Namaku adalah Angelina. Aku memiliki kekuatan khusus, aku dapat melakukan sihir padahal bukan keturunan pengendali sihir. Saat orangtuaku tahu tentang keahlianku mereka sangat terkejut. Orang tuaku telah mencoba memasukanku ke sekolah biasa tetapi aku sering mengeluarkan sihir aneh. Maklum karena aku belum dapat mengendalikannya. Akhirnya mereka menyekolahkanku di Sekolah Sihir, dimana semua anak yang memiliki bakat pengendali sihir dilatih.
Aku masuk sekolah itu sejak aku berumur 8 tahun.
Aku selalu dapat nilai sempurna dalam setiap mata pelajaran seperti membuat racun, time stop, menciptakan api dan es, teleportasi, dan lainnya. Aku selalu dapat memenangkan kejuaraan sihir yang diadakan. Hanya satu yang tidak aku miliki, teman.
Aku selalu dapat nilai sempurna dalam setiap mata pelajaran seperti membuat racun, time stop, menciptakan api dan es, teleportasi, dan lainnya. Aku selalu dapat memenangkan kejuaraan sihir yang diadakan. Hanya satu yang tidak aku miliki, teman.
Karena aku bukan dari keturunan penyihir tetapi memiliki keahlian diatas anak yang
lain, aku selalu dijauhi anak-anak yang lain. Itu yang membuatku menjadi gadis
yang sangat angkuh untuk menutupi rasa
kesepianku selama ini. Diantara mereka semua Diandra adalah orang yang paling
membenciku. Dia selalu mencoba menjadi sepertiku. Dia peringkat dua disekolah
setelahku. Tapi itu tidak membuatnya merasa puas. Saat ujian membuat ramuan ia
selalu ingin merusak ramuanku, dengan memasukan bahan-bahan yang akan membuat
ramuan itu meledak dan wajaku menjadi gosong.Tapi aku mengetahui semuanya. Tak
satupun rencananya berjalan lancar.
Suatu hari, diadakan ujian penguasaan elemen api. Karena
aku sangat terkenal dikalangan para guru, aku diberi kesempatan untuk menjalani
ujian itu terlebih dahulu. Bisa dibilang meski aku menguasai sihir Elemen dan
pengendalian waktu, aku lebih senang saat mengendalikan Elemen. Rasanya seperti
dapat mengendalikan kekuatan alam. Jadi ujian ini sangat mudah bagiku. “ Hah,
lihat si smart pants. Sok bisa melewati ujian ini. Ayo kita lihat siapa yang
lebih kuat?”, Diandra selalu mengejek disaat seperti ini, dia ingin sekali aku
gagal dan melihatnya mengalahkanku. Tentu saja aku tidak mendengarkan satupun
kata yang keluar dari mulutnya yang lebih tajam dari pedang itu.
Saat aku mengangkat tangan kananku dan bersiap mengucapkan
mantra, Diandra membekukan tanganku. “ Ini benar-benar sudah keterlaluan”, dia
sudah melewati batas. “ Ingin bertarung?”, Diandra keluar dari gedung melewati
kaca jendela. Akupun mengikutinya dan menerima tantangannya. Selama ini aku
hanya menahan amarah dan mencegah semua usahanya menggagalkan ku menjadi
lulusan terbaik. “ Apa selama ini kau masih belum puas telah mencoba menghalangiku?”,
aku menyalakan api ditanganku. “ haha... tidak akan sampai aku mengalahkanmu.
Mari kita lihat, Elemental atau Force user yang akan menang.”, batu
berterbangan disekeliling Diandra. “ Hah? Kurasa semua sudah tahu jawabannya.”.
Saat aku melemparkan api padanya dan ia akan menjatuhkan batu besar tepat
diatasku, para master menghentikan perkelahian kami. “ Sepertinya akan ada yang
mengisi ruang hukumanku”, sepertinya sudah alamat akan dikenakan hukuman.
Diandra telah keluar dari ruang guru. Sepertinya dia dapat
hukuman cukup berat, mati aku, bagaimana nasibku. “ Ini belum berakhir”, ia
melihatku dengan pandangan penuh dendam. “ Angelina, sepertinya kau dalam
masalah besar anak muda.”, master Cintia memanggilku. Aku memasuki ruang
tersebut. “ Kurasa kau tahu kenapa kau dipanggil kemari”, kepala sekolah
memulai pembicaraan. “ Ini semua bukan salahku. Dia membekukan tanganku saat
aku melakukan ujian pengendalian api.” . “ Aku tahu semua yang terjadi, tetapi
sayangnya kau dipanggil kesini bukan untuk masalah itu. Ini tentang latihan
lanjutanmu.” . “ Apa maksudmu?” . “ Seperti yang telah kau ketahui, kau telah
menguasai semua pelajaran yang diajarkan disekolah ini di usiamu yang masih 15
tahun. Semua murid disini bisa lulus setelah berumur 18 tahun.” . “ Lalu apa
yang menjadi masalah?”. “ Aku rasa kau akan segera aku luluskan dari sekolah
ini dan akan belajar tingkat lanjutan lebih awal.” . “ Tapi syarat untuk
latihan lanjutan itu adalah lulus secara resmi dari sekolah ini. Kau akan
meluluskanku lebih dahulu kan, bagaimana aku bisa masuk kesana?” . “ Kau tidak
akan masuk ke sana. Kau akan belajar dengan master terhebat yang ada di Mana
Ridge.” . “ Maksudmu Cintia? Jadi alsan dia ada disini adalah menjemputku untuk
latihan khusus ini. Tapi jelas semua ini ada alasannya kan? Kau tiba-tiba
meluluskanku dan mengirimku untuk belajar pada master Cintia.” . “ Kami
membutuhkan orang terbaik untuk mengejar gadis keturunan Ancient yang diculik.
“ . “ Aku tahu seberapa gawatnya jika Ancient diculik. Tetapi dia diculi oleh
siapa? Bukankah sudah ada penjaga untuk melindungi ancient? Bukankah masalah
ini sudah ada yang bertanggung jawab. Aku rasa kau tidak membutuhkanku.” . “
Ancient diculik oleh Dragon Followers. Mereka telah kewalahan menghadapi
situasi ini. Hanya para adventures yang bisa melakukannya.” . “ Apa kau yakin
aku sehebat itu? Banyak sorceress kuat di Mana Ridge. Tetapi kenapa harus aku?”
