Rabu, 30 Juli 2014

Life As a Sorceress


         Namaku adalah Angelina. Aku memiliki kekuatan khusus, aku dapat melakukan sihir padahal bukan keturunan pengendali sihir. Saat orangtuaku tahu tentang keahlianku mereka sangat terkejut. Orang tuaku telah mencoba memasukanku ke sekolah biasa tetapi aku sering mengeluarkan sihir aneh. Maklum karena aku belum dapat mengendalikannya.  Akhirnya mereka menyekolahkanku di Sekolah Sihir, dimana semua anak yang memiliki bakat pengendali sihir dilatih.
          Aku masuk sekolah itu sejak aku berumur 8 tahun.
Aku selalu dapat nilai sempurna dalam setiap mata pelajaran seperti  membuat racun, time stop, menciptakan api dan es, teleportasi, dan lainnya. Aku selalu dapat memenangkan kejuaraan sihir yang diadakan. Hanya satu yang tidak aku miliki, teman.
          Karena aku bukan dari keturunan penyihir  tetapi memiliki keahlian diatas anak yang lain, aku selalu dijauhi anak-anak yang lain. Itu yang membuatku menjadi gadis yang sangat angkuh  untuk menutupi rasa kesepianku selama ini. Diantara mereka semua Diandra adalah orang yang paling membenciku. Dia selalu mencoba menjadi sepertiku. Dia peringkat dua disekolah setelahku. Tapi itu tidak membuatnya merasa puas. Saat ujian membuat ramuan ia selalu ingin merusak ramuanku, dengan memasukan bahan-bahan yang akan membuat ramuan itu meledak dan wajaku menjadi gosong.Tapi aku mengetahui semuanya. Tak satupun rencananya berjalan lancar.
          Suatu hari, diadakan ujian penguasaan elemen api. Karena aku sangat terkenal dikalangan para guru, aku diberi kesempatan untuk menjalani ujian itu terlebih dahulu. Bisa dibilang meski aku menguasai sihir Elemen dan pengendalian waktu, aku lebih senang saat mengendalikan Elemen. Rasanya seperti dapat mengendalikan kekuatan alam. Jadi ujian ini sangat mudah bagiku. “ Hah, lihat si smart pants. Sok bisa melewati ujian ini. Ayo kita lihat siapa yang lebih kuat?”, Diandra selalu mengejek disaat seperti ini, dia ingin sekali aku gagal dan melihatnya mengalahkanku. Tentu saja aku tidak mendengarkan satupun kata yang keluar dari mulutnya yang lebih tajam dari pedang itu.
          Saat aku mengangkat tangan kananku dan bersiap mengucapkan mantra, Diandra membekukan tanganku. “ Ini benar-benar sudah keterlaluan”, dia sudah melewati batas. “ Ingin bertarung?”, Diandra keluar dari gedung melewati kaca jendela. Akupun mengikutinya dan menerima tantangannya. Selama ini aku hanya menahan amarah dan mencegah semua usahanya menggagalkan ku menjadi lulusan terbaik. “ Apa selama ini kau masih belum puas telah mencoba menghalangiku?”, aku menyalakan api ditanganku. “ haha... tidak akan sampai aku mengalahkanmu. Mari kita lihat, Elemental atau Force user yang akan menang.”, batu berterbangan disekeliling Diandra. “ Hah? Kurasa semua sudah tahu jawabannya.”. Saat aku melemparkan api padanya dan ia akan menjatuhkan batu besar tepat diatasku, para master menghentikan perkelahian kami. “ Sepertinya akan ada yang mengisi ruang hukumanku”, sepertinya sudah alamat akan dikenakan hukuman.
          Diandra telah keluar dari ruang guru. Sepertinya dia dapat hukuman cukup berat, mati aku, bagaimana nasibku. “ Ini belum berakhir”, ia melihatku dengan pandangan penuh dendam. “ Angelina, sepertinya kau dalam masalah besar anak muda.”, master Cintia memanggilku. Aku memasuki ruang tersebut. “ Kurasa kau tahu kenapa kau dipanggil kemari”, kepala sekolah memulai pembicaraan. “ Ini semua bukan salahku. Dia membekukan tanganku saat aku melakukan ujian pengendalian api.” . “ Aku tahu semua yang terjadi, tetapi sayangnya kau dipanggil kesini bukan untuk masalah itu. Ini tentang latihan lanjutanmu.” . “ Apa maksudmu?” . “ Seperti yang telah kau ketahui, kau telah menguasai semua pelajaran yang diajarkan disekolah ini di usiamu yang masih 15 tahun. Semua murid disini bisa lulus setelah berumur 18 tahun.” . “ Lalu apa yang menjadi masalah?”. “ Aku rasa kau akan segera aku luluskan dari sekolah ini dan akan belajar tingkat lanjutan lebih awal.” . “ Tapi syarat untuk latihan lanjutan itu adalah lulus secara resmi dari sekolah ini. Kau akan meluluskanku lebih dahulu kan, bagaimana aku bisa masuk kesana?” . “ Kau tidak akan masuk ke sana. Kau akan belajar dengan master terhebat yang ada di Mana Ridge.” . “ Maksudmu Cintia? Jadi alsan dia ada disini adalah menjemputku untuk latihan khusus ini. Tapi jelas semua ini ada alasannya kan? Kau tiba-tiba meluluskanku dan mengirimku untuk belajar pada master Cintia.” . “ Kami membutuhkan orang terbaik untuk mengejar gadis keturunan Ancient yang diculik. “ . “ Aku tahu seberapa gawatnya jika Ancient diculik. Tetapi dia diculi oleh siapa? Bukankah sudah ada penjaga untuk melindungi ancient? Bukankah masalah ini sudah ada yang bertanggung jawab. Aku rasa kau tidak membutuhkanku.” . “ Ancient diculik oleh Dragon Followers. Mereka telah kewalahan menghadapi situasi ini. Hanya para adventures yang bisa melakukannya.” . “ Apa kau yakin aku sehebat itu? Banyak sorceress kuat di Mana Ridge. Tetapi kenapa harus aku?” . “ Semua ini telah diramalkan. Seorang Sorceress hebat dari sepasang manusia biasa akan menyelamatkan Ancient.” . “ Baiklah... apa boleh buat. Itu lebih baik, dari pada aku harus berurusan dengan nenek sihir itu. Jadi kapan kita akan mulai latihan?” . “ Kemasi semua barangmu. Kereta yang menjemputmu sudah siap.” . “ wo.. tunggu. Tak ada upacara kelulusan untukku? Meskipun baru 15 tahun tapi aku sudah lulus kan?” . “ Bagaimana kau bisa memikirkan acara murahan itu saat genting seperti ini?” . “ Ayolah.. ini permintaan terakhirku menjadi murid di sekolah ini.” . “ Mungkin kita akan adakan pesta di ruang hukuman.” . “ Haha... siapa yang butuh pesta? Belajar elemen jauh lebih menyenangkan.” . “ Kembali keruanganmu.” . Menyebalkan jadi ini balas jasa atas prestasi gemilangku selama menjadi murid di sekolah ini. Lebih baik aku pergi daripada harus berhadapan dengan murid sok pintar itu.
