aku tidak akan membunuhmu.” Aku mencari obat itu di dalam sakunya. Obat itu sedikit hancur karena terkena serangan kami. Kurasa itu tidak masalah, selama aku masih memiliki obat itu Sean masih bisa diselamatkan “ Aku serahkan Elena pada kalian.” Aku segera meninggalkan Elena pada Alicia dan Resilia. “ Menyerahlah! Kau sudah tidak bisa melawan lagi.” Gertak Alicia. Hanya sebuah senyuman sengit yang terlukiskan di wajah Elena “ Apa kau yakin?”
“ Sean. Bertahanlah, aku telah mendapatkan obatnya.” Aku segera mengambil segelas air dan meminumkan obatnya pada Sean yang tak sadarkan diri dan berada di pangkuan Xian. Ia terlihat sangat panik. Dialah orang yang paling panik saat melihat keadaan Sean. Teriakan Alicia terdengar dan disusul dengan suara teriakan Resilia. Mereka berdua tergeletak di atas lantai. Elena hanya berdiri dengan santai di antara mereka. Ia membawa sebuah busur panah. Tapi, sejak kapan ia memilikinya? Dalam sekejap mata ia telah berdiri tepat didepanku. “ Apa kau fikir ramuan yang ku buat hanya untuk merubah penampilanku menjadi peri daun saja?” Ia menendangku sehingga aku terpental ke atas, ia melompat dan menendangku sehingga aku terlempar dan membentur tembok. “ Ternyata ini rasanya menjadi peri daun? Kali ini kita baru seimbang.”
“ Kau juga memiliki kekuatan Cecilia?” ia berlari lebih cepat dari angin. Aku bahkan tidak bisa melihat pergerakannya. Yang kudapatkan hanyalah tendangan dan pukulan dari berbagai arah dan aku tidak bisa menangkisnya. Tendangan terakhirnya mengantarkanku pada sisi sebrang ruangan ini. Benturan keras ini memberikan luka memar pada dahiku. Senyuman puas terlukis di wajah Elena. Dalam sekejap ia sudah berada dihadapanku, ia membidikku dengan panahnya “ Sekarang matilah kau!” aku sudah tidak bisa bergerak lagi. Seluruh tubuhku terasa sakit karena banyak serangannya yang mengenaiku dan membuat tubuhku terluka. Apa aku akan mati disini? Aku sudah tidak bisa menghindari serangannya lagi. Aku hanya bisa memejamkan kedua mataku.
Sebuah suara besi yang saling bersentuhan. Apa panah itu terhalang sesuatu dan tidak mengenaiku? Saat aku membuka kedua mataku aku melihat Xian menampis panah Elena dengan pedangnya. “ Aku tidak akan membiarkanmu berbuat lebih dari ini.” Xian mengayunkan pedangnya pada Elena. Dengan mudahnya ia menghindari serangan itu. Ia menembakkan panahnya pada Xian. Xian menempisnya dengan pedangnya, tetapi saat pedang itu sudah tidak menutupi wajahnya kaki Elena sudah siap untuk mendarat di wajah Xian. Aku memanahnya sebelum ia mengenai Xian. Panahku mengenainya sehingga ia terjatuh ke lantai. Sebuah hentakan besar membuat lantai dibawahnya retak dan membuatnya melayang di udara. “ Sean?”
“ Bersiaplah untuk serangan selanjutnya” sebuah panah yang di beri sihir mengenai Elena. “ Sekarang giliranmu Resilia” ia menembakkan puluhan panah yang sudah pasti tidak akan bisa di hindari oleh Elena. Xian menyerang dengan sihir pedangnya. “ Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan kerajaan ini.” Aku melompat dan menghentakkan kakiku pada tubuhnya. Hentakan itu membuat retakan yang lebih luas dari sebelumnya. Aku melompat menjauhinya. “ Ini masih belum berakhir. Aku akan kembali dan menghancurkan kerajaan ini.”