. “ Semua ini telah diramalkan. Seorang Sorceress hebat dari sepasang manusia
biasa akan menyelamatkan Ancient.” . “ Baiklah... apa boleh buat. Itu lebih
baik, dari pada aku harus berurusan dengan nenek sihir itu. Jadi kapan kita
akan mulai latihan?” . “ Kemasi semua barangmu. Kereta yang menjemputmu sudah
siap.” . “ wo.. tunggu. Tak ada upacara kelulusan untukku? Meskipun baru 15
tahun tapi aku sudah lulus kan?” . “ Bagaimana kau bisa memikirkan acara
murahan itu saat genting seperti ini?” . “ Ayolah.. ini permintaan terakhirku
menjadi murid di sekolah ini.” . “ Mungkin kita akan adakan pesta di ruang
hukuman.” . “ Haha... siapa yang butuh pesta? Belajar elemen jauh lebih
menyenangkan.” . “ Kembali keruanganmu.” . Menyebalkan jadi ini balas jasa atas
prestasi gemilangku selama menjadi murid di sekolah ini. Lebih baik aku pergi
daripada harus berhadapan dengan murid sok pintar itu.
“ Well, lihat siapa yang akan diusir dari sekolahan ini?
Haha”, ejek Diandra. Sudah tak dapat pesta kelulusan, aku harus merahasiakan
semuanya. Semua orang tidak tahu kelulusanku malah mereka hanya tahu aku
dikeluarkan dari sekolah. Ini sangat menyebalkan. “ Terserah apa katamu. Aku
sudah tidak peduli lagi.” . “ Jangan menyesal ya. Aku yang akan menjadi ratu
disekolah ini.”, aku hanya mendengarkan ocehannya yang lebih berisik dari
burung gagak dan menuju kamarku di asrama. Master Cintia menjemputku ke kamarku
dan mengajakku untuk segera meninggalkan sekolah ini. Sesaat sebelum menaiki
kereta kuda aku memandangi dengan seksama sekolah ini. Meskipun mendapat
perlakuan kurang baik oleh semua orang disekolah ini, tetapi tetap saja aku
akan sangat merindukan kenangan yang ada selama aku bersekolah disini. Master
Cintia menepuk bahuku dan mengajakku menaiki kereta. Inilah awal petualanganku.
“ Aaaaaaa, ada apa ini. Apa kita diserang?”, tidur nyenyaku
hilang saat gravitasi menghilang disekitar tempat tidurku. “ Kau ini bicara
apa? Aku hanya membangunkanmu tukang tidur.”, jawab master Cintia. “ Ada banyak
cara membangunkan orang, kenapa harus ini yang kau pilih? Aku lebih suka
disiram air.” . “ Cepat bersiap untuk latihan atau aku akan melakukannya lagi.”
. “ Baiklah, keluar dari kamarku”. Master Cintia keluar dari kamarku dan aku
menutup pintu dengan keras menggunakan gelombang.
“ Selamat pagi putri tidur?”, sapa Master saat aku datang
ke tempat latihan. “ Langsung saja pada intinya. Latihan apa yang akan aku dapat
hari ini?” . “ Hmm.. bagaimana jika kita mulai dengan pengenalan? Sampai dimana
pelajaran yang kau dapat disekolah?” . “ Aku akan memilih kelas lanjutan.” . “
Lalu, sihir mana yang lebih kau kuasai?” . “ Kau sudah tahu kan? Aku lulusan
terbaik. Tidak semua orang dapat lulus di usia muda sepertiku. Aku menguasai
semuanya dengan cepat.” . “ Sombong sekali kau. Bagaimana jika kita coba sampai
mana kemampuanmu dalam bertarung. Ini tidak akan seperti ujian rendahan yang
ada di sekolahmu. Anggap saja aku musuh yang akan membunuhmu. Aku tidak akan
mengalah segan-segan menyerangmu.”, master Cintia benar-benar serius.
Dia langsung menyerangku tanpa memberi aba-aba dimulai. Dia
benar-benar menyerangku tanpa ampun. Berbagai serangan api dan es ia luncurkan.
Aku hanya bisa menghindar. “ Apa kau hanya dilatih untuk menghindar?”. Aku
mencoba untuk menyerangnya “ Fire Flame Intohara”, aku malah terkena
serangannya. “ Kau mungkin mengusai berbagai macam mantra tetapi kau belum
pernah berada pada pertarungan yang sebenarnya. Itu sebabnya mereka menyuruhku
menjadi mastermu agar kau mendapatkan pelajaran yang tidak akan kau dapatkan
disekolah sihir lanjutan. Jangan bangga akan apa yang kau bisa sekarang.” . “
Sial... ini cuma latihan.” . “ Cepat bangun kau akan terbunuh jika terus
tergeletak ditanah.” . “ Apa kau tidak lihat tanganku terluka karena
seranganmu?” . “ Apa musuh akan berhenti menyerangmu jika kau terluka? Kau
hanya akan dibunuh. Cepat bangun anak manja!” . “ Jangan remehkan kemampuanku”,
aku membekukan kakinya dan menyerangnya dengan api. “ Tidak buruk.”, puji
Master. “ Tapi aku benar-benar butuh medis.”, tanganku tekena luka bakar karena
serangan api master. “ Baiklah... cukup untuk hari ini. Sembuhkan lukamu itu.”
. “ Kau tidak menyembuhkanku atau membawaku ke tabib?” . “ kau belajar ramuan
penyembuh kan?” . “ Aku hanya mempelajari ilmu bertarung.” . “ Baiklah pergi
kekamarmu. Akan aku buatkan ramuannya. Kau lebih baik belajar membuatnya. Kau
benar-benar membutuhkannya nanti.”
“ Bagaimana keadaanmu sudah membaik kan?”, master
menanyakan lukaku karena latihan kemarin. “ Masih terasa sakit, tapi
penyembuhannya lebih cepat dari biasanya.”, jawabku. “ Baiklah, kali ini kita
akan melanjutkan latihan kemarin.” . “ Tunggu dulu. Kemarin aku kan akan
memilih kelas lanjutan. Aku pikir mungkin akan lebih mudah kalau belajar
bertarung setelah menguasai mantra baru.” . “ Baiklah. Kau sudah tahu kelas
lanjutan itu apa saja kan?” . “ Elemental dan Force User.” . “ Jadi mana yang
kau pilih?” . “ Sebenarnya aku menguasai keduanya, tetapi aku fikir mungkin
akan lebih berguna jika menjadi elemental. Karena aku benci dark magic. Aku
lebih suka mengendalikan kekuatan alam.” . “ Jadi begitu? Ambilah buku di Perpustakaan
tentang sihir pengendalian elemen. Kau anak jenius kan? Akan lebih mudah jika
kau membaca buku itu terlebih dahulu.”
Sesampainya di Perpustakaan, aku langsung menuju rak buku
tentang sihir. Buku itu ada di rak paling atas. Aku menaiki tangga untuk
mengambilnya. Karena tangga itu sudah tua, saat aku mengambil buku itu tangga
itu rubuh. Kebetulan ada seorang lelaki yang tertimpa reruntuhannya. “ Apa kau
tidak apa-apa?”, tanyaku khawatir. “ Ya, bagaimana denganmu?” . “ Jatuh
setinggi itu tentu saja sakit.” . “ Haha, sini berikan tanganmu.” . “ Apa?