          “ Well, lihat siapa yang akan diusir dari sekolahan ini? Haha”, ejek Diandra. Sudah tak dapat pesta kelulusan, aku harus merahasiakan semuanya. Semua orang tidak tahu kelulusanku malah mereka hanya tahu aku dikeluarkan dari sekolah. Ini sangat menyebalkan. “ Terserah apa katamu. Aku sudah tidak peduli lagi.” . “ Jangan menyesal ya. Aku yang akan menjadi ratu disekolah ini.”, aku hanya mendengarkan ocehannya yang lebih berisik dari burung gagak dan menuju kamarku di asrama. Master Cintia menjemputku ke kamarku dan mengajakku untuk segera meninggalkan sekolah ini. Sesaat sebelum menaiki kereta kuda aku memandangi dengan seksama sekolah ini. Meskipun mendapat perlakuan kurang baik oleh semua orang disekolah ini, tetapi tetap saja aku akan sangat merindukan kenangan yang ada selama aku bersekolah disini. Master Cintia menepuk bahuku dan mengajakku menaiki kereta. Inilah awal petualanganku.
          “ Aaaaaaa, ada apa ini. Apa kita diserang?”, tidur nyenyaku hilang saat gravitasi menghilang disekitar tempat tidurku. “ Kau ini bicara apa? Aku hanya membangunkanmu tukang tidur.”, jawab master Cintia. “ Ada banyak cara membangunkan orang, kenapa harus ini yang kau pilih? Aku lebih suka disiram air.” . “ Cepat bersiap untuk latihan atau aku akan melakukannya lagi.” . “ Baiklah, keluar dari kamarku”. Master Cintia keluar dari kamarku dan aku menutup pintu dengan keras menggunakan gelombang.
          “ Selamat pagi putri tidur?”, sapa Master saat aku datang ke tempat latihan. “ Langsung saja pada intinya. Latihan apa yang akan aku dapat hari ini?” . “ Hmm.. bagaimana jika kita mulai dengan pengenalan? Sampai dimana pelajaran yang kau dapat disekolah?” . “ Aku akan memilih kelas lanjutan.” . “ Lalu, sihir mana yang lebih kau kuasai?” . “ Kau sudah tahu kan? Aku lulusan terbaik. Tidak semua orang dapat lulus di usia muda sepertiku. Aku menguasai semuanya dengan cepat.” . “ Sombong sekali kau. Bagaimana jika kita coba sampai mana kemampuanmu dalam bertarung. Ini tidak akan seperti ujian rendahan yang ada di sekolahmu. Anggap saja aku musuh yang akan membunuhmu. Aku tidak akan mengalah segan-segan menyerangmu.”, master Cintia benar-benar serius.
          Dia langsung menyerangku tanpa memberi aba-aba dimulai. Dia benar-benar menyerangku tanpa ampun. Berbagai serangan api dan es ia luncurkan. Aku hanya bisa menghindar. “ Apa kau hanya dilatih untuk menghindar?”. Aku mencoba untuk menyerangnya “ Fire Flame Intohara”, aku malah terkena serangannya. “ Kau mungkin mengusai berbagai macam mantra tetapi kau belum pernah berada pada pertarungan yang sebenarnya. Itu sebabnya mereka menyuruhku menjadi mastermu agar kau mendapatkan pelajaran yang tidak akan kau dapatkan disekolah sihir lanjutan. Jangan bangga akan apa yang kau bisa sekarang.” . “ Sial... ini cuma latihan.” . “ Cepat bangun kau akan terbunuh jika terus tergeletak ditanah.” . “ Apa kau tidak lihat tanganku terluka karena seranganmu?” . “ Apa musuh akan berhenti menyerangmu jika kau terluka? Kau hanya akan dibunuh. Cepat bangun anak manja!” . “ Jangan remehkan kemampuanku”, aku membekukan kakinya dan menyerangnya dengan api. “ Tidak buruk.”, puji Master. “ Tapi aku benar-benar butuh medis.”, tanganku tekena luka bakar karena serangan api master. “ Baiklah... cukup untuk hari ini. Sembuhkan lukamu itu.” . “ Kau tidak menyembuhkanku atau membawaku ke tabib?” . “ kau belajar ramuan penyembuh kan?” . “ Aku hanya mempelajari ilmu bertarung.” . “ Baiklah pergi kekamarmu. Akan aku buatkan ramuannya. Kau lebih baik belajar membuatnya. Kau benar-benar membutuhkannya nanti.”
          “ Bagaimana keadaanmu sudah membaik kan?”, master menanyakan lukaku karena latihan kemarin. “ Masih terasa sakit, tapi penyembuhannya lebih cepat dari biasanya.”, jawabku. “ Baiklah, kali ini kita akan melanjutkan latihan kemarin.” . “ Tunggu dulu. Kemarin aku kan akan memilih kelas lanjutan. Aku pikir mungkin akan lebih mudah kalau belajar bertarung setelah menguasai mantra baru.” . “ Baiklah. Kau sudah tahu kelas lanjutan itu apa saja kan?” . “ Elemental dan Force User.” . “ Jadi mana yang kau pilih?” . “ Sebenarnya aku menguasai keduanya, tetapi aku fikir mungkin akan lebih berguna jika menjadi elemental. Karena aku benci dark magic. Aku lebih suka mengendalikan kekuatan alam.” . “ Jadi begitu? Ambilah buku di Perpustakaan tentang sihir pengendalian elemen. Kau anak jenius kan? Akan lebih mudah jika kau membaca buku itu terlebih dahulu.”
