Selasa, 02 Juni 2015

Days Of Darkness : Chapter 14


Jangan Seperti Ini
Dengan tatapan nanar ia memandang sebuah batu yang bertuliskan nama orang yang sangat ia sayangi. Ia membawa serangkai bunga di tangannya. Ia meletakan bunga didepan batu itu. Ia berjongkok dan mengusap batu nisan itu.

“ Maafkan aku Sean, aku tidak cukup kuat untuk melindungimu. Aku memang lemah. Padahal aku sudah berjanji pada ibu aku tidak akan membiarkanmu terluka. Aku harap kau mau memaafkan kakakmu ini. Aku akan terus melanjutkan perjalanan ini. Aku melakukan ini demi kau. Akan aku bawa kabar kemenangan saat aku kembali kemari. Jadi tunggulah.”
Xian berdiri dan kembali memandang batu yang bertuliskan nama adikknya itu. Ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Untuk sesaat ia melihat benda itu dengan tatapan sedih. Ia memejamkan matanya dan tersenyum. Ia mengenakan benda itu dikepalanya dan mengikatnya erat-erat.
“ Oh iya, aku akan menggunakan ikat kepalamu. Aku harap kau bisa melihat pertarunganku jika aku megenakannya. Semangat juangmu akan terus ada bersamaku.”
***
Triana hanya melihat Xian dari kejauhan. Ia tidak ingin mengganggu Xian, begitu juga yang difikirkan mereka semua. Ia memegang erat kedua tangannya dan berharap Xian tidak akan bersedih terlalu dalam sama seperti sebelumnya. Sampai-sampai ia harus diikat supaya ia tenang.
“ Sudahlah Triana, kau tidak perlu terlalu khawatir seperti itu. Xian akan baik-baik saja.” Resilia menyentuh pundak Triana dan menyadari kehawatirannya yang terlalu berlebihan.
“ Kita tidak bisa berlama-lama, tidak ada waktu lagi. Setiap satu detiknya sangat berharga. Terlambat sedikit saja bisa fatal akibatnya.” Eithan melipat tangannya dan memejamkan kedua matanya.
“ Setidaknya tunggulah Xian. Ini sangat berat baginya, ini tidak akan lama.” Bela Triana.
“ Lihat, dia berjalan kemari.” Angelina melihat ke arah Xian.
Xian berjalan kearah mereka dengan tenang sama seperti biasanya, seperti ia tidak memiliki beban apapun. Ia telah merasa lega. Setidaknya Sean sudah beristirahat dengan tenang, begitulah fikirnya. Ia berhenti dan menatap dengan pandangan penuh semangat.
“ Tunggu apa lagi? Ayo kita berangkat.”
“ Kau ini bicara apa? Kami yang seharusnya berkata begitu. Kami disini sudah siap berangkat kapan saja.” Kata Angelina.
“ Kau... menggunakan ikat kepala Sean.” Kata Diandra heran.
“ Maksudmu ini? Ya aku memakainya, aku ingin semangat Sean terus ikut bersamaku.” Kata Xian dengan semangat. Diandra tersenyum mendengar perkataan Xian. Eithan juga merasa senang adikknya sudah bisa tersenyum.

“ Iya, inilah Xian yang aku kenal.” Kata Triana.
 “ Aku juga jadi ikut bersemangat. Rasanya seperti tidak ada yang tidak bisa kita lakukan.” Kata Kouichi.
“ Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita berangkat. Aku sudah tidak sabar mengemudi dengan kecepatan maksimum.” Kata Commelina.
“ Hati-hati, kalau terlalu cepat kita bisa menjelajah waktu.” Kata Imelda. Commelina hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya.
“ Ayo kita berangkat.”
***
Pria itu duduk di lantai dan bersandar di tembok, ia sedang berada di sebuah ruangan gelap dan kotor. Ia sedang terluka, ia merasakan rasa sakit akibat luka-luka yang tergores di tubuhnya. Keringatnya bercucuran. Ia melumuri lukanya dengan sebuah ramuan, ia merintih kesakitan akibat reaksi yang ditimbulkan ramuan itu. Ia memejamkan kedua matanya dan menyenderkan kepalanya. Ia berusaha mengatur nafasnya dan menahan rasa sakit yang ia rasakan. Ia berhasil melakuannya. Ia kembali membuka kedua matanya dan melihat luka itu. Ia menutupnya dengan perban. Ia kembali mengenakan pakaiannya dan bangkit dari duduknya. Pengobatannya telah selesai. Ia membaca sebuah mantra sambil mengangkat tangan kanannya. Sebuah portal terbuka dihadapannya. Ia melangkahkan kakinya dan hendak memasuki portal itu.