Jangan macam-macam kau!”, aku menyalakan api ditanganku. Ia tersenyum melihat
reaksiku “ Tanganmu terluka karena kau jatuh kan? Berikan tanganmu. Akan ku obati.”
. Aku memberikan tanganku dan ia mulai menyembuhkannya. “ Wow tidak terasa
sakit. Ini lebih cepat dari ramuan penyembuh master.” . “ Tentu saja, tidak ada
yang dapat menyembuhkan lebih cepat dari seorang Cleric.” . “ Kalau begitu
sembuhkan luka bakar ditanganku ini. Aku tidak bisa menahan rasa sakitnya.” . “
Dengan senang hati.”, ia juga menyembuhkan luka bakarku.
“Kau sedang mencari buku apa?”, tanya Cleric itu. “ Aku
mencari buku sihir pengendalian elemen. Sial sekali tangga tua itu rubuh saat
aku akan mengambil bukunya.” . “ Untuk siapa buku itu?” . “ Apa kau ini bodoh?
Tentu saja untukku belajar ilmu pengendalian elemen.” . “ Kau seorang
Sorceress?” . “ Apa aku tidak terlihat seperti itu?” . “ Bukan begitu maksudku,
bukannya Sorceress seusiamu masih belajar dalam sekolah dan tidak boleh keluar
dari asrama?” . “ Karena kejeniusanku aku diluluskan lebih awal dan dikirim ke
Master Cintia untuk belajar lebih lanjut.”, ia tertawa saat aku mengatakannya.
“ Ada yang lucu?”, ternyata orang ini sangat menyebalkan. “ Tidak. Hanya saja
aku kagum padamu. Tidak semua Sorceress bisa menjadi murid Master Cintia.” .
Baru pertama kalinya ada orang yang mengagumi kemampuanku, entah mengapa
rasanya jantungku berdegup kencang. “ Mau ku ambilkan bukumu?”, tanya Cleric
itu. “ Tadi kau bilang kau kagum padaku tapi kenapa sekarang kau meremehkan
kekuatanku? Aku bisa mengambilnya sendiri dengan sihirku” . “ Baiklah. Kita
sudah bicara sejak tadi tapi aku belum tahu namamu.” . “ Angelina.” . “ Wow
indah sekali.” . “ Aku sudah memberitahu namaku. Lalu siapa namamu?” . “ Eithan,
aku murid sekolah sihir didesa ini salam kenal. Aku harus pergi, sebentar lagi
pelajaran akan dimulai. Sampai jumpa.” . “ Tu..tunggu, terima kasih telah
menyembuhkan lukaku.” . “ Sama-sama.”
“ Kau lamban sekali seperti siput. Bagaimana kau akan
menang jika kau sangat lamban.”, master marah karena aku pergi terlalu lama. “
Aku hanya berkeliling desa.” . “ Pelajari dulu semua yang ada didalam buku itu
jenius. Kita akan memulai latihan lagi jika kau sudah siap.” . Aku hanya
mendengarkannya dan masuk ke kamarku. Semalaman aku membaca buku itu. Ternyata
tidak semudah yang kukira. Biasanya aku bisa menguasainya dalam satu malam. Tentu
saja ini tingkat lanjutan.
Keesokan harinya aku menuju ke tempat latihan. Aku tidak
datang bersama master, hanya ditemani buku dari perpustakaan yang mempertemukanku
dengan dia. Aku mulai latihan dengan elemen es, karena musim di Mana Ridge yang
bersalju sangat membantu latihan. Setelah membaca mantra di buku aku mulai
mempraktikannya. Tanpa tersadar seseorang memperhatikanku dari balik pohon. “
Siapa itu?”, aku membekukan daerah sekitar pohon tersebut. Ternyata aku
langsung bisa menguasai mantra tersebut. “ Hei.. ini aku Eithan, kita bertemu
di Perpustakaan kemarin. Apa kau lupa?”, ia terkejut karena telah membeku. “
Ternyata kau, tentu saja aku ingat. Apa yang kau lakukan disana. Ku kira kau
ini penguntit. Oleh karena itu aku membaca mantra. Aku harus bertrima kasih
padamu.” . “ Tidak usah dipikirkan, menyembuhkanmu itu adalah tugasku.” . “ Kau
ini bicara apa? Aku berterima kasih karena kau mau menjadi korban latihan
matraku. Hahaha.” . “ Kau ini kejam. Padahal aku hanya ingin melihat
latihanmu.” . “ Aku minta maaf deh. Haha.” . “ Bagaimana kalau kita latihan
bersama?” . “ Kuterima tantanganmu, lagi pula kau ini cocok sekali jadi korban
latihan elemenku. Akan lebih mudah jika ada orang yang kuserang.” . “ Baiklah..
aku tidak akan mengalah padamu.”
Ternyata karena latihan bersamanya aku dapat lebih cepat
menguasai mantra elemen. Dia tak selemah yang aku kira. Ditambah keahliannya
sangat hebat dalam menyembuhkan. Tapi kenapa orang sehebat dia kagum dengan
orang sepertiku? “ Ternyata kau kuat juga. Akhirnya aku dapat teman latihan
yang setara.”,kataku . “ Tentu aku ini selalu peringkat satu disekolah. Aku
akan lulus sebentar lagi, jadi sudah banyak yang aku ketahui.” . “ Ooo..
ternyata umurmu sekitar 18 tahun ya... Aku sudah lulus, padahal umurku masih 15
tahun. Tetapi aku sangat tidak dihormati disana.. apa yang aku katakan? Lupakan
saja.” . “ Ceritakan saja, kau akan lebih tenang setelah itu”. “Tidak mau!” .