          Sesampainya di Perpustakaan, aku langsung menuju rak buku tentang sihir. Buku itu ada di rak paling atas. Aku menaiki tangga untuk mengambilnya. Karena tangga itu sudah tua, saat aku mengambil buku itu tangga itu rubuh. Kebetulan ada seorang lelaki yang tertimpa reruntuhannya. “ Apa kau tidak apa-apa?”, tanyaku khawatir. “ Ya, bagaimana denganmu?” . “ Jatuh setinggi itu tentu saja sakit.” . “ Haha, sini berikan tanganmu.” . “ Apa? Jangan macam-macam kau!”, aku menyalakan api ditanganku. Ia tersenyum melihat reaksiku “ Tanganmu terluka karena kau jatuh kan? Berikan tanganmu. Akan ku obati.” . Aku memberikan tanganku dan ia mulai menyembuhkannya. “ Wow tidak terasa sakit. Ini lebih cepat dari ramuan penyembuh master.” . “ Tentu saja, tidak ada yang dapat menyembuhkan lebih cepat dari seorang Cleric.” . “ Kalau begitu sembuhkan luka bakar ditanganku ini. Aku tidak bisa menahan rasa sakitnya.” . “ Dengan senang hati.”, ia juga menyembuhkan luka bakarku.
          “Kau sedang mencari buku apa?”, tanya Cleric itu. “ Aku mencari buku sihir pengendalian elemen. Sial sekali tangga tua itu rubuh saat aku akan mengambil bukunya.” . “ Untuk siapa buku itu?” . “ Apa kau ini bodoh? Tentu saja untukku belajar ilmu pengendalian elemen.” . “ Kau seorang Sorceress?” . “ Apa aku tidak terlihat seperti itu?” . “ Bukan begitu maksudku, bukannya Sorceress seusiamu masih belajar dalam sekolah dan tidak boleh keluar dari asrama?” . “ Karena kejeniusanku aku diluluskan lebih awal dan dikirim ke Master Cintia untuk belajar lebih lanjut.”, ia tertawa saat aku mengatakannya. “ Ada yang lucu?”, ternyata orang ini sangat menyebalkan. “ Tidak. Hanya saja aku kagum padamu. Tidak semua Sorceress bisa menjadi murid Master Cintia.” . Baru pertama kalinya ada orang yang mengagumi kemampuanku, entah mengapa rasanya jantungku berdegup kencang. “ Mau ku ambilkan bukumu?”, tanya Cleric itu. “ Tadi kau bilang kau kagum padaku tapi kenapa sekarang kau meremehkan kekuatanku? Aku bisa mengambilnya sendiri dengan sihirku” . “ Baiklah. Kita sudah bicara sejak tadi tapi aku belum tahu namamu.” . “ Angelina.” . “ Wow indah sekali.” . “ Aku sudah memberitahu namaku. Lalu siapa namamu?” . “ Eithan, aku murid sekolah sihir didesa ini salam kenal. Aku harus pergi, sebentar lagi pelajaran akan dimulai. Sampai jumpa.” . “ Tu..tunggu, terima kasih telah menyembuhkan lukaku.” . “ Sama-sama.”
          “ Kau lamban sekali seperti siput. Bagaimana kau akan menang jika kau sangat lamban.”, master marah karena aku pergi terlalu lama. “ Aku hanya berkeliling desa.” . “ Pelajari dulu semua yang ada didalam buku itu jenius. Kita akan memulai latihan lagi jika kau sudah siap.” . Aku hanya mendengarkannya dan masuk ke kamarku. Semalaman aku membaca buku itu. Ternyata tidak semudah yang kukira. Biasanya aku bisa menguasainya dalam satu malam. Tentu saja ini tingkat lanjutan.
          Keesokan harinya aku menuju ke tempat latihan. Aku tidak datang bersama master, hanya ditemani buku dari perpustakaan yang mempertemukanku dengan dia. Aku mulai latihan dengan elemen es, karena musim di Mana Ridge yang bersalju sangat membantu latihan. Setelah membaca mantra di buku aku mulai mempraktikannya. Tanpa tersadar seseorang memperhatikanku dari balik pohon. “ Siapa itu?”, aku membekukan daerah sekitar pohon tersebut. Ternyata aku langsung bisa menguasai mantra tersebut. “ Hei.. ini aku Eithan, kita bertemu di Perpustakaan kemarin. Apa kau lupa?”, ia terkejut karena telah membeku. “ Ternyata kau, tentu saja aku ingat. Apa yang kau lakukan disana. Ku kira kau ini penguntit. Oleh karena itu aku membaca mantra. Aku harus bertrima kasih padamu.” . “ Tidak usah dipikirkan, menyembuhkanmu itu adalah tugasku.” . “ Kau ini bicara apa? Aku berterima kasih karena kau mau menjadi korban latihan matraku. Hahaha.” . “ Kau ini kejam. Padahal aku hanya ingin melihat latihanmu.” . “ Aku minta maaf deh. Haha.” . “ Bagaimana kalau kita latihan bersama?” . “ Kuterima tantanganmu, lagi pula kau ini cocok sekali jadi korban latihan elemenku. Akan lebih mudah jika ada orang yang kuserang.” . “ Baiklah.. aku tidak akan mengalah padamu.”
          Ternyata karena latihan bersamanya aku dapat lebih cepat menguasai mantra elemen. Dia tak selemah yang aku kira. Ditambah keahliannya sangat hebat dalam menyembuhkan. Tapi kenapa orang sehebat dia kagum dengan orang sepertiku? “ Ternyata kau kuat juga. Akhirnya aku dapat teman latihan yang setara.”,kataku . “ Tentu aku ini selalu peringkat satu disekolah. Aku akan lulus sebentar lagi, jadi sudah banyak yang aku ketahui.” . “ Ooo.. ternyata umurmu sekitar 18 tahun ya... Aku sudah lulus, padahal umurku masih 15 tahun. Tetapi aku sangat tidak dihormati disana.. apa yang aku katakan? Lupakan saja.” . “ Ceritakan saja, kau akan lebih tenang setelah itu”. “Tidak mau!” . “Ayo lah.. aku tidak akan bicara pada siapapun” . “ Baiklah..  Aku ini terlahir dengan orang tua yang tidak bisa mengendalikan sihir. Karena itu aku sedikit dikucilkan. Aku mencoba menjadi murid terbaik dan mendapatkan banyak teman. Ternyata malah sebaliknya, tidak hanya dikucilkan, aku jadi memiliki banyak musuh. Ia selalu ingin mengalahkanku. Saat ujian pengendalian elemen api ia membekukan tanganku dan mengajakku berkelahi. Memang mereka meluluskanku setelah kejadian itu, tetapi aku merasa dibuang. Seluruh siswa hanya tahu kalau aku dikeluarkan dari sekolah karena kejadian itu dengan alasan merahasiakan latihan lanjutanku supaya aku dapat menyelamatkan Ancient karena kemampuanku yang dapat menguasai semua sihir dengan mudah. Maaf ya aku harus menceritakan hal menyedihkan ini.” . “ Kurasa mereka tidak membuangmu. Karena kemampuanmu yang sangat hebat itu kau diminta untuk menyelamatkan Ancient itu suatu kehormatan. Kau seharusnya bangga bisa menjadi murid Sorceress terkuat, tidak semua orang dapat menjadi muridnya. Oh ya, dia yang kau ceritakan itu siapa?” . “ Diandra, Force User.” . “ Di.. Diandra?” . “ Kau mengenalnya?” . “ Itu tidak penting.” . “ Kau ini bagaimana? Kau menyuruhku untuk menceritakannya. Kenapa kau malah main rahasia?” . “ Aku tidak ingin membicarakannya.” . “ Ice Cold Konosawara”, tanpa panjang lebar kubekukan dia. “ Apa-apaan ini?” . Aku hanya tersenyum sinis “ Rasakan itu.”, lau pergi meninggalkannya sendirian. Aku tidak perduli apa yang akan terjadi padanya.
