Jangan Seperti Ini
Dengan
tatapan nanar ia memandang sebuah batu yang bertuliskan nama orang yang sangat
ia sayangi. Ia membawa serangkai bunga di tangannya. Ia meletakan bunga didepan
batu itu. Ia berjongkok dan mengusap batu nisan itu.
“
Maafkan aku Sean, aku tidak cukup kuat untuk melindungimu. Aku memang lemah.
Padahal aku sudah berjanji pada ibu aku tidak akan membiarkanmu terluka. Aku
harap kau mau memaafkan kakakmu ini. Aku akan terus melanjutkan perjalanan ini.
Aku melakukan ini demi kau. Akan aku bawa kabar kemenangan saat aku kembali
kemari. Jadi tunggulah.”
Xian
berdiri dan kembali memandang batu yang bertuliskan nama adikknya itu. Ia
mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Untuk sesaat ia melihat benda itu
dengan tatapan sedih. Ia memejamkan matanya dan tersenyum. Ia mengenakan benda
itu dikepalanya dan mengikatnya erat-erat.
“ Oh
iya, aku akan menggunakan ikat kepalamu. Aku harap kau bisa melihat
pertarunganku jika aku megenakannya. Semangat juangmu akan terus ada
bersamaku.”
***
Triana
hanya melihat Xian dari kejauhan. Ia tidak ingin mengganggu Xian, begitu juga
yang difikirkan mereka semua. Ia memegang erat kedua tangannya dan berharap
Xian tidak akan bersedih terlalu dalam sama seperti sebelumnya. Sampai-sampai
ia harus diikat supaya ia tenang.
“
Sudahlah Triana, kau tidak perlu terlalu khawatir seperti itu. Xian akan
baik-baik saja.” Resilia menyentuh pundak Triana dan menyadari kehawatirannya
yang terlalu berlebihan.
“ Kita
tidak bisa berlama-lama, tidak ada waktu lagi. Setiap satu detiknya sangat
berharga. Terlambat sedikit saja bisa fatal akibatnya.” Eithan melipat
tangannya dan memejamkan kedua matanya.
“
Setidaknya tunggulah Xian. Ini sangat berat baginya, ini tidak akan lama.” Bela
Triana.
“
Lihat, dia berjalan kemari.” Angelina melihat ke arah Xian.
Xian
berjalan kearah mereka dengan tenang sama seperti biasanya, seperti ia tidak
memiliki beban apapun. Ia telah merasa lega. Setidaknya Sean sudah beristirahat
dengan tenang, begitulah fikirnya. Ia berhenti dan menatap dengan pandangan penuh
semangat.
“
Tunggu apa lagi? Ayo kita berangkat.”
“ Kau
ini bicara apa? Kami yang seharusnya berkata begitu. Kami disini sudah siap
berangkat kapan saja.” Kata Angelina.
“
Kau... menggunakan ikat kepala Sean.” Kata Diandra heran.
“
Maksudmu ini? Ya aku memakainya, aku ingin semangat Sean terus ikut bersamaku.”
Kata Xian dengan semangat. Diandra tersenyum mendengar perkataan Xian. Eithan
juga merasa senang adikknya sudah bisa tersenyum.
“ Iya,
inilah Xian yang aku kenal.” Kata Triana.
“ Aku juga jadi ikut bersemangat. Rasanya
seperti tidak ada yang tidak bisa kita lakukan.” Kata Kouichi.
“ Kalau
begitu tunggu apa lagi, ayo kita berangkat. Aku sudah tidak sabar mengemudi
dengan kecepatan maksimum.” Kata Commelina.
“
Hati-hati, kalau terlalu cepat kita bisa menjelajah waktu.” Kata Imelda.
Commelina hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya.
“ Ayo
kita berangkat.”