“Ayo lah.. aku tidak akan bicara pada siapapun” . “ Baiklah.. Aku ini terlahir dengan orang tua yang tidak
bisa mengendalikan sihir. Karena itu aku sedikit dikucilkan. Aku mencoba
menjadi murid terbaik dan mendapatkan banyak teman. Ternyata malah sebaliknya,
tidak hanya dikucilkan, aku jadi memiliki banyak musuh. Ia selalu ingin
mengalahkanku. Saat ujian pengendalian elemen api ia membekukan tanganku dan
mengajakku berkelahi. Memang mereka meluluskanku setelah kejadian itu, tetapi
aku merasa dibuang. Seluruh siswa hanya tahu kalau aku dikeluarkan dari sekolah
karena kejadian itu dengan alasan merahasiakan latihan lanjutanku supaya aku
dapat menyelamatkan Ancient karena kemampuanku yang dapat menguasai semua sihir
dengan mudah. Maaf ya aku harus menceritakan hal menyedihkan ini.” . “ Kurasa
mereka tidak membuangmu. Karena kemampuanmu yang sangat hebat itu kau diminta
untuk menyelamatkan Ancient itu suatu kehormatan. Kau seharusnya bangga bisa menjadi
murid Sorceress terkuat, tidak semua orang dapat menjadi muridnya. Oh ya, dia
yang kau ceritakan itu siapa?” . “ Diandra, Force User.” . “ Di.. Diandra?” . “
Kau mengenalnya?” . “ Itu tidak penting.” . “ Kau ini bagaimana? Kau menyuruhku
untuk menceritakannya. Kenapa kau malah main rahasia?” . “ Aku tidak ingin
membicarakannya.” . “ Ice Cold Konosawara”, tanpa panjang lebar kubekukan dia.
“ Apa-apaan ini?” . Aku hanya tersenyum sinis “ Rasakan itu.”, lau pergi
meninggalkannya sendirian. Aku tidak perduli apa yang akan terjadi padanya.
Keesokan harinya aku datang ketempat latihan. Meskipun aku
sudah bisa tetapi aku harus lebih banyak belajar supaya tidak kalah dengan
master saat latihan bertarung. Dibawah pohon dekat tempat latihan aku melihat
Eithan tidak sadarkan diri. Kemarin setelah latihan kami berbincang dan aku
membekukannya di sana. Apa sejak kemarin dia ada disini? Bagaimana jika dia
mati kedinginan. Apa yang telah kuperbuat? “ Eithan? Bangunlah.”, tak ada
reaksi. Bagaimana jika dia benar-benar mati? “ Eithan jika kau tidak bangun
akan ku bakar kau”, meskipun sudah ku ancam dia tetap tak bergerak sedikitpun.
“ Eithan... Apa yang telah kulakukan? Kumohon bangunlah. Kemarin aku hanya
bercanda. Aku tidak bermaksud untuk membunuhmu. Aku hanya bercanda.”, aku
menggerakan tubuhnya dan berharap dia akan bangun. “ Eithaaan....”, aku menagis
dan memeluknya erat-erat karena merasa bersalah atas apa yang kuperbuat padanya.
“ Jangan mengis tuan putri, nanti kau akan terlihat jelek.”, tiba-tiba aku
mendengar seperti ada orang yang mengatakannya didekatku. “ Hah?”, aku melihat
sekeliling tetapi tidak ada seorangpun disana. Aku melepaskan pelukanku dan
melihat senyuman puas setelah berhasil menjahiliku sampai aku menangis seperti
ini. “ Kurang ajar kau! Fire Flame Intohara”, ia kesakitan menerima serangan
balas dendam itu. Ia pingsan karena kena telak seranganku kupikir ia hanya
bercanda, “ Kau pikir aku akan jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya?” .
Ia tak bergerak sedikitpun, bagaimana jika ia benar-benar terluka dan tak
sadarkan diri? Api ditubuhnya masih menyala, kenapa ia tidak mematikan apinya.
“ Eithan?”, apa yang harus kulakukan? Dasar gadis bodoh. Seharusnya aku senang
Eithan tidak mati, malah aku mencoba
untuk membunuhnya. Aku mengangkatnya ke atas tongkat sihirku dan
membawanya ke tabib di desa. Saat aku mencoba untuk membawanya ke tabib ia
malah tertawa, “ Kau bilang kau tidak akan tertipu lagi.” . Aku mendorongnya
dengan gelombang dan ia terjatuh dari tongkat sihirku. “ Apa kau tidak tahu
bagaimana rasanya khawatir? Kukira kau ini sudah mati karena kubekukan kemarin.
Apa kau kira ini sebuah lelucon? Ini tidak lucu. Apa maksudnya kau membiarkan
apinya menyala ditubuhmu. Kau ini bisa
terluka.”
Keadaan menjadi hening sejenak. Apa yang telah ku katakan?
Apa aku menyukainya? Mungkin karena dia temanku satu-satunya. “ Terserah,
lakuakan itu sesukamu. Aku tidak perduli lagi.”, aku meninggalkannya. Ia
memegang tanganku dan menghentikanku “ Maafkan aku, aku tidak bermaksud
mempermainkanmu.” . “ Sial, lepaskan aku. Akan kubakar kau nanti.”. Ia
melepaskan tanganku dan menundukan kepala. Keadaan berubah menjadi sangat
canggung. Apa yang harus kulakukan? Aku meninggalkannya begitu saja.
Dalam perjalanan pulang masih terngiang di kepalaku tentang
kejadian itu. “ Mungkin aku terlalu keras”, pikirku. Bagaimanapun juga aku
ditakdirkan untuk menyelamatkan Ancient. Itu yang lebih penting. Aku harus
berlatih untuk memenuhi takdirku. Setelah sampai dirumah, Master Cintia sedang
berada di depan api unggun dan membuat suatu ramuan. “ Dari mana saja kau?”,
tanya master. “ Mencari udara segar.”,jawabku. “ Bagaimana latihanmu? Apa kau
sudah siap?” . “ Ya, ternyata tak sesulit yan kubayangkan. Aku siap kapan
saja.” . “ Ternyata memang benar apa yang dikatakan semua orang tentangmu.
Dapat mempelajari Sihir tingkat lanjutan dalam dua hari adalah sesuatu yang
mustahil. Biasanya membutuhkan waktu satu sampai dua tahun.” . “ Karena itu mereka
mengirimku menyelamatkan Ancient.” . “ Kita akan mulai latihan besok, sebelum
itu coba cicipi ramuanku ini.” . “ Apa kau serius? Ramuan itu tampak
mengerikan.” . “ Dasar anak bodoh, ramuan ini sangat dibutuhkan dalam
pertarungan. Kekuatan sihir akan lebih kuat jika penggunanya meminum ramuan
ini.” .” Kenapa kau tidak meminumnya sendiri?”. Ia membalas dengan senyuman
sinis. Perasaanku tidak enak akan hal ini. Ia membacakan mantra grafitasi
sehingga aku tidak dapat kemana-mana. Aku tergeletak diatas tanah dan tidak
dapat bergerak. “ Minum ramuan ini atau kubunuh kau.” . “ Baiklah... Apa harus
seperti ini?”, terpaksa aku harus meminum ramuan itu. Rasanya seperti lumpur
yang dicampur tanaman beracun. Beberapa saat setelah itu aku merasakan ada
sesuatu yang aneh. Aku merasa seperti lebih kuat dari sebelumnya. Aku dapat
berdiri meskipun mantra grafitasi itu masih aktif. Setelah itu ia menghilangkan
mantranya dan mulai mengaduk ramuan itu tanpa berkata sepatah katapun. Kurasa
ia merasa menang.