          Keesokan harinya aku datang ketempat latihan. Meskipun aku sudah bisa tetapi aku harus lebih banyak belajar supaya tidak kalah dengan master saat latihan bertarung. Dibawah pohon dekat tempat latihan aku melihat Eithan tidak sadarkan diri. Kemarin setelah latihan kami berbincang dan aku membekukannya di sana. Apa sejak kemarin dia ada disini? Bagaimana jika dia mati kedinginan. Apa yang telah kuperbuat? “ Eithan? Bangunlah.”, tak ada reaksi. Bagaimana jika dia benar-benar mati? “ Eithan jika kau tidak bangun akan ku bakar kau”, meskipun sudah ku ancam dia tetap tak bergerak sedikitpun. “ Eithan... Apa yang telah kulakukan? Kumohon bangunlah. Kemarin aku hanya bercanda. Aku tidak bermaksud untuk membunuhmu. Aku hanya bercanda.”, aku menggerakan tubuhnya dan berharap dia akan bangun. “ Eithaaan....”, aku menagis dan memeluknya erat-erat karena merasa bersalah atas apa yang kuperbuat padanya. “ Jangan mengis tuan putri, nanti kau akan terlihat jelek.”, tiba-tiba aku mendengar seperti ada orang yang mengatakannya didekatku. “ Hah?”, aku melihat sekeliling tetapi tidak ada seorangpun disana. Aku melepaskan pelukanku dan melihat senyuman puas setelah berhasil menjahiliku sampai aku menangis seperti ini. “ Kurang ajar kau! Fire Flame Intohara”, ia kesakitan menerima serangan balas dendam itu. Ia pingsan karena kena telak seranganku kupikir ia hanya bercanda, “ Kau pikir aku akan jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya?” . Ia tak bergerak sedikitpun, bagaimana jika ia benar-benar terluka dan tak sadarkan diri? Api ditubuhnya masih menyala, kenapa ia tidak mematikan apinya. “ Eithan?”, apa yang harus kulakukan? Dasar gadis bodoh. Seharusnya aku senang Eithan tidak mati, malah aku mencoba  untuk membunuhnya. Aku mengangkatnya ke atas tongkat sihirku dan membawanya ke tabib di desa. Saat aku mencoba untuk membawanya ke tabib ia malah tertawa, “ Kau bilang kau tidak akan tertipu lagi.” . Aku mendorongnya dengan gelombang dan ia terjatuh dari tongkat sihirku. “ Apa kau tidak tahu bagaimana rasanya khawatir? Kukira kau ini sudah mati karena kubekukan kemarin. Apa kau kira ini sebuah lelucon? Ini tidak lucu. Apa maksudnya kau membiarkan apinya  menyala ditubuhmu. Kau ini bisa terluka.”
          Keadaan menjadi hening sejenak. Apa yang telah ku katakan? Apa aku menyukainya? Mungkin karena dia temanku satu-satunya. “ Terserah, lakuakan itu sesukamu. Aku tidak perduli lagi.”, aku meninggalkannya. Ia memegang tanganku dan menghentikanku “ Maafkan aku, aku tidak bermaksud mempermainkanmu.” . “ Sial, lepaskan aku. Akan kubakar kau nanti.”. Ia melepaskan tanganku dan menundukan kepala. Keadaan berubah menjadi sangat canggung. Apa yang harus kulakukan? Aku meninggalkannya begitu saja.
          Dalam perjalanan pulang masih terngiang di kepalaku tentang kejadian itu. “ Mungkin aku terlalu keras”, pikirku. Bagaimanapun juga aku ditakdirkan untuk menyelamatkan Ancient. Itu yang lebih penting. Aku harus berlatih untuk memenuhi takdirku. Setelah sampai dirumah, Master Cintia sedang berada di depan api unggun dan membuat suatu ramuan. “ Dari mana saja kau?”, tanya master. “ Mencari udara segar.”,jawabku. “ Bagaimana latihanmu? Apa kau sudah siap?” . “ Ya, ternyata tak sesulit yan kubayangkan. Aku siap kapan saja.” . “ Ternyata memang benar apa yang dikatakan semua orang tentangmu. Dapat mempelajari Sihir tingkat lanjutan dalam dua hari adalah sesuatu yang mustahil. Biasanya membutuhkan waktu satu sampai dua tahun.” . “ Karena itu mereka mengirimku menyelamatkan Ancient.” . “ Kita akan mulai latihan besok, sebelum itu coba cicipi ramuanku ini.” . “ Apa kau serius? Ramuan itu tampak mengerikan.” . “ Dasar anak bodoh, ramuan ini sangat dibutuhkan dalam pertarungan. Kekuatan sihir akan lebih kuat jika penggunanya meminum ramuan ini.” .” Kenapa kau tidak meminumnya sendiri?”. Ia membalas dengan senyuman sinis. Perasaanku tidak enak akan hal ini. Ia membacakan mantra grafitasi sehingga aku tidak dapat kemana-mana. Aku tergeletak diatas tanah dan tidak dapat bergerak. “ Minum ramuan ini atau kubunuh kau.” . “ Baiklah... Apa harus seperti ini?”, terpaksa aku harus meminum ramuan itu. Rasanya seperti lumpur yang dicampur tanaman beracun. Beberapa saat setelah itu aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Aku merasa seperti lebih kuat dari sebelumnya. Aku dapat berdiri meskipun mantra grafitasi itu masih aktif. Setelah itu ia menghilangkan mantranya dan mulai mengaduk ramuan itu tanpa berkata sepatah katapun. Kurasa ia merasa menang.