***
Pria
itu duduk di lantai dan bersandar di tembok, ia sedang berada di sebuah ruangan
gelap dan kotor. Ia sedang terluka, ia merasakan rasa sakit akibat luka-luka
yang tergores di tubuhnya. Keringatnya bercucuran. Ia melumuri lukanya dengan
sebuah ramuan, ia merintih kesakitan akibat reaksi yang ditimbulkan ramuan itu.
Ia memejamkan kedua matanya dan menyenderkan kepalanya. Ia berusaha mengatur
nafasnya dan menahan rasa sakit yang ia rasakan. Ia berhasil melakuannya. Ia
kembali membuka kedua matanya dan melihat luka itu. Ia menutupnya dengan
perban. Ia kembali mengenakan pakaiannya dan bangkit dari duduknya.
Pengobatannya telah selesai. Ia membaca sebuah mantra sambil mengangkat tangan
kanannya. Sebuah portal terbuka dihadapannya. Ia melangkahkan kakinya dan
hendak memasuki portal itu.
“ Kau
ingin pergi kemana rambut api? Apa kau ingin menambah koleksi tato di tubuhmu?”
seorang wanita berpakaian serba putih mencegah kepergiannya.
“ Ini
bukan urusanmu. Pergilah dan urusi urusanmu sendiri.” Pria itu tetap meneruskan
niatnya tanpa memperdulikan Iona.
“ Aku
sama sekali tidak berniat untuk perduli padamu atau semacamnya. Aku juga tidak
ingin kau mendengarkanku. Semua orang tahu kau adalah Karahan, adik seorang
Sorceress terhebat. Tapi dengan luka seperti itu apa yang bisa kau lakukan?”
“ Aku
hanya ingin bersiap, itu saja.” Senyuman kecil terulas di wajah Karahan, ia
melangkahkan kakinya memasuki portal itu dan ikut menghilang bersamanya.
***
“
Kenapa kau menempatkan pesawatmu sangat jauh dari desa? Ini juga akan
memperlambat kita. Ditambah lagi kau menutupinya dengan dedaunan dan tertutup
sempurna. Bagaimana jika kau lupa dimana kau menaruhnya?” tanya Xian kesal.
Sudah cukup jauh mereka berjalan tetapi masih belum menjumpai pesawat milik
Commelina.
“
Tenanglah kak... aku punya alat pelacak, aku tidak akan kehilangan pesawatku.”
Commelina menunjukkan alat yang ia maksud.
“
Terserah saja. Kalau sampai kau tidak bisa menemukannya jangan ajak aku
mencarinya.”
“ Aku
lebih suka melihat kakak pendiam seperti kemarin dari pada menjadi lelaki
menyebalkan seperti ini.”
“ Apa
kau bilang?”
“
Sudah-sudah. Jangan mempermasalahkan hal kecil seperti itu.” Triana menengahi.
“ Kau
hebat sekali Kouichi. Meskipun kau kembali ke desa tapi Mastermu tidak
menemukanmu.” Kata Alisa mengisi kekosongan.
“ Tentu
saja. Itulah yang dimaksud sebagai Assassin, kami hidup didalam bayangan. Dia
tidak akan bisa menemukan keberadaanku.” Jawab Kouichi dengan bangga.
“ Tapi
kau juga masih belum bisa merasakan keberadaanku~nya.” Kouichi mendengar sebuah
suara didekatnya.
“
Master? Tidak mungkin. Tapi dimana?”
“
Disini~nya.”
Kouichi
terkejut melihat Shadow Nyang yang sedang duduk bersila di pundak kirinya.
Kucing itu hanya tersenyum bangga dengan mata terpejam dan kedua tangan
terlipat.
“ Tapi
bagaimana mungkin?”
“ Itu
baru yang dinamakan Assassin. Kau tidak bisa seenaknya memberikanku pada ayahmu
dan meninggalkanku sendirian. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya untuk
kedua kalinya. Lagi pula latihanmu masih belum membuahkan hasil. Kau gagal
total~nya.”