“ Kau ingin pergi kemana rambut api? Apa kau ingin menambah koleksi tato di tubuhmu?” seorang wanita berpakaian serba putih mencegah kepergiannya.
“ Ini bukan urusanmu. Pergilah dan urusi urusanmu sendiri.” Pria itu tetap meneruskan niatnya tanpa memperdulikan Iona.
“ Aku sama sekali tidak berniat untuk perduli padamu atau semacamnya. Aku juga tidak ingin kau mendengarkanku. Semua orang tahu kau adalah Karahan, adik seorang Sorceress terhebat. Tapi dengan luka seperti itu apa yang bisa kau lakukan?”
“ Aku hanya ingin bersiap, itu saja.” Senyuman kecil terulas di wajah Karahan, ia melangkahkan kakinya memasuki portal itu dan ikut menghilang bersamanya.
***
“ Kenapa kau menempatkan pesawatmu sangat jauh dari desa? Ini juga akan memperlambat kita. Ditambah lagi kau menutupinya dengan dedaunan dan tertutup sempurna. Bagaimana jika kau lupa dimana kau menaruhnya?” tanya Xian kesal. Sudah cukup jauh mereka berjalan tetapi masih belum menjumpai pesawat milik Commelina.
“ Tenanglah kak... aku punya alat pelacak, aku tidak akan kehilangan pesawatku.” Commelina menunjukkan alat yang ia maksud.
“ Terserah saja. Kalau sampai kau tidak bisa menemukannya jangan ajak aku mencarinya.”
“ Aku lebih suka melihat kakak pendiam seperti kemarin dari pada menjadi lelaki menyebalkan seperti ini.”
“ Apa kau bilang?”
“ Sudah-sudah. Jangan mempermasalahkan hal kecil seperti itu.” Triana menengahi.
“ Kau hebat sekali Kouichi. Meskipun kau kembali ke desa tapi Mastermu tidak menemukanmu.” Kata Alisa mengisi kekosongan.
“ Tentu saja. Itulah yang dimaksud sebagai Assassin, kami hidup didalam bayangan. Dia tidak akan bisa menemukan keberadaanku.” Jawab Kouichi dengan bangga.
“ Tapi kau juga masih belum bisa merasakan keberadaanku~nya.” Kouichi mendengar sebuah suara didekatnya.
“ Master? Tidak mungkin. Tapi dimana?”
“ Disini~nya.”
Kouichi terkejut melihat Shadow Nyang yang sedang duduk bersila di pundak kirinya. Kucing itu hanya tersenyum bangga dengan mata terpejam dan kedua tangan terlipat.
“ Tapi bagaimana mungkin?”
“ Itu baru yang dinamakan Assassin. Kau tidak bisa seenaknya memberikanku pada ayahmu dan meninggalkanku sendirian. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya untuk kedua kalinya. Lagi pula latihanmu masih belum membuahkan hasil. Kau gagal total~nya.”
“ Tidak mungkin. Padahal saat itu aku sudah hampir berhasil. Kau tidak bisa seenaknya menyatakan aku telah gagal.” Tiba-tiba saja Kouichi dan Shadow Nyang menegang. Mereka berdua melompat ke udara.
“ Awas bahaya!” teriak Kouichi. Tapi sudah terlambat untuk menyadarinya. Tangan dan kaki mereka terikat rantai yang tiba-tiba saja muncul dan tertarik kebawah sehingga mereka terjatuh keatas tanah. Tidak dengan Xian. Rantai itu menarikknya ke belakang sehingga tubuhnya membentur pohon dan tangannya terangkat ke atas.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Kouichi dan Shadow Nyang masih melayang diudara. Meskipun begitu bukan berarti dia telah terbebas dari serangan musuh. Sebuah portal membuka didepannya. Karahan keluar dari portal itu. Ia memanipulasi gravitasi sehingga tidak ada satupun dari mereka yang jatuh ketanah, mereka melayang diudara. Kouichi dibuat tidak bisa bergerak dengan mantranya.