          Di pagi hari yang indah itu saat aku masih berada di alam mimpi yang indah, dalam sesaat berubah menjadi jeritan karena Master membekukanku dan ranjangku sehingga aku harus meninggalkan dunia indah itu. “ Apa kau tidak tahu cara yang lebih baik untuk membangunkan orang dari tidurnya?”, kataku sambil meronta supaya bisa keluar dari sebongkah es besar itu. “ Setidaknya ini lebih baik dari kehilangan grafitasi kan? Cepat siapkan dirimu kita harus cepat latihan.” . “ Apa kau gila? Aku tidak bisa bersiap jika aku dalam sebongkah es bersama ranjang seperti ini.” . “ Gunakan sihirmu jenius.” . “ Aku bisa menghilangkannya jika kau tidak membekukan tanganku.”, akhirnya ia membebaskanku dari dinginnya es di pagi itu.
          Master telah menungguku di tempat latihan. Aku melihat sekeliling berharap ada orang yang menungguku disini. Saat aku sedang memikirkannya sebuah batu sebesar kepalan tangan menghantam wajahku. “ Hei... Apa-apaan ini? Aku belum siap”, kataku sambil menyentuh wajahku yan terluka. “ Musuh tidak akan menungumu siap. Mereka akan menyerangmu jika kau lengah. Kau akan mati dengan mudah.” . “ Tapi aku ini muridmu.” . “ Sudah kubilang kan? Anggap aku musuhmu yang bisa menyerangmu kapan saja. Kali ini aku akan menggunakan mantra Force User.” . “ Ice Cold Konosa...”, sebelum selesai membaca mantra sebuah batu besar datang dari langit. Aku menghindar dengan teleportasi. “ Jangan pernah kau ucapkan mantra terang-terangan dihadapan musuhmu.”. Aku menyerangnya dengan bola api, ia menghindar dan aku menyerang dengan es ditempat ia berteleport. Aku mengenainya.
          “ Tidak buruk.”, kata master. “ Aku anggap itu sebuah pujian.” . Ia membuat Orb atau bola sihir yang dapat menghisap benda di sekelilingnya. Sebelum sempat menghindar ia membuat satu orb lagi dan aku terhisap olehnya. Semua tubuhku terasa sakit karena serangan itu. Berkat ramuan aneh buatan master aku masih dapat bergerak melawan pengaruh sihir itu. Aku membuat sihir pelindung terbuat dari es. Lalu mengeluarkan pedang yang terbuat dari es. Sebelum mengenainya, master sudah berteleportasi menghindarinya. Aku mengeluarkan mantra terkuat pengendali elemen es, yaitu badai salju. Master sempat terkejut melihatku dpat menguasai sihir tingkat tinggi dalam waktu dua hari. Ia membeku karena serangan itu. Aku mendekatinya dengan bola api ditanganku. “ Ku rasa kali ini aku yang menang.”, senyuman puas terlukis di wajahku. “ Ku rasa kau sudah siap. Bersiaplah besok akan ku beri kau misi penyelamatan.”
          Setelah latihan itu master memberiku resep ramuan penguat sihir dan penyembuh yang sebelumnya sudah ia tunjukan padaku. Ia ingin aku membuatnya sebelum aku diberikan misi. Setelah mendapatkan semua bahan untuk membuat ramuan, aku mendatangi sekolah dimana Eithan belajar sihir. Aku mengenakan jubah putih tak berlengan dengan tudung yang menutupi wajahku. “ Bisakah aku bertemu dengan Eithan?”, tanyaku pada penjaga sekolah itu. “ Ia baru saja lulus kemarin. Ia sudah tidak ada disekolahan ini.”, jawab penjaga itu. “ Dimana dia sekarang?” . “Tidak ada yang tahu, ada rumor bahwa dia akan diberi misi penting.” . “ Sial aku terlambat”, aku meninggalkan sekolah itu dengan tangan hampa. Aku belum sempat meminta maaf kenapa sekarang dia sudah pergi? Mungkin dia akan pergi selamanya dan melupakanku. Sesampainya dirumah aku langsung membuat ramuan itu seperti yang tertulis dibuku sihir. Aku berusaha melupakan kejadian waktu itu. Yang terpenting adalah alasan mengapa aku disini. Yaitu menyelamatkan Ancient.
          Keesokan harinya aku dan Master Cintia bertemu dengan kepala penjaga desa ini. “ Selamat siang nona-nona.”, sapa orang itu. “ Langsung saja menuju inti pembicaraan, ini muridku yang telah kubicarakan. Sekarang ia telah siap.”, kata master tak sabar. “ Baiklah.. misimu adalah mengambil Orb berisi ramalan tentang Ancient.”, jelas kepala penjaga itu . “ Tunggu dulu.. bukankah aku disini ditugaskan untuk menyelamatkan Ancient?”, tanyaku bingung. “ Memang melindungi Ancient penting tetapi ramalan itu tak kalah pentingnya. Jika ramalan itu diketahui musuh akan berakibat buruk pada Ancient.” . “ Baiklah..” . “ Kau tidak aka pergi sendiri. Kau akan pergi bersama Cleric terbaik didesa ini.” . “ Aku bisa melakukannya sendiri, lagi pula ia akan memperlambatku.” . Seseorang keluar dari tenda itu. “ E... Eithan?”, aku terkejut ternyata orang yang dimaksud adalah Eithan. “ Kau mengenalnya?” tanya master. “ Dia orang yang hampir kubunuh. Tetapi aku tahu dia sangat kuat, aku kewalahan melawannya.”, jawabku . “ Sebenarnya apa yang terjadi?” . “ Itu tidak penting. Lebih baik aku segera berangkat sebelum musuh bergerak lagi. Dia boleh ikut denganku. Kemampuannya akan berguna.”, aku meninggalkan mereka dan mulai melewati perbatasan desa bersama Eithan.
          Sepanjang perjalanan kami berdua hanya diam tak mengeluarkan sepatah katapun. Sulit sekali mengatakannya, maafkan aku atas kejadian itu, aku terlalu berlebihan. Jangankan bicara, melihat wajahnya saja aku tidak berani. Hatiku berdegup kencang. Aku menutupi wajahku dengan tudung jubahku. Jujur aku senang sekali bisa bertemu dengannya lagi. Ku kira aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. “ Bagaimana kabarmu?”, Eithan memulai pembicaraan. “ Baik”, jawabku singkat tanpa melihatnya sedikitpun. Aku tidak tahu harus bagaimana. Keadaan menjadi hening kembali. Tanpa disadari kami telah datang ke tempat musuh. Eithan membuat sihir pelindung, dan aku meminum ramuan penguat sihir yang telah kubuat. Aku memberikan ramuan itu pada Eithan. “ Minum itu, sihirmu akan lebih kuat.”. Ia meminum ramuan itu dan kamipun memasuki tempat tersebut.