Di pagi hari yang indah itu saat aku masih berada di alam
mimpi yang indah, dalam sesaat berubah menjadi jeritan karena Master
membekukanku dan ranjangku sehingga aku harus meninggalkan dunia indah itu. “
Apa kau tidak tahu cara yang lebih baik untuk membangunkan orang dari
tidurnya?”, kataku sambil meronta supaya bisa keluar dari sebongkah es besar
itu. “ Setidaknya ini lebih baik dari kehilangan grafitasi kan? Cepat siapkan
dirimu kita harus cepat latihan.” . “ Apa kau gila? Aku tidak bisa bersiap jika
aku dalam sebongkah es bersama ranjang seperti ini.” . “ Gunakan sihirmu
jenius.” . “ Aku bisa menghilangkannya jika kau tidak membekukan tanganku.”,
akhirnya ia membebaskanku dari dinginnya es di pagi itu.
Master telah menungguku di tempat latihan. Aku melihat
sekeliling berharap ada orang yang menungguku disini. Saat aku sedang
memikirkannya sebuah batu sebesar kepalan tangan menghantam wajahku. “ Hei...
Apa-apaan ini? Aku belum siap”, kataku sambil menyentuh wajahku yan terluka. “
Musuh tidak akan menungumu siap. Mereka akan menyerangmu jika kau lengah. Kau
akan mati dengan mudah.” . “ Tapi aku ini muridmu.” . “ Sudah kubilang kan?
Anggap aku musuhmu yang bisa menyerangmu kapan saja. Kali ini aku akan
menggunakan mantra Force User.” . “ Ice Cold Konosa...”, sebelum selesai
membaca mantra sebuah batu besar datang dari langit. Aku menghindar dengan
teleportasi. “ Jangan pernah kau ucapkan mantra terang-terangan dihadapan
musuhmu.”. Aku menyerangnya dengan bola api, ia menghindar dan aku menyerang
dengan es ditempat ia berteleport. Aku mengenainya.
“ Tidak buruk.”, kata master. “ Aku anggap itu sebuah
pujian.” . Ia membuat Orb atau bola sihir yang dapat menghisap benda di
sekelilingnya. Sebelum sempat menghindar ia membuat satu orb lagi dan aku
terhisap olehnya. Semua tubuhku terasa sakit karena serangan itu. Berkat ramuan
aneh buatan master aku masih dapat bergerak melawan pengaruh sihir itu. Aku
membuat sihir pelindung terbuat dari es. Lalu mengeluarkan pedang yang terbuat
dari es. Sebelum mengenainya, master sudah berteleportasi menghindarinya. Aku
mengeluarkan mantra terkuat pengendali elemen es, yaitu badai salju. Master sempat
terkejut melihatku dpat menguasai sihir tingkat tinggi dalam waktu dua hari. Ia
membeku karena serangan itu. Aku mendekatinya dengan bola api ditanganku. “ Ku
rasa kali ini aku yang menang.”, senyuman puas terlukis di wajahku. “ Ku rasa
kau sudah siap. Bersiaplah besok akan ku beri kau misi penyelamatan.”
Setelah latihan itu master memberiku resep ramuan penguat
sihir dan penyembuh yang sebelumnya sudah ia tunjukan padaku. Ia ingin aku
membuatnya sebelum aku diberikan misi. Setelah mendapatkan semua bahan untuk
membuat ramuan, aku mendatangi sekolah dimana Eithan belajar sihir. Aku
mengenakan jubah putih tak berlengan dengan tudung yang menutupi wajahku. “
Bisakah aku bertemu dengan Eithan?”, tanyaku pada penjaga sekolah itu. “ Ia
baru saja lulus kemarin. Ia sudah tidak ada disekolahan ini.”, jawab penjaga
itu. “ Dimana dia sekarang?” . “Tidak ada yang tahu, ada rumor bahwa dia akan
diberi misi penting.” . “ Sial aku terlambat”, aku meninggalkan sekolah itu
dengan tangan hampa. Aku belum sempat meminta maaf kenapa sekarang dia sudah
pergi? Mungkin dia akan pergi selamanya dan melupakanku. Sesampainya dirumah
aku langsung membuat ramuan itu seperti yang tertulis dibuku sihir. Aku
berusaha melupakan kejadian waktu itu. Yang terpenting adalah alasan mengapa
aku disini. Yaitu menyelamatkan Ancient.
Keesokan harinya aku dan Master Cintia bertemu dengan
kepala penjaga desa ini. “ Selamat siang nona-nona.”, sapa orang itu. “
Langsung saja menuju inti pembicaraan, ini muridku yang telah kubicarakan.
Sekarang ia telah siap.”, kata master tak sabar. “ Baiklah.. misimu adalah
mengambil Orb berisi ramalan tentang Ancient.”, jelas kepala penjaga itu . “
Tunggu dulu.. bukankah aku disini ditugaskan untuk menyelamatkan Ancient?”,
tanyaku bingung. “ Memang melindungi Ancient penting tetapi ramalan itu tak
kalah pentingnya. Jika ramalan itu diketahui musuh akan berakibat buruk pada
Ancient.” . “ Baiklah..” . “ Kau tidak aka pergi sendiri. Kau akan pergi
bersama Cleric terbaik didesa ini.” . “ Aku bisa melakukannya sendiri, lagi
pula ia akan memperlambatku.” . Seseorang keluar dari tenda itu. “ E...
Eithan?”, aku terkejut ternyata orang yang dimaksud adalah Eithan. “ Kau
mengenalnya?” tanya master. “ Dia orang yang hampir kubunuh. Tetapi aku tahu
dia sangat kuat, aku kewalahan melawannya.”, jawabku . “ Sebenarnya apa yang
terjadi?” . “ Itu tidak penting. Lebih baik aku segera berangkat sebelum musuh
bergerak lagi. Dia boleh ikut denganku. Kemampuannya akan berguna.”, aku
meninggalkan mereka dan mulai melewati perbatasan desa bersama Eithan.
Sepanjang perjalanan kami berdua hanya diam tak
mengeluarkan sepatah katapun. Sulit sekali mengatakannya, maafkan aku atas
kejadian itu, aku terlalu berlebihan. Jangankan bicara, melihat wajahnya saja
aku tidak berani. Hatiku berdegup kencang. Aku menutupi wajahku dengan tudung
jubahku. Jujur aku senang sekali bisa bertemu dengannya lagi. Ku kira aku tidak
akan pernah bertemu dengannya lagi. “ Bagaimana kabarmu?”, Eithan memulai
pembicaraan. “ Baik”, jawabku singkat tanpa melihatnya sedikitpun. Aku tidak
tahu harus bagaimana. Keadaan menjadi hening kembali. Tanpa disadari kami telah
datang ke tempat musuh. Eithan membuat sihir pelindung, dan aku meminum ramuan
penguat sihir yang telah kubuat. Aku memberikan ramuan itu pada Eithan. “ Minum
itu, sihirmu akan lebih kuat.”. Ia meminum ramuan itu dan kamipun memasuki
tempat tersebut.