“ Tidak
mungkin. Padahal saat itu aku sudah hampir berhasil. Kau tidak bisa seenaknya
menyatakan aku telah gagal.” Tiba-tiba saja Kouichi dan Shadow Nyang menegang.
Mereka berdua melompat ke udara.
“ Awas
bahaya!” teriak Kouichi. Tapi sudah terlambat untuk menyadarinya. Tangan dan
kaki mereka terikat rantai yang tiba-tiba saja muncul dan tertarik kebawah
sehingga mereka terjatuh keatas tanah. Tidak dengan Xian. Rantai itu
menarikknya ke belakang sehingga tubuhnya membentur pohon dan tangannya
terangkat ke atas.
Kejadian
itu berlangsung sangat cepat. Kouichi dan Shadow Nyang masih melayang diudara.
Meskipun begitu bukan berarti dia telah terbebas dari serangan musuh. Sebuah
portal membuka didepannya. Karahan keluar dari portal itu. Ia memanipulasi
gravitasi sehingga tidak ada satupun dari mereka yang jatuh ketanah, mereka
melayang diudara. Kouichi dibuat tidak bisa bergerak dengan mantranya.
“ Si..sial”
Kouichi berusaha untuk bergerak tapi semua itu tidak merubah apapun.
“ Kita
bertemu lagi bocah nakal.” Karahan meletakkan telapak tangannya pada dada
Kouichi. Sebuah tanda sihir terbentuk, ia berteriak kesakitan karenanya.
Karahan mengembalikan gravitasi seperti semula, Kouichi dan Shadow Nyang
terjatuh ketanah. Kouichi tidak sadarkan diri. Mereka berdua juga ikut terikat
dengan rantai.
Mereka
semua berusaha melepaskan diri. Bagaimanapun itu tidak akan berhasil, itu bukan
rantai biasa. Angelina menyadarinya, rantai itu adalah rantai sihir. Ia juga
menyadari sesuatu. Pada cuaca panas dan terik seperti ini turun salju. Pengguna
sihir ini bukan orang biasa.
“
Membosankan. Ternyata menangkap serangga pengganggu seperti mereka bukanlah
pekerjaan yang menyenangkan. Mudah sekali mereka tertangkap.” Iona melangkahkan
kakinya mendekati mereka dengan anggun. Setiap langkah kakinya diiringi dengan
turunnya butiran salju.
“
Elemental? Baru pertama kalinya aku melihat salju di siang bolong seperti ini.”
Kata Angelina.
Iona
memandang sinis Angelina. Ia mendekati Angelina dan menginjak kepalanya.
“
Hentikan.” Teriak Eithan.
“
Lihat, pria tampan itu mencemaskanmu. Padahal aku hanya ingin bersenang-senang
denganmu.” Kata Iona. Angelina berusaha untuk membakarnya, tetapi Iona dengan
mudah memadamkannya. Hanya dengan menjentikkan jari tangannya api yang ia
ciptakan padam oleh hembusan salju yang dingin.
“
Jangan macam-macam, jika kau masih ingin hidup diamlah dan menurutlah seperti
seekor anjing kecil yang menuruti perintah pemiliknya. Jangan samakan aku
dengan Sorceress rendahan sepertimu. Aku jauh lebih terhormat jika dibandingkan
denganmu.”
Diandra
memberatkan grafitasi di sekitar Iona. Hal itu tidak terlalu berpengaruh pada
Iona. Ia hanya bergerak sedikit karena terkena sihir itu. Ia memandang marah
Diandra. Diandra melemparinya dengan sebuah batu besar yang ada didekatnya
dengan menggunakan gelombang. Iona hanya sedikit bergeser untuk menghindarinya.
Dengan mudah Iona berjalan keluar dari wilayah sihir gravitasi Diandra.