“ Si..sial” Kouichi berusaha untuk bergerak tapi semua itu tidak merubah apapun.
“ Kita bertemu lagi bocah nakal.” Karahan meletakkan telapak tangannya pada dada Kouichi. Sebuah tanda sihir terbentuk, ia berteriak kesakitan karenanya. Karahan mengembalikan gravitasi seperti semula, Kouichi dan Shadow Nyang terjatuh ketanah. Kouichi tidak sadarkan diri. Mereka berdua juga ikut terikat dengan rantai.
Mereka semua berusaha melepaskan diri. Bagaimanapun itu tidak akan berhasil, itu bukan rantai biasa. Angelina menyadarinya, rantai itu adalah rantai sihir. Ia juga menyadari sesuatu. Pada cuaca panas dan terik seperti ini turun salju. Pengguna sihir ini bukan orang biasa.
“ Membosankan. Ternyata menangkap serangga pengganggu seperti mereka bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Mudah sekali mereka tertangkap.” Iona melangkahkan kakinya mendekati mereka dengan anggun. Setiap langkah kakinya diiringi dengan turunnya butiran salju.
“ Elemental? Baru pertama kalinya aku melihat salju di siang bolong seperti ini.” Kata Angelina.
Iona memandang sinis Angelina. Ia mendekati Angelina dan menginjak kepalanya.
“ Hentikan.” Teriak Eithan.
“ Lihat, pria tampan itu mencemaskanmu. Padahal aku hanya ingin bersenang-senang denganmu.” Kata Iona. Angelina berusaha untuk membakarnya, tetapi Iona dengan mudah memadamkannya. Hanya dengan menjentikkan jari tangannya api yang ia ciptakan padam oleh hembusan salju yang dingin.
“ Jangan macam-macam, jika kau masih ingin hidup diamlah dan menurutlah seperti seekor anjing kecil yang menuruti perintah pemiliknya. Jangan samakan aku dengan Sorceress rendahan sepertimu. Aku jauh lebih terhormat jika dibandingkan denganmu.”
Diandra memberatkan grafitasi di sekitar Iona. Hal itu tidak terlalu berpengaruh pada Iona. Ia hanya bergerak sedikit karena terkena sihir itu. Ia memandang marah Diandra. Diandra melemparinya dengan sebuah batu besar yang ada didekatnya dengan menggunakan gelombang. Iona hanya sedikit bergeser untuk menghindarinya. Dengan mudah Iona berjalan keluar dari wilayah sihir gravitasi Diandra.
“ Diamlah kau tikus kecil.” Iona mengangkat tangan kanannya dan membuat bola salju di tangannya. Ia melangkah mendekati Diandra. “ Kalian semua berisik sekali. Aku akan membuat kalian semua diam. Dan aku akan memulainya dari kau.”
“ Diandra bertahanlah. Aku akan menolongmu.” Xian berusaha melepaskan diri dari rantai yang mengikatnya. Seorang wanita mendarat tepat didepannya. Wanita berambut pirang dengan sebuah pedang di pinggangnya. Wanita yang sangat ingin ia bunuh karena apa yang telah wanita itu lakukan pada Sean “ Kau...”
Wanita itu mendekati Xian. Ia berniat untuk mencium Xian. Xian menghindar dan menendang wanita itu sehingga ia terdorong kebelakang.
“ Aku akan membunuhmu. Aku tidak membiarkanmu hidup setelah apa yang kau perbuat pada Sean.” Kata Xian.
Aisha tertawa mendengarnya. Ia mengarahkan tangannya pada Xian, sebuah rantai mengikat kedua kaki Xian. Ia kembali mendekati Xian, wajahnya sangat dekat dengan wajah Xian. Ia meraba wajah Xian dengan lembut. Tubuh Xian membeku seketika.