Musuh sepertinya sudah siap dengan kedatangan kami. Kami mengalahkan
mereka semua dengan mudah. Akhirnya kami sampai diruang utama. Disana sebuah
Minotaur mengenakan baju seperti jendral memegangi Orb yang berisi ramalan itu.
“ Kau mencari ini? Come and get it.”, Minotaur itu menyerang kami dengan kapak
raksasanya dan mengenai lenganku. “ Kau tidak apa-apa?”, Eithan menyembuhkan
lenganku. “ Ini bukan saatnya untuk me...”, aku memperingatkannya kapak
Minotaur itu akan menyerang kami. “ Aku tidak bisa melihatmu terluka”, Ia
mengangkat perisainya untuk melindungi kami dan tangan kirinya menyembuhkan
lenganku. “ Dasar bodoh.”, aku menyerangnya dengan bola api. Minatour itu
mundur beberapa langkah terkena seranganku
dan aku membekukannya. “ Sembuhkan lenganku sesukamu.”, kataku. Minotaur
itu telah terbebas dari es yang kubuat. Lenganku juga sudah sembuh. Aku membaca
mantra dan membuat api yang berbentuk seperti topan dan menghisapnya masuk
kedalam kobaran api tersebut. “Tidak ada yang bisa lari dari ini”, kami
berhasil mengalahkannya. Orb itu tergelinding dari tangan Minotaur itu. Saat aku akan mengambilnya Orb itu seakan
ditarik oleh seseorang.
“ Well, lihat siapa yang datang? Lama tak berjumpa kawan
lama?”, seorang wanita misterius dengan jubah warna hitam sama seperti miliku.
Jubah seperti ini hanya dimiliki siswa di sekolah sihir dimana aku belajar
sihir. “ Dasar pengecut. Tunjukan wajahmu!”, kataku. “ Untuk apa? Kau sangat
mengenalku. Kau ingat ujian pengendalian api?” . “ Sial kau..” . ia tersenyum
sinis dan membuka tudungnya “ Ternyata ingatanmu tidak buruk.” . “ Diandra?”,
Eithan terkejut melihatnya. “ Ternyata kau lebih memilih membantunya dari pada
membantuku? Kaka.” . “ Apa? Dia adikmu?”, aku heran kenapa Eithan tidak mau
memberitahuku jika Diandra adalah adiknya. “ Bagaimana kau bisa berada disini?
Bukankah kau seharusnya masih berada disekolah sihir?”, tanya Eithan. “ Aku
muak dengan semua omong kosong ini. Mereka mengumumkan kau dikeluarkan dari
sekolah karena kejadian itu. Saat aku mengetahui kau diluluskan lebih cepat
dari murid yang lain aku tidak bisa menahannya lagi. Aku benci ada Sorceress
yang memiliki orang tua yang tidak bisa mengendalikan sihir menjadi murid
terbaik dan mendapat perlakuan khusus. Tanganku ini ingin membunuh mereka.” . “
Kau membunuh semua pengajar?”,tanyaku. “ Tidak hanya mereka, seluruh orang yang
ada disekolah itu sudah mati. Aku memberi mantra pelindung sehingga tidak ada
orang yang akan mengetahui hal ini. Kurasa masih ada satu murid yang masih
hidup.”, Diandra memutarkan tiga batu tajam diatas tangannya menggunakan
pengendalian grafitasi sehingga tidak menyentuh tangannya. “ Apa kau ini sudah
gila? Kau tidak perlu melakukan semua ini hanya untuk mengalahkanku. Kau
seharusnya tidak membunuh nyawa yang tidak berdosa.”, aku menyiapkan bola api
ditanganku. “ Hahaha... Kau sangat berisik. Rasanya telingaku terbakar karena
ucapanmu itu. Sekarang aku baru saja menyadari bahwa aku bukan hanya ingin
mengalahkanmu. Tapi ingin membunuhmu. Matilah kau!”.
Ia melemparkan ketiga batu itu dengan gelombang yang sangat
kuat seperti pisau yang dilemparkan. Saat aku akan menghentikannya dengan bola
api Eithan berada didepanku dan melindungiku. Batu itu menusuk tubuhnya. “
Eithan... Apa kau bodoh?”, teriakku. “ Aku tidak akan segan membunuhmu jika kau
menghalangi jalanku”, Diandra tetap menekan batu itu sehingga dapat menembus
tubuh Eithan dan mengenaiku. “ Sudah hentikan. Dia ini kakamu. Dia tidak ada
hubungannya dengan pertarungan kita.” . “ Aku tidak perduli siapa dia. Aku akan
membunuh siapapun yang menghalangi jalanku.” . “ Hentikaaan...”, Aku membuat
mantra pelindung terbuat dari es. Mantra itu membuat mantra musuh menghilang jika berada didalamnya. “ Kau ini bodoh. Untuk
apa kau melindungiku sampai seperti ini? Kau tidak ada hubungannya dengan semua
ini.”, air mataku mulai membasahi pipiku. “ Agar kau mau memaafkanku.”,
senyuman tipis terlukis diwajahnya. “ Aku sudah memaafkanmu bodoh. Aku yang
salah. Aku terlalu kasar padamu.”, aku mengeluarkan batu dari tubuhnya dan
melumuri lukanya dengan ramuan penyembuh. “ Syukurlah.”, ia tersenyum lalu tak
sadarkan diri. “ Eithan? Sadarlah! Eithaaan.”
Diandra berusaha menembus mantra pelindungku dengan
menghujaninya dengan ratusan batu tajam. “ Keluar kau dari sana pengecut”,
Diandra sudah benar-benar ingin membunuhku. Aku membekukannya dan seluruh
lantai ruangan itu. Aku mendorong Eithan dengan gelombang dan menyingkirkannya
dari ruangan ini. Api berkobar disekitarku, “ Sekarang hanya ada kau dan aku.”