          Musuh sepertinya sudah siap dengan kedatangan kami. Kami mengalahkan mereka semua dengan mudah. Akhirnya kami sampai diruang utama. Disana sebuah Minotaur mengenakan baju seperti jendral memegangi Orb yang berisi ramalan itu. “ Kau mencari ini? Come and get it.”, Minotaur itu menyerang kami dengan kapak raksasanya dan mengenai lenganku. “ Kau tidak apa-apa?”, Eithan menyembuhkan lenganku. “ Ini bukan saatnya untuk me...”, aku memperingatkannya kapak Minotaur itu akan menyerang kami. “ Aku tidak bisa melihatmu terluka”, Ia mengangkat perisainya untuk melindungi kami dan tangan kirinya menyembuhkan lenganku. “ Dasar bodoh.”, aku menyerangnya dengan bola api. Minatour itu mundur beberapa langkah terkena seranganku  dan aku membekukannya. “ Sembuhkan lenganku sesukamu.”, kataku. Minotaur itu telah terbebas dari es yang kubuat. Lenganku juga sudah sembuh. Aku membaca mantra dan membuat api yang berbentuk seperti topan dan menghisapnya masuk kedalam kobaran api tersebut. “Tidak ada yang bisa lari dari ini”, kami berhasil mengalahkannya. Orb itu tergelinding dari tangan Minotaur itu.  Saat aku akan mengambilnya Orb itu seakan ditarik oleh seseorang.
          “ Well, lihat siapa yang datang? Lama tak berjumpa kawan lama?”, seorang wanita misterius dengan jubah warna hitam sama seperti miliku. Jubah seperti ini hanya dimiliki siswa di sekolah sihir dimana aku belajar sihir. “ Dasar pengecut. Tunjukan wajahmu!”, kataku. “ Untuk apa? Kau sangat mengenalku. Kau ingat ujian pengendalian api?” . “ Sial kau..” . ia tersenyum sinis dan membuka tudungnya “ Ternyata ingatanmu tidak buruk.” . “ Diandra?”, Eithan terkejut melihatnya. “ Ternyata kau lebih memilih membantunya dari pada membantuku? Kaka.” . “ Apa? Dia adikmu?”, aku heran kenapa Eithan tidak mau memberitahuku jika Diandra adalah adiknya. “ Bagaimana kau bisa berada disini? Bukankah kau seharusnya masih berada disekolah sihir?”, tanya Eithan. “ Aku muak dengan semua omong kosong ini. Mereka mengumumkan kau dikeluarkan dari sekolah karena kejadian itu. Saat aku mengetahui kau diluluskan lebih cepat dari murid yang lain aku tidak bisa menahannya lagi. Aku benci ada Sorceress yang memiliki orang tua yang tidak bisa mengendalikan sihir menjadi murid terbaik dan mendapat perlakuan khusus. Tanganku ini ingin membunuh mereka.” . “ Kau membunuh semua pengajar?”,tanyaku. “ Tidak hanya mereka, seluruh orang yang ada disekolah itu sudah mati. Aku memberi mantra pelindung sehingga tidak ada orang yang akan mengetahui hal ini. Kurasa masih ada satu murid yang masih hidup.”, Diandra memutarkan tiga batu tajam diatas tangannya menggunakan pengendalian grafitasi sehingga tidak menyentuh tangannya. “ Apa kau ini sudah gila? Kau tidak perlu melakukan semua ini hanya untuk mengalahkanku. Kau seharusnya tidak membunuh nyawa yang tidak berdosa.”, aku menyiapkan bola api ditanganku. “ Hahaha... Kau sangat berisik. Rasanya telingaku terbakar karena ucapanmu itu. Sekarang aku baru saja menyadari bahwa aku bukan hanya ingin mengalahkanmu. Tapi ingin membunuhmu. Matilah kau!”.
          Ia melemparkan ketiga batu itu dengan gelombang yang sangat kuat seperti pisau yang dilemparkan. Saat aku akan menghentikannya dengan bola api Eithan berada didepanku dan melindungiku. Batu itu menusuk tubuhnya. “ Eithan... Apa kau bodoh?”, teriakku. “ Aku tidak akan segan membunuhmu jika kau menghalangi jalanku”, Diandra tetap menekan batu itu sehingga dapat menembus tubuh Eithan dan mengenaiku. “ Sudah hentikan. Dia ini kakamu. Dia tidak ada hubungannya dengan pertarungan kita.” . “ Aku tidak perduli siapa dia. Aku akan membunuh siapapun yang menghalangi jalanku.” . “ Hentikaaan...”, Aku membuat mantra pelindung terbuat dari es. Mantra itu membuat mantra musuh menghilang  jika berada didalamnya. “ Kau ini bodoh. Untuk apa kau melindungiku sampai seperti ini? Kau tidak ada hubungannya dengan semua ini.”, air mataku mulai membasahi pipiku. “ Agar kau mau memaafkanku.”, senyuman tipis terlukis diwajahnya. “ Aku sudah memaafkanmu bodoh. Aku yang salah. Aku terlalu kasar padamu.”, aku mengeluarkan batu dari tubuhnya dan melumuri lukanya dengan ramuan penyembuh. “ Syukurlah.”, ia tersenyum lalu tak sadarkan diri. “ Eithan? Sadarlah! Eithaaan.”
          Diandra berusaha menembus mantra pelindungku dengan menghujaninya dengan ratusan batu tajam. “ Keluar kau dari sana pengecut”, Diandra sudah benar-benar ingin membunuhku. Aku membekukannya dan seluruh lantai ruangan itu. Aku mendorong Eithan dengan gelombang dan menyingkirkannya dari ruangan ini. Api berkobar disekitarku, “ Sekarang hanya ada kau dan aku.” . “ Mari selesaikan pertarungan yang tertunda sejak saat itu”, batu besar melayang disekitarnya. Aku menyerangnya dengan semburan api, ia menggunakan batu untuk melindunginya. Saat ia lengah aku bekukan dia sehingga ia tidak bisa bergerak lalu aku mengeluarkan Freezing Sword. Pedang yang terbuat dari es itu menusuk punggungnya hingga terangkat dan darah keluar dari mulutnya.” Aku tidak akan memaafkanmu, pembunuh.” . “ AAAaaaa..... Hahaha.... Memang ini yang aku tunggu-tunggu.” . Ia mulai melayang dan melepaskan tusukan pedang es ku, ia mengeluarkan mantra yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Banyak batu besar jatuh dari langit dalam jangkauan yang luas. Sebelumnya ia hanya bisa men-summon satu batu. Aku tertindih salah satu batu, aku tidak bisa bergerak. Apa aku akan mati disini? Tapi bagaimana dengan Eithan? Aku tidak boleh mati disini.