“
Diamlah kau tikus kecil.” Iona mengangkat tangan kanannya dan membuat bola
salju di tangannya. Ia melangkah mendekati Diandra. “ Kalian semua berisik
sekali. Aku akan membuat kalian semua diam. Dan aku akan memulainya dari kau.”
“
Diandra bertahanlah. Aku akan menolongmu.” Xian berusaha melepaskan diri dari
rantai yang mengikatnya. Seorang wanita mendarat tepat didepannya. Wanita
berambut pirang dengan sebuah pedang di pinggangnya. Wanita yang sangat ingin
ia bunuh karena apa yang telah wanita itu lakukan pada Sean “ Kau...”
Wanita
itu mendekati Xian. Ia berniat untuk mencium Xian. Xian menghindar dan
menendang wanita itu sehingga ia terdorong kebelakang.
“ Aku
akan membunuhmu. Aku tidak membiarkanmu hidup setelah apa yang kau perbuat pada
Sean.” Kata Xian.
Aisha
tertawa mendengarnya. Ia mengarahkan tangannya pada Xian, sebuah rantai
mengikat kedua kaki Xian. Ia kembali mendekati Xian, wajahnya sangat dekat
dengan wajah Xian. Ia meraba wajah Xian dengan lembut. Tubuh Xian membeku
seketika.
“Wajahmu sama dengannya, begitu juga suaramu.
Hanya saja warna rambutmu yang berbeda. Itu tidak akan menjadi masalah. Aku
rasa kau akan menjadi pengganti yang sempurna.” Aisha mengambil pedang Xian
yang disimpan di balik punggungnya, ia melihat dengan seksama dan kagum dengan
pedang itu. “ Apa yang bisa kau lakukan tanpa ini? Tidak ada. Jadi menurutlah.
Aku ingin kau menjadi milikku. Aku rasa itu bukanlah hal yang sulit untuk
dilakukan.”
“ Apa
kau kira aku akan menyerahkan diriku begitu saja dan membiarkanmu menjadikanku
sebagai bonekamu? Jangan pernah berharap.”
Aisha
tersenyum. Senyuman manisnya berubah menjadi senyuman menakutkan. Tatapannya
berubah, tatapan ingin membunuh itu kembali ia tunjukkan. Ia menusukkan pedang
itu pada tubuh Xian. Pedang itu tertancap sangat dalam sehingga menembus pohon
tempat Xian terikat. Xian batuk dan memuntahkan darah.
Aisha
mendekatkan mulutnya pada telinga Xian “ Sayang sekali. Padahal akan lebih
mudah jika kau ikut denganku. Kau tidak perlu merasakan rasa sakit itu.” Aisha
melepaskan genggamannya pada pedang itu dan mundur beberapa langkah. Ia
menyampirkan rambutnya yang menutupi wajahnya setelah menusuk Xian. “ Aku harap
aku masih hidup melihat dunia ini berakhir. Setidaknya melihat teman-temanmu
membeku dan tidak akan pernah bisa bergerak lagi.”
“ Apa?”
Aisha
tertawa puas melihat reaksi Xian. Ia menggeser tubuhnya sehingga Xian bisa
melihat Triana dan yang lainnya perlahan tertutup oleh bongkahan es.
“
Hentikan!” teriak Xian.
“ Apa
yang akan kau lakukan? Kau akan menyelamatkan mereka? Lihatlah dirimu sendiri.
Kau bahkan tidak memiliki kekuatan untuk melepaskan diri, untuk melawanku. Tapi
jika kau ingin melihat pesta yang meriah datanglah ke Black Mountain lima hari
dari sekarang. Akan ada hal yang sangat menarik disana. Mereka semua juga akan
ada disana.” Aisha melepaskan rantai yang mengikat Xian sehingga Xian
benar-benar tergantung pada pedangnya. Ia tidak mampu menahan rasa sakit itu. “ Sampai jumpa. Aku akan menantimu disana. Aku
harap kau masih hidup sayang.”