“ Kami tidak akan membiarkanmu lolos.” Alicia dan Resilia mengikat kedua tangan Elena sehingga ia tidak akan bisa lari kemanapun. Untuk saat ini keadaan sudah aman. Sean juga sudah tidak dalam pengaruh racun. Akhirnya aku bisa merasa lega. Aku melepaskan busur panahku dan duduk dengan menyelonjorkan kedua kakiku. Rasa sakit akibat pertarungan ini terasa di seluruh tubuhku. Banyak sekali luka memar karena benturan keras dengan lantai. Aku sudah tidak kuat lagi menopang tubuhku. Aku merebahkan tubuhku dan melihat ke langit-langit ruangan ini. Suara yang simpang siur terdengar di telingaku. Aku memejamkan kedua mataku dan berusaha untuk tidak mendengar suara-suara itu. Membuat kedamaian sesaat untuk diriku sendiri. “ Akhirnya semuanya telah berakhir”
Seseorang merusak kedamaianku dengan menaruh kepalaku di atas pangkuannya. “ Apa kau tidak apa-apa?” ternyata dia adalah Xian. “ Bagaimana kelihatannya?”
“ Kau terlihat lemah”
“ Ya, begitulah yang kurasakan.”
“ Terima kasih kau telah menyelamatkanku dan juga Sean.”
“ Haha, itu tidak sebanding dengan apa yang telah kau lakukan padaku selama ini.”
“ Apa yang kau bicarakan?”
“ Terima kasih Xian.”
“ Sebenarnya aku kurang mengerti, tapi baiklah.”
“ Triana, apa kau baik-baik saja?” Queen Narsilia menghampiriku saat aku sama sekali tidak bisa bergerak. “ Ma.. maafkan aku tuan putri aku tidak bisa..”
“ Tenanglah. Kau tidak perlu seperti itu dihadapanku sekarang.” Ia mengobatiku dengan sihir peri daun. Ia memandangku dengan ekspresi yang sangat sulit di tebak. Apakah dia akan marah padaku karena aku menghancurkan seluruh istana? “ Maafkan aku. Aku telah merusak Istana ini.”
“ Apa yang kau katakan? Aku tidak mungkin marah padamu karena kau menyelamatkan Kerajaan Elf dari kehancuran.” Aku tersenyum lega mendengarnya. “ Jadi.. bagaimana? Kau telah menemukan jawabannya?”
“ Kurasa, aku sudah menemukannya. Tapi ini sangat berat bagiku. Aku tidak bisa berpisah dengan Xian dan yang lainnya.”
“ Jadi itu yang membuatmu ragu mengambil keputusan?”
“ Ya.”
“ Aku telah memberi tahumu apa arti Talejia bagiku bukan? Kita semua terikat. Kami semua terikat didalam suatu ikatan. Talejia akan memberitahumu jika kami membutuhkanmu.”
“ Jadi. Maksudmu aku bisa tidak tinggal di Kerajaan?”
“ Kau bisa datang kemari kapanpun. Tetapi jika kami membutuhkanmu cepatlah datang kemari.”
“ Terimakasih.” Sebuah senyuman manis terlukis diwajahnya. Ia memerintahkan para prajuritnya untuk membawaku ke ruang perawatan. Ya, ini adalah tempat yang tepat untukku saat ini. Mereka mengobati semua lukaku dan menyuruhku untuk tetap tinggal di sini untuk beberapa hari kedepan. Yang membuatku tidak ingin berlama-lama di sini adalah ruangan besar ini hanya dihuni olehku seorang. Malam-malamku berlalu dengan keheningan yang membunuhku. Meskipun Xian dan Sean sering kali menjengukku tetapi tetap saja. Terasa sunyi dan hampa.
Hari ini berbeda dengan biasanya. Alicia dan Resilia datang untuk menjengukku. Mereka membawa seikat bunga dan sekeranjang buah-buahan seperti yang orang lakukan saat menjenguk seseorang yang sedang sakit pada umumnya. Ya, hal ini bisa sedikit mengobati rasa kesepianku. “ Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?” Alicia meletakkan seikat bunga itu pada sebuah pot yang ada di atas meja. “ Ya, aku sudah merasa lebih baik.”