 “Wajahmu sama dengannya, begitu juga suaramu. Hanya saja warna rambutmu yang berbeda. Itu tidak akan menjadi masalah. Aku rasa kau akan menjadi pengganti yang sempurna.” Aisha mengambil pedang Xian yang disimpan di balik punggungnya, ia melihat dengan seksama dan kagum dengan pedang itu. “ Apa yang bisa kau lakukan tanpa ini? Tidak ada. Jadi menurutlah. Aku ingin kau menjadi milikku. Aku rasa itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.”
“ Apa kau kira aku akan menyerahkan diriku begitu saja dan membiarkanmu menjadikanku sebagai bonekamu? Jangan pernah berharap.”
Aisha tersenyum. Senyuman manisnya berubah menjadi senyuman menakutkan. Tatapannya berubah, tatapan ingin membunuh itu kembali ia tunjukkan. Ia menusukkan pedang itu pada tubuh Xian. Pedang itu tertancap sangat dalam sehingga menembus pohon tempat Xian terikat. Xian batuk dan memuntahkan darah.
Aisha mendekatkan mulutnya pada telinga Xian “ Sayang sekali. Padahal akan lebih mudah jika kau ikut denganku. Kau tidak perlu merasakan rasa sakit itu.” Aisha melepaskan genggamannya pada pedang itu dan mundur beberapa langkah. Ia menyampirkan rambutnya yang menutupi wajahnya setelah menusuk Xian. “ Aku harap aku masih hidup melihat dunia ini berakhir. Setidaknya melihat teman-temanmu membeku dan tidak akan pernah bisa bergerak lagi.”
“ Apa?”
Aisha tertawa puas melihat reaksi Xian. Ia menggeser tubuhnya sehingga Xian bisa melihat Triana dan yang lainnya perlahan tertutup oleh bongkahan es.
“ Hentikan!” teriak Xian.
“ Apa yang akan kau lakukan? Kau akan menyelamatkan mereka? Lihatlah dirimu sendiri. Kau bahkan tidak memiliki kekuatan untuk melepaskan diri, untuk melawanku. Tapi jika kau ingin melihat pesta yang meriah datanglah ke Black Mountain lima hari dari sekarang. Akan ada hal yang sangat menarik disana. Mereka semua juga akan ada disana.” Aisha melepaskan rantai yang mengikat Xian sehingga Xian benar-benar tergantung pada pedangnya. Ia tidak mampu menahan rasa sakit itu.  “ Sampai jumpa. Aku akan menantimu disana. Aku harap kau masih hidup sayang.”
Xian berusaha untuk melepaskan pedang yang tertancap ditubuhnya. Tangannya gemetaran, ia tidak akan mampu melakukannya. Itu tidak mungkin. Ia tidak memiliki kekuatan untuk mencabut pedang itu dari pohon karena pedang itu tertancap sangat dalam. Rasa sakit yang luat biasa ia rasakan. Nafasnya memburu. Pandangannya mulai mengabur, ia mulai kehilangan kesadaran. Ia bisa benar-benar mati jika terus begini. Ia melihat teman-temannya yang sudah hampir membeku seutuhnya. Ia mengangkat tangannya dan berharap bisa menolong mereka. Ia tidak ingin mereka menerima nasib yang sama seperti Sean. Pandangannya sudah mulai gelap, ia menjatuhkan tangannya. Ia tidak sanggup untuk menggapai mereka.
“ Tidak... jangan sekarang. Jangan disini. Jangan seperti ini. Aku tidak boleh mati di sini.” Xian memegang pedangnya dan berusaha untuk melepaskan pedangnya. Ia berusaha mencabut pedangnya dari pohon itu, dari tubuhnya. “ Aku harus menyelamatkan...” tangan Xian terjatuh, ia menutup kedua matanya dan kehilangan kesadarannya.
***
Ia membuka kedua matanya yang sudah sangat lama tertutup rapat dengan perlahan. Ia segera merasakan sakit pada kepalanya, ia memegangi kepalanya karena ia tidaak tahan dengan rasa sakit yang ia rasakan. Ia tersadar ia tidak brada di tempat yang sama dengan tempat sebelumnya dimana ia terakhir kali menutup kedua matanya. Ia merasa terbaring cukup lama disana. Ia merasakan tubuhnya sedikit kaku. Ia beranjak dari tidurnya tanpa melepaskan tangannya dari kepalanya. Ia melepaskan pegangan tangannya dan melihat sekeliling. Ia terlonjak kaget, ia tidak percaya ia akan berada di tempat ini untuk kedua kalinya. Ruang hampa dimana hanya ada warna putih sepanjang mata memandang.