Xian
berusaha untuk melepaskan pedang yang tertancap ditubuhnya. Tangannya
gemetaran, ia tidak akan mampu melakukannya. Itu tidak mungkin. Ia tidak
memiliki kekuatan untuk mencabut pedang itu dari pohon karena pedang itu
tertancap sangat dalam. Rasa sakit yang luat biasa ia rasakan. Nafasnya
memburu. Pandangannya mulai mengabur, ia mulai kehilangan kesadaran. Ia bisa
benar-benar mati jika terus begini. Ia melihat teman-temannya yang sudah hampir
membeku seutuhnya. Ia mengangkat tangannya dan berharap bisa menolong mereka.
Ia tidak ingin mereka menerima nasib yang sama seperti Sean. Pandangannya sudah
mulai gelap, ia menjatuhkan tangannya. Ia tidak sanggup untuk menggapai mereka.
“
Tidak... jangan sekarang. Jangan disini. Jangan seperti ini. Aku tidak boleh
mati di sini.” Xian memegang pedangnya dan berusaha untuk melepaskan pedangnya.
Ia berusaha mencabut pedangnya dari pohon itu, dari tubuhnya. “ Aku harus
menyelamatkan...” tangan Xian terjatuh, ia menutup kedua matanya dan kehilangan
kesadarannya.
***
Ia
membuka kedua matanya yang sudah sangat lama tertutup rapat dengan perlahan. Ia
segera merasakan sakit pada kepalanya, ia memegangi kepalanya karena ia tidaak
tahan dengan rasa sakit yang ia rasakan. Ia tersadar ia tidak brada di tempat
yang sama dengan tempat sebelumnya dimana ia terakhir kali menutup kedua
matanya. Ia merasa terbaring cukup lama disana. Ia merasakan tubuhnya sedikit
kaku. Ia beranjak dari tidurnya tanpa melepaskan tangannya dari kepalanya. Ia
melepaskan pegangan tangannya dan melihat sekeliling. Ia terlonjak kaget, ia
tidak percaya ia akan berada di tempat ini untuk kedua kalinya. Ruang hampa
dimana hanya ada warna putih sepanjang mata memandang.
“
Tidak. Ini tidak mungkin. Bagaimana aku bisa berada disini? Apa ini artinya aku
sudah...” Xian mulai putus asa. “ Triana. Dia dan yang lainnya masih berada di
tangan musuh. Aku harus menyelamatkan mereka.”
“ Tenanglah
sedikit, dasar berisik. Kau baru saja sampai disini, jangan membuat kegaduhan
seperti itu. Kau tidak sendirian disini.”
Xian
terlonjak kaget mendengar suara seseorang di tempat ini. Ia membalikkan
badannya dan melihat orang yang berbicara padanya. Matanya membelalak karena ia
tidak percaya dengan orang yang dilihatnya.
“
Se..Sean.”
“
Jangan kaget begitu. Wajahmu seperti melihat hantu saja. Tapi... bisa saja aku
sudah jadi hantu. Tapi meskipun begitu aku tetap adikmu kan? Jadi jangan
terkejut seperti itu.”
Xian
menggigit bibir bawahnya. Ia menggenggam telapak tangannya erat-erat. Entah ia
harus merasa senang atau merasa sedih bisa melihat adiknya kembali tersenyum
padanya.
“ Hei.
Kau ini kenapa? Apa kau tidak senang bisa meliahatku lagi?”
Xian
berlari mendekati adiknya yang sekaligus kembarannya itu dan memeluknya
erat-erat. Ia tidak mampu membendung air matanya lagi.
“ Hei.
Ada apa ini? Sejak kapan kakakku Xian menangis?”
“
Aku... aku sangat senang aku bisa melihatmu lagi. Maafkan aku Sean, aku tidak
mampu melindungimu. Andai saja aku lebih kuat kau tidak akan mati.”