“ Apa kau berencana untuk pergi setelah kau sembuh?” Resilia mengupas buah-buahan yang ia bawakan untukku. “ Ya. Aku akan kembali ke desa Calderock. Aku telah membeli sebuah rumah disana.”
“ Oh.. begitu? Jadi... kau menolak menjadi Guardian Of pledge?”
“ Sayang sekali. Padahal serangan kombinasi kita sangat hebat. Peranmu bahkan lebih baik dari pada saat kami bersama Cecilia.” Alicia duduk di sebelah Resilia setelah meletakan bunga itu ke dalam pot. “ Queen Narsilia tidak memberi tahu kalian?”
“ Tentang apa?”
“ Sekarang aku salah satu dari kalian.”
“ Apa?” mereka mengatakannya bersamaan. Keheningan berubah menjadi jeritan yang mengejutkan. Tak ku sangka mereka akan seterkejut ini. “ Ya..yang benar saja? Padahal sebelumnya kau benar-benar tidak ingin bergabung dengan kami. Apa yang merubah fikiranmu?” kata Alicia dengan ekspresi yang tidak berubah. “ Entahlah. Aku hanya merasa aku harus bergabung dengan kalian.”
“ Dengan kata lain kau akan tinggal disini bukan? Aku akan menyiapkan sebuah kamar untukmu. Kebetulan kamar kami berdua bersebelahan dengan kamar itu. Ini akan sangat menyenangkan.”
“ Maaf, tapi aku tidak akan tinggal disini.”
“ Tapi bukankah kau sudah menjadi Guardian Of Pledge? Bukankah seharusnya kau tinggal di Istana dan menjaga Tree Of Life?”
“ Aku telah membicarakan hal ini dengan Queen Narsilia. Aku tetap akan datang disaat kalian membutuhkanku. Kita semua terhubung dengan Talejia. Lagi pula jangan remehkan kecepatanku.”
“ Baiklah, setidaknya kau sudah mau bergabung dengan kami. Jarak bukanlah masalah.”
“ Oh iya. Aku hampir lupa. Kapan kau bisa keluar dari sini?” Resilia memberiku buah-buahan yang telah ia kupas. “ Perawat memberitahuku aku sudah bisa keluar dari sini dan pulang besok pagi.”
“ Baiklah kalau begitu. Istirahatlah yang cukup. Kami tidak bisa berlama-lama disini. Kami harus kembali menjaga Tree Of Life.”
“ Terimakasih sudah datang menjengukku. Berhati-hatilah.” Mereka berdua melambaikan tangan dan berjalan keluar dari ruangan ini. Aku kembali merebahkan diriku dan menutup kedua mataku. Waktu serasa berjalan lebih cepat. Matahari telah terbit dari ufuk timur. Para perawat berdatangan untuk mempersiapkanku yang telah selesai menjalani masa penyembuhan. Aku merasakan tubuhku telah kembali seperti semula. Kali ini aku mengenakan seragam yang telah mereka siapkan untukku. Seragam Guardian Of Pledge. Aku melihat diriku didalam sebuah cermin yang terdapat pada ruang kamar yang mereka sediakan untukku. Kurasa tidak buruk. Aku mengambil busur panahku yang telah lama tergeletak di atas meja. Ya aku sudah siap.
Queen Narsilia dan yang lainnya telah bersiap untuk prosesi penobatanku sebagai Guardian Of Pledge. Semua master yang telah membantuku juga hadir disini. Aku tidak menyangka acara penobatanku akan semeriah ini. Sudah lama aku tidak melihat Elf sebanyak ini sejak kejadian itu. Banyak makanan-makanan lezat yang dihidangkan di atas meja yang sangat besar dan semua orang bebas untuk memakannya. Dan sudah pasti Sean dan Xian tak mau ketinggalan. Xian menaruh piring yang masih berisikan makanan dan menghampiriku setelah mengetahui aku telah keluar dari ruang perawatan. “ Bagamana keadaanmu?”
“ Aku sudah keluar dari ruang perawatan dan itu artinya aku sudah sembuh.”
“ Syukurlah. Kau tampak cantik berpakaian seperti ini.”