          Sebuah robot melindungiku dari runtuhan batu tersebut. “ Cepat keluar dari sana! Sebelum Alfredo rusak.”, suara itu keluar dari sebuah robot berbentuk bebek. Robot itu mengangkat batu yang menindihku dan menariku keluar dari hujan meteor itu. “ Kau tidak apa-apa kan?”, seorang anak kecil bicara padaku. “ Siapa kau?” . “ Sekarang tidak penting kita harus pergi dari sini.” . “ Kau melupakan sesuatu?”, ia menarik Eithan dengan gelombang dan menginjak lukanya dengan hak tinggi sehingga menusuk lukanya. “ Hentikan!”, aku berusaha melawannya tetapi tubuhku tidak bisa bergerak karena luka akibat tertindih batu. “ Temui aku tengah malam nanti di mana pertarungan ini dimulai jika kau ingin menyelamatkannya. Ini semua belum berakhir.”, Diandra mendorong kami dan menutup pintu itu dengan tumpukan batu. “ Eithaaan”, aku menyesal tidak bisa menyelamatkannya. “ Maafkan aku, seandainya aku datang lebih cepat.” . “ Siapa kau? Kenapa anak kecil sepertimu bisa ada disini?” . “ Aku Imelda, Tinkerer. Aku dikirim oleh penjaga sebagai bala bantuan. Ayo kita kembali.”.
          Aku melumuri tubuhku dengan ramuan penyembuh itu. Setelah bereaksi aku dan dapat bergerak kami berdua pulang dengan berita yang tidak akan membahagiakan master. Aku diantar pulang oleh Imelda. Master sangat terkejut melihat keadaanku. Ia mengobatiku dan bertanya apa yang terjadi. “ Apa kau bilang? Orb dan Eithan ditahan oleh Diandra? Bagaimana ini bisa terjadi?”, seperti dugaanku master sangat marah. “  Ia dapat men-summon meteor berukuran besar dalam jumlah banyak dan jangkauan yang luas. Ia menguasai jurus terlarang Force User. Dia juga mencoba membunuh kakanya sendiri.” . “ Kau akan menerima tantangannya? Semua Force User akan bertambah kuat jika tengah malam tiba. Kau akan terbunuh.” . “ Kalau aku tidak menerimanya Eithan akan mati.” . “ Kalau begitu aku akan ikut membantumu.” . “ Tidak! Ini pertarunganku dengannya. Apa kau lupa dengan kemampuanku.” . “ Dasar keras kepala. Baiklah.. berjanjilah kau kembali dalam keadaan hidup.” . “ Ya. Sebelum itu kau tidak memberikanku resep ramuan seperti yang kau buat kan?” . “ Ramuan apa?” . “ Ramuan penguat sihir yang terasa seperti lumpur itu, rasanya berbeda dengan resep yang kau berikan padaku.” . “ Oh.. itu, aku hanya mengetesmu seberapa pintar dirimu. Ternyata tak sepintar yang aku kira. Aku memberikanmu resep palsu, itu hanya ramuan yang dapat membuatmu menjadi lebih sehat dalam waktu singkat meskipun kau sedang sakit.” . “ Sial, aku juga memberikannya pada Eithan, dia pasti berfikir aku membodohinya. Kau harus membayarnya. Tunggu dulu, apa mungkin kau salah memberiku resep dan tidak mau mengakuinya?” . “ Ayolah, apa kau akan membahas hal yang tidak penting ini? Akan ku buatkan ramuannya. Kali ini tidak akan salah.” . “ Lebih baik begitu. Jika kali ini kau salah aku benar-benar akan mati.”
          Tengah malam telah tiba. Sekolahan ini seakan menceritakanku apa yang telah terjadi selama ini. Aku merasakan mantra pelindung yang menyembunyikan kebenarannya. “ Kau sudah disini rupanya”, Diandra bersandar di pohon dengan kakinya menginjak luka Eithan dan batu tajam yang berputar diatas tangannya. Tudung jubah hitam itu menutupi wajahnya. “ Eithan...”, aku melihat Eithan seperti sudah mati. “ Tenang saja, tidak akan menyenangkan jika membunuhnya tidak dihadapanmu. Berhubung kau sudah disini....”, ia memperdalam tusukan hak tingginya. Eithan merintih kesakitan dan berusaha melepaskan kaki Diandra. Sebelum itu berhasil tangannya terlepas dan tergeletak ditanah.
          “ Eithaaan... Kurang ajar kau. Tak akan ku maafkan.”, aku menyerangnya dengan bola api. Ia melindungi dirinya dengan sebuah batu besar dan membuat mantra grafitasi ditanah tempat kuberpijak. Grafitasi menjadi semakin berat dan aku terjatuh karena tarikan grafitasi yang begitu kuat. “ Apa hanya ini kemampuanmu. Sayang sekali, aku kira ini akan lebih menyenangkan.”, ia membawa sebuah pisau dan bermaksud membunuhku. “ Kurasa ini akan lebih menyenangkan”, karena ramuan penguat sihir buatan master aku dapat berdiri dari tarikan mantra grafitasi itu. Ternyata kali ini ramuannya tidak salah. Ia terkejut aku dapat melawan mantra itu. Aku membekukannya dan menyiramkan ramuan beracun. Setidaknya ia tidak dapat bergerak sementara waktu. Aku harus menyelamatkan Eithan.
          “ Eithan? Ini semua salahku. Kau seharusnya tidak terlibat dalam masalah ini”, aku mengangkatnya hingga posisi duduk dan meminumkan ramuan penyembuh. “ Sadarlah Eithan kumohon jangan mati.”, Eithan mulai membuka mata. “ Syukurlah kau belum mati. Lihatlah wajahmu yang jelek itu. Sangat pucat, lagi-lagi kau membuatku khawatir.”, Aku sangat senang melihatnya dan menangis bahagia. Ia hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Aku menjadi tenang karena tahu dia belum mati. “ Cepat sembuhkan lukamu, aku telah memberimu ramuan penyembuh tapi tidak akan sembuh secepat itu. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan adikmu.”, aku menyenderkannya di pohon lalu    segera menghampiri Diandra. Eithan menarik tanganku.“ Jangan bunuh dia. Meskipun dia jahat jangan bunuh adiku.”. “ Tentu saja bodoh. Aku hanya berusaha menghentikannya.”, ia melepaskan tanganku. Aku membuat mantra pelindung sehinnga tidak ada yang dapat melukainya.