Sean
terkejut mendengar perkataan kakaknya. Ia hanya tersenyum kecil.
“ Kau
ini bicara apa? Ini semua bukan salahmu. Aku sendiri yang ceroboh. Kalau saja
Aisha tidak menemukanku dan berhasil kabur aku akan...”
Xian
mempererat pelukannya “ Bodoh. Kau berhasil diculik karena aku tidak mampu
melindungimu. Padahal ibu berpesan padaku sebelum ia meninggal. Jadilah kakak
yang kuat dan lindungi adikmu. Tapi sekarang kau...”
“ Aku
juga minta maaf. Aku tidak ada disaat ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Yang
aku lakukan hanya berkeliaran dan mencari masalah. Tidak heran kau membenciku.”
“ Dasar
bodoh. Aku sudah lama memaafkanmu. Itu adalah masa lalu. Jangan selalu merasa
bersalah karena itu.”
“
Xian...” Sean kembali tersenyum dan membalas pelukkan kakaknya.
***
Matahari
telah tenggelam. Siang telah berganti menjadi malam. Tubuh Xian masih tertancap
dalam pada pedangnya dan tergantung di pohon itu, ia masih tidak sadarkan diri.
Darahnya bercucuran dan membentuk danau darah kecil di bawah kakinya. Wajahnya
pucat karena ia sudah banyak kehilangan darah.
Seseorang
yang tengah berjalan sendirian di tengah hutan tanpa sengaja melihatnya dengan
keadaan mengenaskan seperti itu. Ia medekati Xian. Ia menyentuh leher Xian,
memeriksa apakah masih ada detak jantung. Ia mendekatkan telinganya pada wajah
Xian. Ia mundur beberapa langkah dan menggenggam gagang pedang yang menusuk
tubuh Xian. Dengan mudah ia melepaskan pedang itu. Xian terjatuh ketanah begitu
saja. Orang itu membalikkan tubuh Xian. Ia meletakkan tangannya di atas luka
tusuk Xian. Sebuah cahaya terang muncul dari balik tangannya. Sebuah senyuman
terlukis di wajahnya. Ia menyampirkan rambut Xian yang menutupi wajahnya. Orang
itu berdiri, melihat bintang yang bertaburan dilangit.
“
Ternyata sudah dimulai.”

Assalamualaiku wr. Wb.
BalasHapusSelamat malam para pembaca semuanya.
Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
Terimakasih
RDSawako
Assalamualaiku wr. Wb.
BalasHapusSelamat malam para pembaca semuanya.
Saya, RDSawako, ingin memberitahukan bahwa akun g-mail saya telah dibajak oleh seseorang sehingga kepemilikan blog ini bukan lagi atas nama saya. Agak memalukan sih, karena akun gmail saya terbajak karena sebuah game on line. Tetapi jangan khawatir. RDSawako tidak hanya berhenti sampai disitu. RDSawako telah membuat blog baru yang sampai saat ini masih dalam tahap pembaruan yaitu http://rdsawakonew.blogspot.co.id
Mungkin ada beberapa orang yang berfikiran kalau RDSawako new ini adalah blog pembajak dari blog RDSawako. Saya bisa memaklumi itu. Tetapi karya ini adalah karya original milik saya dan sayalah satu-satunya penulis cerita ini. Saya sudah meng up-load serial Days Of Darkness : Chapter 21 di blog baru saya. Jika saya adalah yang palsu saya tidak akan mungkin meng up-load chapter lanjutan, padahal di blog ini baru di up-load chapter 20. Jika masih tidak percaya, silahkan ditunggu sampai tanggal satu, tanggal serial Days Of Darkness di rilis. Tolong beritahu pembaca lainnya tentang hal ini. RDSawako akan merasa sangat terbantu dengan sedikit kepedulian para pembaca
Terimakasih
RDSawako