“ Sebenarnya aku merasa kurang nyaman dengan seragam ini. Seragam Alicia dan Resilia tertutup tetapi seragamku sedikit terbuka.”
“ Mungkin karena pergerakanmu jauh lebih lincah dari mereka.”
“ Yah, apa boleh buat.”
“ Kenapa kau tidak mengikat rambutmu?”
“ Oh ini? Aku lebih suka rambutku terurai seperti ini.”
“ Apa tidak apa-apa kau membiarkan rambutmu terurai? Apa tidak membatasi pergerakanmu?”
“ Tenang saja. Aku telah mencobanya.”
“ Ternyata ide bodoh adikku benar-benar telah merubahmu.”
Suara lonceng telah berbunyi, menandakan acara penobatanku sebagai Guardian Of Pledge telah di mulai. Semua orang telah berjajar rapih di sekitar ruangan ini dan aku berada di tengah mereka. Master Zegna maju menghampiriku “ Jadi apa pilihanmu?”
“ Wind Walker.” Master Zegna tersenyum dan dan memberiku sebuah hiasan berpermata hijau. Aku membungkukkan badanku dan Master Zegna memasangkannya di kepalaku. “ Dengan ini kau telah menjadi seorang Wind Walker.” Sorakan dan tepuk tangan para hadirin saling bersahutan. Suara itu terheti setelah Queen Narsilia berdiri dari tahtanya. Ia berjalan menghampiriku dengan langkah kakinya yang anggun. “ Triana,  bersediakah kau mengabdikan diri untuk melindungi Tree Of Life, melindungi Talejia, melindungi tujuan dan ikatan seluruh Elf?”
“ Aku bersedia, mengabdikan diriku untuk melindungi Tree Of Life.” Tangan kanan Queen Narsilia telah siap menggunakan sihir dan tangan kirinya menggenggam tangan kananku. Ia meletakkan tangan kanannya di punggung tangan kananku. Sebuah tanda terlukis ditangan kananku. Tanda yang menunjukkan bahwa aku adalah Guardian of Pledge “ Dengan ini kau telah resmi menjadi Guardian Of Pledge.” Suara sorakan kembali terdengar. Kali ini jauh lebih meriah dari pada sebelumnya. Para hadirin menebangkan berbagai macam bunga yang membuat seisi ruangan seperti sedang hujan bunga. Alicia dan Resilia berlari menghampiriku “ Selamat Triana. Kau sudah menjadi bagian dari kami.” Alicia memelukku erat-erat. “ Terimakasih Alicia”

“  Aku harap kita bisa berkerja sama melindungi Tree Of Life” kata Resilia. “ Sudahlah Resilia, jangan sok resmi begitu. Ayo kita nikmati pesta ini.” Alicia merangkul pundak Resilia. Ia hanya tersenyum melihat tingkah temannya. Queen Narsilia mempersilahkan para hadirin untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia. Tak lupa acara ini juga diiringi dengan alunan musik yang akan membuat para pendengarnya tidak ingin berhenti mendengarkannya. Pesta yang sangat meriah.
Pesta penobatanku telah berakhir. Aku, Xian dan Sean sudah bersiap untuk kembali ke desa Calderock. Kali ini Sean akan tinggal dengan Xian. Mereka yang awalnya selalu bertengkar kini terlihat lebih akrab. Syukurlah hubugan mereka menjadi lebih baik setelah kejadian itu. Kami sudah bersiap didepan gerbang ditemani dengan Alicia dan Resilia.
“ Tidak terasa ini sudah waktunya untuk berpisah.” Alicia terlihat sedih dengan perpisahan ini. Tak ku sangka di balik sikapnya yang selalu memaksa terdapat hati yang sangat lembut.“ Aku tidak pergi untuk selamanya. Aku akan tetap kembali kemari.”

“ Jagalah dirimu baik-baik. Sering-seringlah datang kemari.”
“ Tentu saja.”

“ Triana, jangan lupa. Kau harus kembali kesini jika kami membutuhkan bantuanmu.” Resilia menjabat tanganku.

 “ Aku akan kembali secepat yang kubisa. Sampai jumpa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<