“ Tidak. Ini tidak mungkin. Bagaimana aku bisa berada disini? Apa ini artinya aku sudah...” Xian mulai putus asa. “ Triana. Dia dan yang lainnya masih berada di tangan musuh. Aku harus menyelamatkan mereka.”
“ Tenanglah sedikit, dasar berisik. Kau baru saja sampai disini, jangan membuat kegaduhan seperti itu. Kau tidak sendirian disini.”
Xian terlonjak kaget mendengar suara seseorang di tempat ini. Ia membalikkan badannya dan melihat orang yang berbicara padanya. Matanya membelalak karena ia tidak percaya dengan orang yang dilihatnya.
“ Se..Sean.”
“ Jangan kaget begitu. Wajahmu seperti melihat hantu saja. Tapi... bisa saja aku sudah jadi hantu. Tapi meskipun begitu aku tetap adikmu kan? Jadi jangan terkejut seperti itu.”
Xian menggigit bibir bawahnya. Ia menggenggam telapak tangannya erat-erat. Entah ia harus merasa senang atau merasa sedih bisa melihat adiknya kembali tersenyum padanya.
“ Hei. Kau ini kenapa? Apa kau tidak senang bisa meliahatku lagi?”
Xian berlari mendekati adiknya yang sekaligus kembarannya itu dan memeluknya erat-erat. Ia tidak mampu membendung air matanya lagi.
“ Hei. Ada apa ini? Sejak kapan kakakku Xian menangis?”
“ Aku... aku sangat senang aku bisa melihatmu lagi. Maafkan aku Sean, aku tidak mampu melindungimu. Andai saja aku lebih kuat kau tidak akan mati.”
Sean terkejut mendengar perkataan kakaknya. Ia hanya tersenyum kecil.
“ Kau ini bicara apa? Ini semua bukan salahmu. Aku sendiri yang ceroboh. Kalau saja Aisha tidak menemukanku dan berhasil kabur aku akan...”
Xian mempererat pelukannya “ Bodoh. Kau berhasil diculik karena aku tidak mampu melindungimu. Padahal ibu berpesan padaku sebelum ia meninggal. Jadilah kakak yang kuat dan lindungi adikmu. Tapi sekarang kau...”
“ Aku juga minta maaf. Aku tidak ada disaat ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Yang aku lakukan hanya berkeliaran dan mencari masalah. Tidak heran kau membenciku.”
“ Dasar bodoh. Aku sudah lama memaafkanmu. Itu adalah masa lalu. Jangan selalu merasa bersalah karena itu.”
“ Xian...” Sean kembali tersenyum dan membalas pelukkan kakaknya.
***
Matahari telah tenggelam. Siang telah berganti menjadi malam. Tubuh Xian masih tertancap dalam pada pedangnya dan tergantung di pohon itu, ia masih tidak sadarkan diri. Darahnya bercucuran dan membentuk danau darah kecil di bawah kakinya. Wajahnya pucat karena ia sudah banyak kehilangan darah.
Seseorang yang tengah berjalan sendirian di tengah hutan tanpa sengaja melihatnya dengan keadaan mengenaskan seperti itu. Ia medekati Xian. Ia menyentuh leher Xian, memeriksa apakah masih ada detak jantung. Ia mendekatkan telinganya pada wajah Xian. Ia mundur beberapa langkah dan menggenggam gagang pedang yang menusuk tubuh Xian. Dengan mudah ia melepaskan pedang itu. Xian terjatuh ketanah begitu saja. Orang itu membalikkan tubuh Xian. Ia meletakkan tangannya di atas luka tusuk Xian. Sebuah cahaya terang muncul dari balik tangannya. Sebuah senyuman terlukis di wajahnya. Ia menyampirkan rambut Xian yang menutupi wajahnya. Orang itu berdiri, melihat bintang yang bertaburan dilangit.
“ Ternyata sudah dimulai.”

2 komentar:

  1. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus
  2. Assalamualaiku wr. Wb.
    Selamat malam para pembaca semuanya.
    Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
    Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
    Terimakasih
    RDSawako

    BalasHapus

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<