. “ Mari selesaikan pertarungan yang tertunda sejak saat itu”, batu besar
melayang disekitarnya. Aku menyerangnya dengan semburan api, ia menggunakan
batu untuk melindunginya. Saat ia lengah aku bekukan dia sehingga ia tidak bisa
bergerak lalu aku mengeluarkan Freezing Sword. Pedang yang terbuat dari es itu
menusuk punggungnya hingga terangkat dan darah keluar dari mulutnya.” Aku tidak
akan memaafkanmu, pembunuh.” . “ AAAaaaa..... Hahaha.... Memang ini yang aku
tunggu-tunggu.” . Ia mulai melayang dan melepaskan tusukan pedang es ku, ia
mengeluarkan mantra yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Banyak batu besar
jatuh dari langit dalam jangkauan yang luas. Sebelumnya ia hanya bisa men-summon
satu batu. Aku tertindih salah satu batu, aku tidak bisa bergerak. Apa aku akan
mati disini? Tapi bagaimana dengan Eithan? Aku tidak boleh mati disini.
Sebuah robot melindungiku dari runtuhan batu tersebut. “
Cepat keluar dari sana! Sebelum Alfredo rusak.”, suara itu keluar dari sebuah
robot berbentuk bebek. Robot itu mengangkat batu yang menindihku dan menariku
keluar dari hujan meteor itu. “ Kau tidak apa-apa kan?”, seorang anak kecil
bicara padaku. “ Siapa kau?” . “ Sekarang tidak penting kita harus pergi dari
sini.” . “ Kau melupakan sesuatu?”, ia menarik Eithan dengan gelombang dan
menginjak lukanya dengan hak tinggi sehingga menusuk lukanya. “ Hentikan!”, aku
berusaha melawannya tetapi tubuhku tidak bisa bergerak karena luka akibat
tertindih batu. “ Temui aku tengah malam nanti di mana pertarungan ini dimulai
jika kau ingin menyelamatkannya. Ini semua belum berakhir.”, Diandra mendorong
kami dan menutup pintu itu dengan tumpukan batu. “ Eithaaan”, aku menyesal
tidak bisa menyelamatkannya. “ Maafkan aku, seandainya aku datang lebih cepat.”
. “ Siapa kau? Kenapa anak kecil sepertimu bisa ada disini?” . “ Aku Imelda,
Tinkerer. Aku dikirim oleh penjaga sebagai bala bantuan. Ayo kita kembali.”.
Aku melumuri tubuhku dengan ramuan penyembuh itu. Setelah
bereaksi aku dan dapat bergerak kami berdua pulang dengan berita yang tidak
akan membahagiakan master. Aku diantar pulang oleh Imelda. Master sangat
terkejut melihat keadaanku. Ia mengobatiku dan bertanya apa yang terjadi. “ Apa
kau bilang? Orb dan Eithan ditahan oleh Diandra? Bagaimana ini bisa terjadi?”,
seperti dugaanku master sangat marah. “
Ia dapat men-summon meteor berukuran besar dalam jumlah banyak dan
jangkauan yang luas. Ia menguasai jurus terlarang Force User. Dia juga mencoba
membunuh kakanya sendiri.” . “ Kau akan menerima tantangannya? Semua Force User
akan bertambah kuat jika tengah malam tiba. Kau akan terbunuh.” . “ Kalau aku
tidak menerimanya Eithan akan mati.” . “ Kalau begitu aku akan ikut
membantumu.” . “ Tidak! Ini pertarunganku dengannya. Apa kau lupa dengan
kemampuanku.” . “ Dasar keras kepala. Baiklah.. berjanjilah kau kembali dalam
keadaan hidup.” . “ Ya. Sebelum itu kau tidak memberikanku resep ramuan seperti
yang kau buat kan?” . “ Ramuan apa?” . “ Ramuan penguat sihir yang terasa
seperti lumpur itu, rasanya berbeda dengan resep yang kau berikan padaku.” . “
Oh.. itu, aku hanya mengetesmu seberapa pintar dirimu. Ternyata tak sepintar
yang aku kira. Aku memberikanmu resep palsu, itu hanya ramuan yang dapat
membuatmu menjadi lebih sehat dalam waktu singkat meskipun kau sedang sakit.” .
“ Sial, aku juga memberikannya pada Eithan, dia pasti berfikir aku
membodohinya. Kau harus membayarnya. Tunggu dulu, apa mungkin kau salah
memberiku resep dan tidak mau mengakuinya?” . “ Ayolah, apa kau akan membahas
hal yang tidak penting ini? Akan ku buatkan ramuannya. Kali ini tidak akan
salah.” . “ Lebih baik begitu. Jika kali ini kau salah aku benar-benar akan
mati.”
Tengah malam telah tiba. Sekolahan ini seakan
menceritakanku apa yang telah terjadi selama ini. Aku merasakan mantra
pelindung yang menyembunyikan kebenarannya. “ Kau sudah disini rupanya”,
Diandra bersandar di pohon dengan kakinya menginjak luka Eithan dan batu tajam
yang berputar diatas tangannya. Tudung jubah hitam itu menutupi wajahnya. “
Eithan...”, aku melihat Eithan seperti sudah mati. “ Tenang saja, tidak akan
menyenangkan jika membunuhnya tidak dihadapanmu. Berhubung kau sudah
disini....”, ia memperdalam tusukan hak tingginya. Eithan merintih kesakitan
dan berusaha melepaskan kaki Diandra. Sebelum itu berhasil tangannya terlepas
dan tergeletak ditanah.
“ Eithaaan... Kurang ajar kau. Tak akan ku maafkan.”, aku
menyerangnya dengan bola api. Ia melindungi dirinya dengan sebuah batu besar
dan membuat mantra grafitasi ditanah tempat kuberpijak. Grafitasi menjadi
semakin berat dan aku terjatuh karena tarikan grafitasi yang begitu kuat. “ Apa
hanya ini kemampuanmu. Sayang sekali, aku kira ini akan lebih menyenangkan.”,
ia membawa sebuah pisau dan bermaksud membunuhku. “ Kurasa ini akan lebih
menyenangkan”, karena ramuan penguat sihir buatan master aku dapat berdiri dari
tarikan mantra grafitasi itu. Ternyata kali ini ramuannya tidak salah. Ia
terkejut aku dapat melawan mantra itu. Aku membekukannya dan menyiramkan ramuan
beracun. Setidaknya ia tidak dapat bergerak sementara waktu. Aku harus
menyelamatkan Eithan.
“ Eithan? Ini semua salahku. Kau seharusnya tidak terlibat
dalam masalah ini”, aku mengangkatnya hingga posisi duduk dan meminumkan ramuan
penyembuh. “ Sadarlah Eithan kumohon jangan mati.”, Eithan mulai membuka mata.
“ Syukurlah kau belum mati. Lihatlah wajahmu yang jelek itu. Sangat pucat,
lagi-lagi kau membuatku khawatir.”, Aku sangat senang melihatnya dan menangis
bahagia. Ia hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Aku menjadi tenang karena
tahu dia belum mati. “ Cepat sembuhkan lukamu, aku telah memberimu ramuan
penyembuh tapi tidak akan sembuh secepat itu. Aku harus menyelesaikan masalahku
dengan adikmu.”, aku menyenderkannya di pohon lalu segera menghampiri Diandra. Eithan menarik tanganku.“ Jangan
bunuh dia. Meskipun dia jahat jangan bunuh adiku.”. “ Tentu saja bodoh. Aku
hanya berusaha menghentikannya.”, ia melepaskan tanganku. Aku membuat mantra
pelindung sehinnga tidak ada yang dapat melukainya.