          “ Menghentikanku? Siapa kau? Aku jauh lebih kuat darimu. Kau tahu? Kau ini licik. Kau akan menyerangku setelah membekukanku dan meracuniku?”, aku melepaskanya dari mantraku. “ Aku tidak sepertimu. Ayo kita selesaikan ini.” . Ia membuat bola dari hitam. Aku menghindar dan menyerangnya dengan bola api dan mengenai lengannya. Ia menghujaniku dengan banyak batu tajam. Aku membuat mantra pelindung dan membekukannya. Aku menyemburnya dengan api. Ia kewalahan menghadapi seranganku. “ Sebenarnya aku tidak ingin berakhir seperti ini. Aku akan membawamu ke penjaga dan kau akan ditahan atas perbuatanmu.” . “ Hahaha... kurasa ini baru saja dimulai.” . Ia melakukan mantra terlarang itu lagi. Banyak meteor berjatuhan dan merusak tempat ini. Aku hanya bisa membuat mantra pelindung dan menghindar dari serangan itu. Setelah mantranya berakhir aku menyerangnya, “ Volcanik Vorteks Intohara”. Kobaran api yang sangat hebat itu menghisapnya dan membakarnya. Setelah aku menghentikan mantranya ia terbaring ditanah tak sadarkan diri.
          “ Eithan apa kau tidak apa-apa?”, aku langsung menghampiri Eithan setelah mengalahkan Diandra. “ Lukaku sudah pulih. Bagaimana dengan adiku?” . “ Tenang saja adikmu tidak...” pisau yang di lempar Diandra menusukku. “ Aku tidak akan berhenti jika kau tidak mati.”, dengan penuh luka diandra berdiri dan melayangkan batu-batu tajam. “ Ku rasa menghalahkanmu tidak cukup, aku harus membunuhmu.” . “ Ku mohon jangan bunuh adiku.”, pinta Eithan. Aku membuat badai salju dan hujan es. “ Ini akan menghentikan mu.”. Ia sudah kalah. Ia terbaring tak berdaya. Aku membekukannya sehingga ia benar-benar tidak bisa bergerak. Aku telah mencapai batasku dan jatuh ke tanah.
          “ Angelina, kau tidak apa-apa?”, Eithan melepaskan pisau dari tubuhku dan menyembuhkan lukanya. “ Kurasa aku tidak sekuat yang kukira.” . Eithan memeluku erat-erat. “ Hei. Ada apa ini?”, tanyaku kebingungan. “ Syukurlah...”, Eithan berkali-kali berkata begitu. “ Kau ini kenapa? Jangan terlalu erat. Aku memiliki luka tusuk dipunggungku yang belum selesai kau sembuhkan.” . “ aku takut kehilanganmu. Terima kasih kau telah datang menyelamatkanku dan tidak membunuh adiku.” . “ Tentu saja. Kau temanku satu-satunya.” . “ Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membodohimu saat itu. Aku hanya ingin bercanda. Maafkan aku jika aku membuatmu khawatir.” . “ Kau ini bicara apa? Sudah kubilang kan? Semua salahku. Aku yang terlalu berlebihan. Padahal aku ini bukan siapa-siapa.” . “ Saat itu aku hanya ingin bertemu denganmu dan memberimu hadiah ulang tahunmu.” . “ Hadiah? Haha, aku belum pernah mendapat hadiah di hari ulangtahunku selama masuk sekolah sihir. Semua orang membenciku.“, aku terkejut ia tahu hari ulang tahunku. Aku sendiri lupa kalau aku berulang tahun hari itu. Ia melepaskan pelukannya dan mencium keningku. Pipiku memerah seperti tomat. “ Aku mencintaimu.”, ia tersenyum dan kembali memeluku erat-erat. “ Haha, dasar bodoh. Ayo kita pulang. Aku lelah sekali, jarak sekolah ini dengan Mana Ridge tidak dekat lho. Jangan lupa kau yang menggendong adikmu. Tidak mungkin aku yang membawanya.” . “ Tentu saja.”
Keesokan harinya kami sampai di Mana Ridge. Kami membawa Diandra ke penjara. Ia ditahan dimana tidak ada yang dapat mengunakan sihir ditempat itu. Master Cintia dan beberapa penjaga mendatangi sekolahku. Benar yang dikatakan Diandra, sekolahan itu diselimuti sihir dan semua orang didalamnya telah mati. Semuanya dikubur di pemakaman dan sekolah itu ditutup untuk selamanya. Di lain tempat, aku hanya bisa berbaring di tempat tidur karena luka akibat pertarunganku dengan Diandra kemarin. Efek ramuan penyembuh yang kugunakan kemarin sudah hilang. Luka tusuk di pungungku sangat terasa sakit. Seseorang mengetuk pintu kamarku. “ Silahkan masuk.” . “ Hai. Bagaimana kabarmu?”, ternyata Eithan datang membawa seikat bunga.” . “ Bagaimana menurutmu?” . “ Kau tampak sangat bersemangat.” . ” Semagat apanya? Apa luka tusuk di punggungku yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak bisa membuatku terlihat bersemangat? Dasar bodoh.” . “ Kau bersemangat karena aku datang menjengukmu, hahaha.” . “ Dasar bodoh! Keluar kau dari kamarku.” . “ Maafkan aku, aku hanya bercanda.” . “ Sial. Bagaimana dengan lukamu akibat tertusuk tiga batu yang digerakan oleh gelombang nenek sihir itu? Setelah tertusuk diinjak pula. Haha.” . “ Sudah sembuh. Setelah tenagaku pulih aku menyembuhkan lukaku lagi.” . “ Kalau begitu tunggu apa lagi? Sembuhkan lukaku.” .” Tidak mau! Aku ingin lebih sering datang kemari menjengukmu.” . “ Aku masih bisa membuat api lho.” . “ Cepat sembuh ya.. sebentar lagi kita akan dikirim ke Praire untuk menyelamatkan Ancient. Jika tidak aku akan pergi berdua dengan Imelda. Bisa dibilang berkencan hahaha. Sampai jumpa..”, ia berlari keluar dari kamarku. “ Anak kecil itu? Kemari kau. Akan kubakar sampai menjadi abu!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar dengan kata-kata yang sopan. Terimakasih >.<