“ Menghentikanku? Siapa kau? Aku jauh lebih kuat darimu.
Kau tahu? Kau ini licik. Kau akan menyerangku setelah membekukanku dan
meracuniku?”, aku melepaskanya dari mantraku. “ Aku tidak sepertimu. Ayo kita
selesaikan ini.” . Ia membuat bola dari hitam. Aku menghindar dan menyerangnya
dengan bola api dan mengenai lengannya. Ia menghujaniku dengan banyak batu
tajam. Aku membuat mantra pelindung dan membekukannya. Aku menyemburnya dengan
api. Ia kewalahan menghadapi seranganku. “ Sebenarnya aku tidak ingin berakhir
seperti ini. Aku akan membawamu ke penjaga dan kau akan ditahan atas
perbuatanmu.” . “ Hahaha... kurasa ini baru saja dimulai.” . Ia melakukan
mantra terlarang itu lagi. Banyak meteor berjatuhan dan merusak tempat ini. Aku
hanya bisa membuat mantra pelindung dan menghindar dari serangan itu. Setelah
mantranya berakhir aku menyerangnya, “ Volcanik Vorteks Intohara”. Kobaran api
yang sangat hebat itu menghisapnya dan membakarnya. Setelah aku menghentikan
mantranya ia terbaring ditanah tak sadarkan diri.
“ Eithan apa kau tidak apa-apa?”, aku langsung menghampiri
Eithan setelah mengalahkan Diandra. “ Lukaku sudah pulih. Bagaimana dengan
adiku?” . “ Tenang saja adikmu tidak...” pisau yang di lempar Diandra
menusukku. “ Aku tidak akan berhenti jika kau tidak mati.”, dengan penuh luka
diandra berdiri dan melayangkan batu-batu tajam. “ Ku rasa menghalahkanmu tidak
cukup, aku harus membunuhmu.” . “ Ku mohon jangan bunuh adiku.”, pinta Eithan.
Aku membuat badai salju dan hujan es. “ Ini akan menghentikan mu.”. Ia sudah
kalah. Ia terbaring tak berdaya. Aku membekukannya sehingga ia benar-benar
tidak bisa bergerak. Aku telah mencapai batasku dan jatuh ke tanah.
“ Angelina, kau tidak apa-apa?”, Eithan melepaskan pisau
dari tubuhku dan menyembuhkan lukanya. “ Kurasa aku tidak sekuat yang kukira.”
. Eithan memeluku erat-erat. “ Hei. Ada apa ini?”, tanyaku kebingungan. “
Syukurlah...”, Eithan berkali-kali berkata begitu. “ Kau ini kenapa? Jangan
terlalu erat. Aku memiliki luka tusuk dipunggungku yang belum selesai kau
sembuhkan.” . “ aku takut kehilanganmu. Terima kasih kau telah datang
menyelamatkanku dan tidak membunuh adiku.” . “ Tentu saja. Kau temanku
satu-satunya.” . “ Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membodohimu saat itu. Aku
hanya ingin bercanda. Maafkan aku jika aku membuatmu khawatir.” . “ Kau ini
bicara apa? Sudah kubilang kan? Semua salahku. Aku yang terlalu berlebihan.
Padahal aku ini bukan siapa-siapa.” . “ Saat itu aku hanya ingin bertemu
denganmu dan memberimu hadiah ulang tahunmu.” . “ Hadiah? Haha, aku belum
pernah mendapat hadiah di hari ulangtahunku selama masuk sekolah sihir. Semua
orang membenciku.“, aku terkejut ia tahu hari ulang tahunku. Aku sendiri lupa
kalau aku berulang tahun hari itu. Ia melepaskan pelukannya dan mencium
keningku. Pipiku memerah seperti tomat. “ Aku mencintaimu.”, ia tersenyum dan
kembali memeluku erat-erat. “ Haha, dasar bodoh. Ayo kita pulang. Aku lelah
sekali, jarak sekolah ini dengan Mana Ridge tidak dekat lho. Jangan lupa kau
yang menggendong adikmu. Tidak mungkin aku yang membawanya.” . “ Tentu saja.”
Keesokan
harinya kami sampai di Mana Ridge. Kami membawa Diandra ke penjara. Ia ditahan
dimana tidak ada yang dapat mengunakan sihir ditempat itu. Master Cintia dan
beberapa penjaga mendatangi sekolahku. Benar yang dikatakan Diandra, sekolahan
itu diselimuti sihir dan semua orang didalamnya telah mati. Semuanya dikubur di
pemakaman dan sekolah itu ditutup untuk selamanya. Di lain tempat, aku hanya
bisa berbaring di tempat tidur karena luka akibat pertarunganku dengan Diandra
kemarin. Efek ramuan penyembuh yang kugunakan kemarin sudah hilang. Luka tusuk
di pungungku sangat terasa sakit. Seseorang mengetuk pintu kamarku. “ Silahkan masuk.”
. “ Hai. Bagaimana kabarmu?”, ternyata Eithan datang membawa seikat bunga.” . “
Bagaimana menurutmu?” . “ Kau tampak sangat bersemangat.” . ” Semagat apanya?
Apa luka tusuk di punggungku yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak bisa
membuatku terlihat bersemangat? Dasar bodoh.” . “ Kau bersemangat karena aku
datang menjengukmu, hahaha.” . “ Dasar bodoh! Keluar kau dari kamarku.” . “
Maafkan aku, aku hanya bercanda.” . “ Sial. Bagaimana dengan lukamu akibat
tertusuk tiga batu yang digerakan oleh gelombang nenek sihir itu? Setelah
tertusuk diinjak pula. Haha.” . “ Sudah sembuh. Setelah tenagaku pulih aku
menyembuhkan lukaku lagi.” . “ Kalau begitu tunggu apa lagi? Sembuhkan lukaku.”
.” Tidak mau! Aku ingin lebih sering datang kemari menjengukmu.” . “ Aku masih
bisa membuat api lho.” . “ Cepat sembuh ya.. sebentar lagi kita akan dikirim ke
Praire untuk menyelamatkan Ancient. Jika tidak aku akan pergi berdua dengan
Imelda. Bisa dibilang berkencan hahaha. Sampai jumpa..”, ia berlari keluar dari
kamarku. “ Anak kecil itu? Kemari kau. Akan kubakar sampai menjadi abu!”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<